Selasa, 30 November 2010

Rabu, 1 Desember 2010 (Ziarah Batin 2010)-Mat 15:29-37

Rabu, 1 Desember 2010
Pw B. Dionisius dan Redemptus, Mrt. Indonesia; St. Eligius; St. Adrianus dan Sta. Natalia
Bacaan I: Yes 25:6-10a
Mazmur : 23:1-3a.3b-4.5.6; R:6cd
Bacaan Injil : Mat 15:29-37


Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudi­an orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan ba­nyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: ”Hati-Ku tergerak oleh belas ka­­sih­­­­an kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka ti­dak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.” Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: ”Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?” Kata Yesus kepada me­reka: ”Berapa roti ada padamu?” ”Tujuh,” jawab mereka, ”dan ada lagi beberapa ikan kecil.” Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ke­tujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh.


Renungan

Manusia mudah melakukan pembenaran diri untuk membebaskan dirinya dari tuntutan mengasihi dan berbagi kasih. Mengasihi membutuhkan nyali dari pelakunya agar dapat berpasrah diri kepada kekuatan rahmat dan keluar dari kungkungan perhitungan manusiawi. Kita menyembunyikan diri di balik alasan tempat yang tidak memungkinkan, waktu yang tidak menguntungkan, atau kemampuan yang terbatas: ”Bagaimana mungkin di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya.”

Tuhan Yesus berbeda dengan kita. Dengan kekayaan hati-Nya, Dia menyembuhkan orang sakit dan menggandakan roti untuk orang yang membutuhkan. Dia tidak bisa tidak melakukan kasih kepada orang-orang yang membutuhkan. Dia tidak memilih-milih orang untuk ditolong, siapa pun yang berada di hadapan-Nya pasti dilayani-Nya. Para murid diminta agar memiliki kepekaan terhadap sesama dan bertanggung jawab pula terhadap keadaan orang di sekitar mereka, serta senantiasa menjadi saluran rahmat dan pembagi berkat.

Masa Adven menjadi kesempatan indah bagi kita untuk menata diri dalam kasih. Kita harus memacu diri, memaksimalkan berbagai keadaan, mengerahkan segenap kemampuan agar panggilan untuk mengasihi dan berbagi itu tidak mati di tangan kita, tetapi seharusnya bisa ”menyentuh” kehidupan sesama. Setiap kesempatan berbuat baik adalah rahmat, jangan sampai kita kehilangan rahmat itu.

Doa: Ya Tuhan, berikanlah kepadaku keberanian untuk mengasihi dan berbagi. Semoga aku siap sedia untuk memaksimalkan waktu, tenaga dan kemampuan-kemampuanku, untuk membagikan kasih-Mu kepada orang-orang yang membutuhkan. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2010

Selasa, 30 November 2010(ZIARAH BATIN 2010)- Mat 4:18-22

Selasa, 30 November 2010
Pesta St. Andreas , Rasul
Bacaan I: Rm 10:9-18
Mazmur : 19:2-3.4-5; R: 5a
Bacaan Injil : Mat 4:18-22


"Dan ketika Yesus sedang berjalan me­nyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia."

Renungan

Rasul Andreas cukup banyak disebut di dalam Injil. Ia disebut bersama dengan Petrus saudaranya, Filipus, Yohanes, dan rasul-rasul yang lain. Rasul Andreas sebelumnya adalah murid Yohanes Pembaptis. Ia berjumpa dengan Yesus ketika Yohanes Pembaptis menunjuk Yesus sebagai Mesias yang dinantikan. Ia menjadi bagian dari kelompok kedua belas rasul yang dipilih oleh Yesus. Ia menyertai Yesus berkeliling untuk mengajar dan menyembuhkan banyak orang.

Pengalaman pribadi dengan Yesus ini sangat mendalam bagi Rasul Andreas. Setelah kenaikan Yesus ke surga, Andreas berkeliling mewartakan Yesus. Ia mewartakan Injil Yesus Kristus melampaui batas-batas wilayah Israel. Sama seperti Gurunya, Rasul Andreas juga mengalami kesulitan dan rintangan dari banyak orang yang menjadi sasaran pewartaannya. Akhirnya—seperti Yesus sendiri, Gurunya—Rasul Andreas mati disalibkan.

Kehidupan Rasul Andreas ini meneguhkan kita untuk tetap setia menjadi murid Yesus. Kita tidak hanya berhenti menjadi murid Yesus, kita harus seperti Andreas, kita harus mewartakan Yesus. Tentu sesuai dengan situasi hidup kita dan latar belakang kita, kita mewartakan Yesus. Kita diajak menjadi rasul-rasul Yesus pada masa kini. Kita tidak boleh menyerah kendati ada rintangan dan halangan. Kita harus berani mengatasi setiap rintangan dan halangan yang menghadang perjalanan kita.

Doa: Rasul Andreas, aku mau seperti dirimu. Doakanlah aku agar aku menjadi rasul Yesus yang berani pada masa kini. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2010

Sabtu, 27 November 2010

Senin, 29 November 2010 (ZIARAH BATIN 2010)-Mat 8:5-11

Senin, 29 November 2010
B. Frederikus dr Regensburg
Bacaan I: Yes 4:2-6
Mazmur : 122:1-4a.4b-7.8-9; R:1
Bacaan Injil : Mat 8:5-11



"Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datang­lah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” Yesus berkata kepadanya: “Aku akan datang menyem­buhkannya.” Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya:“Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” Setelah Yesus men­dengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga.”


Renungan
Pangkat, jabatan, dan kedudukan dalam pekerjaan atau pemerintahan sering kali memengaruhi seseorang bila berhadapan dengan orang lain. Seorang yang berpangkat tinggi biasanya juga mendapatkan penghormatan dalam kehidupan sehari-hari di luar pekerjaan atau bidangnya, atau orang yang berpangkat sering kali menghendaki atau menginginkan agar setiap orang memperlakukan dirinya sesuai dengan pangkatnya di mana pun ia berada dan dalam urusan apa pun.

Namun, si perwira dalam kisah Injil hari ini menampilkan aspek lain dalam hidupnya. Ia menyadari bahwa dirinya adalah hamba di hadapan Yesus. Ia tidak bisa berlaku seperti di lingkungan pekerjaan dan kehidupannya sebagai seorang perwira. Oleh karena itu, ia mengakui tidak layak menerima Yesus. Ia percaya kepada Yesus. Ia meminta supaya Yesus bersabda saja. Suatu ungkapan iman yang mendalam. Ia percaya pada kekuatan Yesus yang menyembuhkan. Ia pun beroleh rahmat kesembuhan bagi hambanya.

Selama masa Adven ini, marilah kita membangun sikap iman seperti si perwira. Percaya kuat kepada kuasa Yesus dalam hidup kita. Ia datang dan membawa rahmat berlimpah kepada kita. Maukah kita menyambut-Nya dengan penuh iman? Setiap kali kita hendak menerima komuni, kita mengulang doa si perwira itu. Kita tidak pantas, namun karena kasih-Nya, Tuhan datang kepada kita.


Doa: Ya Yesus, aku tidak layak berhadapan dengan Engkau. Sembuhkanlah aku. Amin.

Minggu, 28 November 2010-Pekan ADVEN I (Thn A/I)~Mat 24:37-44

Minggu, 28 November 2010 Pekan ADVEN I (Thn A/I)
Sta. Katarina Laboure, Prw; St. Yakobus dr Marka; B. Maria Helena Stollenwerk
Bacaan I: Yes 2:1-5
Mazmur : 122:1-2.4-5.6-7.8-9; R:1
Bacaan II : Rm 13:11-14a
Bacaan Injil : Mat 24:37-44



”Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.”



Renungan

Adven berasal dari bahasa latin adventus yang berarti kedatangan. Pada Masa Adven kita diajak untuk mempersiapkan diri menyongsong kedatangan Tuhan. Nuansa pada Masa Adven adalah nuansa pengharapan. Lilin pertama pada lingkaran Adven yang kita nyalakan pada hari ini merupakan tanda pengharapan akan kedatangan Tuhan.
Pada Masa Adven, kita tidak hanya bersiap menyongsong kedatangan Tuhan pada perayaan Natal. Kita diajak oleh Gereja untuk lebih menyadari bahwa hidup kita adalah suatu kesiapsediaan menyongsong kedatangan Tuhan. Kita tidak boleh terlalu disibukkan oleh urusan sehari-hari sehingga kita lupa kepada Tuhan yang akan datang. Kita harus siap sedia dan berjaga untuk menyongsong kedatangan-Nya.

Oleh karena itu, Gereja memberikan beberapa panduan atau yang kita kenal sebagai tema Adven. Kita diajak oleh Gereja untuk merenungkan sebagian hidup kita apakah sudah sejalan dengan iman kita. Tema Adven membantu kita mensyukuri apa yang telah kita capai dalam kehidupan iman kita dan sekaligus juga memperbaiki apa yang ternyata kita abaikan atau belum kita penuhi. Kita mengolah hidup kita supaya siap menyongsong Tuhan yang datang. Adven menjadi kesempatan bagi kita untuk memperbaiki hidup kita.

Doa: Ya Yesus, aku bersyukur kepada-Mu karena Masa Adven ini. Bantulah aku untuk memanfaatkan waktu yang baik ini untuk lebih peka terhadap kehadiran-Mu dalam hidupku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Jumat, 26 November 2010

Sabtu, 27 November 2010 (ZIARAH BATIN 2010)-Luk 21:34-36

Sabtu, 27 November 2010
SP Maria Tak Bernoda dr Medali Wasiat St. Yakobus dr Persia, St. Virgillius; St. Fransikus – Antonius Fasami
Bacaan I: Why 22:1-7
Mazmur : 95:1-2.3-5.6-7; R:
Why 21:20b
Bacaan Injil : Luk 21:34-36


“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”



Renungan

Yesus mengajak para murid berjaga-jaga untuk menyambut kedatangan Putra Manusia dengan berdoa dan menjauhkan diri dari perkara-perkara yang menyesatkan seperti pesta pora dan kemabukan serta kepentingan duniawi. Ajakan berdoa ini juga dikatakan Yesus sebelum Ia ditangkap.

Berdoa adalah berkanjang atau berhubungan secara pribadi dengan Tuhan. Doa menjadi alat yang paling ampuh untuk berjaga-jaga. Hidup doa yang baik selalu menghasilkan orang yang juga berpribadi baik sebagai Anak Tuhan. Ini dapat kita lihat pada diri orang-orang kudus. Mereka semua mempunyai hidup doa yang baik dan tekun. Mereka bertumbuh dalam iman dan hidup karena doa-doa mereka yang tidak kenal putus. Melalui doa, mereka memiliki hubungan pribadi dengan Yesus yang kuat dan mendalam. Tidak ada kekuatan atau hal-hal duniawi yang dapat menghancurkan orang yang memiliki hubungan pribadi dengan Yesus lewat doa.

Kita diajak untuk berjaga-jaga dalam hidup kita. Kita diajak oleh Yesus untuk selalu berdoa. Melalui doa, kita memiliki hubungan pribadi dengan Yesus. Di situlah kita mampu menolak segala perkara duniawi yang dapat menjauhkan kita dari Yesus. Bagaimanakah kehidupan doa kita? Apakah kita mempunyai waktu tetap untuk berdoa? Bila belum mempunyai waktu yang tetap, marilah kita tentukan waktu yang tetap untuk berdoa.

Doa: Ya Yesus, aku mau berjaga untuk menyongsong kedatangan-Mu. Bantulah aku untuk setia kepada-Mu. Jagalah aku dan ajarilah aku berdoa. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2010

Kamis, 25 November 2010

Jumat, 26 November 2010(ZIARAH BATIN)-Luk 21:29-33

Jumat, 26 November 2010
St. Yohanes Berchmans; St. Silvester Gozzollini; St. Leonardus Porto Morizio; Sarbel Maklouf
Bacaan I: Why 20:1-4.11–21:2
Mazmur : 84:3.4.5-6a.8a; R:21:36
Bacaan Injil : Luk 21:29-33


Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”
Renungan

Yesus membandingkan pengenalan akan tanda-tanda alam dengan tanda-tanda kedatangan-Nya. Kalau kita bisa mengenal tanda-tanda alam, mengapa kita tidak dapat mengenal tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah?

Pada masa kini pun, kita diajak oleh Yesus untuk mengenal tanda-tanda kehadiran-Nya. Ia hadir, namun kita tidak mampu menangkap tanda kehadiran-Nya. Kita hidup seolah-olah Tuhan tidak ada. Kita membiarkan diri kita jatuh dalam dosa dan meninggalkan Dia. Pada kesempatan lain, kita mau mencari Dia. Kita membutuhkan Dia. Namun, kita tidak dapat menangkap-Nya. Kita kecewa karena Ia tidak hadir. Padahal, Ia hadir untuk kita; ada dalam kehidupan kita.

Bagaimana kita dapat mengenal Dia yang hadir? Kehadiran Tuhan dapat kita kenal kalau kita mau membuka hati bagi-Nya. Kita mempunyai waktu bagi Dia dalam doa kita setiap hari, setiap saat. Selanjutnya, kita juga mengubah tingkah laku dan cara hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya. Maka, kita bisa melihat Dia dalam diri sesama kita, alam ciptaan-Nya, dan dalam diri kita sendiri. Hidup penuh persaudaraan dan kasih adalah tanda kehadiran Tuhan dalam hidup kita.

Doa: Ya Yesus, bukalah mataku agar peka terhadap kehadiran-Mu. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Rabu, 24 November 2010

Kamis, 25 November 2010 (ZIARAH BATIN 2010)-Luk 21:20-28

Kamis, 25 November 2010
Sta. Katarina dr Aleksandria, Prw/Mrt
Bacaan I: Why 18:1-2.21-23; 19:1-3.9a
Mazmur : 100:2.3.4.5; R: Why 19:9a
Bacaan Injil : Luk 21:20-28


”Apabila kamu melihat Yerusalem di­­kepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunung­an, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis.Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.”


Renungan

Yesus menggambarkan tentang akhir zaman. Gambaran yang sangat mengerikan yang akan menimpa Yerusalem. Dalam gambaran Yesus ini, tampak bahwa seolah-olah semua orang akan mengalami malapetaka dan akan binasa. Gambaran ini cukup membuat kita takut. Namun, Yesus tidak berhenti pada gambaran-gambaran akan masa depan yang menakutkan. Dia memberikan pengharapan akan keselamatan. Keselamatan itu akan dibawa oleh Putra Manusia. Para murid diajak untuk bersedia menyambut-Nya ketika saatnya telah tiba. Pada masa itulah keselamatan datang dan menjangkau mereka.

Penggambaran Yesus ini merupakan bagian dari pengalaman hidup kita. Ada saatnya kita mengalami masa-masa gelap dan sulit. Kita merasa tidak ada pengharapan. Ke manakah biasanya kita berlari mencari pertolongan? Pada hiburan duniawi saja atau justru kita lari kepada Allah? Apa pun masalah dan situasi kita, jalan terbaik yang harus kita pilih adalah berlari dan berlindung kepada Allah. Dialah satu-satunya penyelamat kita yang sejati.


Doa: Ya Yesus, bantulah aku pada saat aku lemah dan tak berdaya sebab Engkaulah penyelamatku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Selasa, 23 November 2010

Rabu, 24 November 2010 (ZIARAH BATIN 2010)- Luk 21:12-19

Rabu, 24 November 2010
Pw St. Andreas Dung Lac, Im dkk. Mrt. Vietnam; St. Krisogonus, Mrt.; St. Vinsensius Liem, St. Ignatius Delgado dan St. Dominikus An-Kham
Bacaan I: Why 15:1-4
Mazmur : 98:1-2.3ab.7-8.9; R:
Why 15:3b
Bacaan Injil : Luk 21:12-19


”Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesem­­patan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.”

Renungan

Mengikuti Yesus tidak mudah. Tantangan selalu ada di depan mata kita. Tantangan itu tidak hanya yang berupa larangan atau sikap-sikap permusuhan karena kita mengikuti Yesus. Tantangan dan rintangan dapat berasal dari orang-orang sekitar kita sendiri. Mereka tidak suka dengan cara hidup kita yang selaras dengan ajaran dan kehendak Yesus. Ketika mencoba jujur dan lurus dalam suatu urusan, kadang kita malah menghadapi kesulitan. Bertindak selaras dengan iman kita dalam memelihara lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan, sering kali menjadi bahan cemoohan orang lain.

Tantangan, rintangan, dan kesulitan yang kita hadapi sebagai pengikut Yesus tidak seharusnya membuat kita patah semangat. Atau kalau tantangan itu mengancam hidup kita, tidak seharusnya membuat kita takut. Yesus telah berjanji untuk menyertai kita. Kita tidak sendirian. Ia ada di samping kita. Ia meneguhkan kita untuk bertahan dalam iman kita, dalam cara hidup kita yang penuh kasih, dan kepedulian terhadap sesama dan lingkungan hidup kita. Jadi, masihkah kita merasa takut diejek dan dicemoohkan karena berlaku adil, penuh cinta kasih dan kepedulian dalam hidup kita? Inilah bentuk kesaksian sebagai pengikut Yesus pada masa kini, kita menjadi contoh dan teladan dalam membangun hidup bersama. Kehidupan yang lebih baik bukan hanya bagi kita sekarang ini, tetapi berkelanjutan terus bagi generasi sesudah kita.

Marilah kita bersama-sama menampilkan kesaksian hidup pada masa kini sebagai murid-murid Yesus melalui cara hidup kita. Tuhan di pihak kita, mari kita maju!

Doa: Ya Yesus, jadikanlah aku saksi-Mu di mana pun aku berada. Kuatkanlah aku bila merasa lemah dan bantulah bila
keputusasaan datang menyerang. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Senin, 22 November 2010

Selasa, 23 November 2010 (Ziarah Batin 2010)-Luk 21:5-11

Selasa, 23 November 2010
St. Klemens I, Paus Mrt.; St. Kolumbanus; B. Mikhael Agustinus Pro
Bacaan I : Why 14:14-20
Mazmur : 96:10.11-12.13; R: 13b
Bacaan Injil : Luk 21:5-11


"Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: “Apa yang kamu lihat di situ—akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.” Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: “Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya: “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.” Ia berkata kepada me­reka: “Bangsa akan bangkit melawan bang­sa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan ter­jadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.”
Renungan

Negeri kita sering mengalami berbagai bencana alam dan berbagai peristiwa yang memakan korban. Ada banyak orang mulai menghubung-hubungkan dengan kedatangan Tuhan atau hari kiamat. Semua yang terjadi ini menjadi peringatan akan datangnya hari akhir. Yesus menegaskan memang akan tanda-tanda seperti itu, namun bukan berarti bahwa kesudahannya akan datang. Tidak ada yang tahu kapan dan saatnya akan terjadi. Yesus mengingatkan kita untuk tetap waspada dan bersiap untuk menyongsong kedatangan-Nya.

Oleh karena itu, tidak perlu kita risau kapan Dia datang atau kapan dunia berakhir. Kita diajak untuk bersiap sedia. Artinya, kita seharusnya hidup sesuai dengan ajaran dan kehendak-Nya. Kita hidup sebagai murid-murid Yesus yang sejati. Mengusahakan hidup menjadi lebih baik. Inilah cara yang tepat untuk menyambut kedatangan Tuhan atau hari akhir tanpa harus merisaukan kapan hari itu akan datang.

Doa: Ya Tuhan, Engkau tahu bahwa banyak perkara dan hal yang dapat menjauhkan aku dari-Mu. Tolonglah aku untuk tetap percaya kepada-Mu. Aku akan mempersiapkan diri menyambut Engkau yang datang. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Senin, 22 November 2010 (Ziarah Batin 2010)-Luk 21:1-4

Senin, 22 November 2010
Pw Sta. Sisilia, Prw Mrt; St. Filemon, rekan kerja St. Paulus
Bacaan I: Why 14:1-3.4b-5
Mazmur : 24:1-2.3-4ab.5-6; R: 6
Bacaan Injil : Luk 21:1-4


"Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”
Renungan

Kelompok Legio Maria mempunyai aturan yang sangat ketat berkaitan dengan kunjungan mereka ke orang-orang sakit atau sasaran kerasulan mereka. Para legioner yang berkunjung dilarang membawa bantuan materi atau memberikan bantuan materi kepada mereka yang dikunjungi. Rupanya, pendiri Legio Maria, yaitu Frank Duff, mengerti benar maksud persembahan kepada Allah sebagaimana terdapat dalam Injil hari ini. Persembahan kepada Allah adalah persembahan seperti si janda yang dipuji oleh Yesus. Si janda memberikan dirinya kepada Allah. Semangat inilah yang seharusnya terdapat dalam diri para legioner ketika melaksanakan tugas kerasulan dalam bentuk kunjungan. Mereka tidak membagi-bagi harta atau uang, tetapi memberikan waktu dan perhatian kepada orang yang dikunjungi.

Pujian Yesus terhadap si janda merupakan ajakan bagi kita untuk bertindak sama seperti si janda. Kita diajak untuk rela berbagi dengan sesama. Bukan hanya berbagi materi dan uang, tetapi lebih dari itu adalah berbagi kehidupan dengan sesama.

Relakah kita mengajak sesama kita untuk terlibat dalam usaha atau pekerjaan kita? Memberi kesempatan kepada orang lain untuk makin maju dalam kesejahteraan? Itu semua adalah bentuk berbagi kehidupan. Ajakan untuk melestarikan lingkungan hidup merupakan bentuk berbagi dengan sesama kita. Menjaga kelestarian alam berarti memberi kesempatan kepada generasi berikutnya untuk juga menikmati alam yang baik dan terawat. Mempersembahkan persembahan kepada Allah adalah memberikan hidup kita kepada-Nya secara tulus dan utuh.

Doa: Ya Allah, Engkau telah memberi teladan kepadaku bagaimana aku harus berbagi kehidupan dengan sesama dan ciptaan-Mu yang lain. Bantulah aku agar aku memiliki hati yang rela dan peka. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Sabtu, 20 November 2010

Minggu, 21 November 2010 (Hari RAYA Kristus Raja Semesta Alam)-Luk 23:35-43

Minggu, 21 November 2010 Hari RAYA Kristus Raja Semesta Alam
Pw Maria Dipersembahkan kepada Allah; St. Nikola Giustiniani
Bacaan I: 2Sam 5:1-3
Mazmur : 122:1-2.4-5; R:1
Bacaan II : Kol 1:12-20
Bacaan Injil : Luk 23:35-43


"Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin me­ng­­ejek Dia, katanya: “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah.” Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya dan berkata: “Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: “Inilah raja orang Yahudi”.Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”


Renungan

Perayaan Kristus Raja Semesta Alam menyadarkan kita bahwa Ia merajai kehidupan kita. Ia dimaklumkan sebagai Raja di puncak Kalvari. Secara tertulis, Yesus dimaklumkan sebagai Raja orang Yahudi. Di samping itu, Ia dimaklumkan sebagai Raja oleh pengakuan dan permohonan si pendosa yang disalibkan bersama dengan Yesus: ”Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”

Yesus adalah Raja kita. Ia penyelamat kita. Ia menjadi Raja dengan penuh kasih. Kasih Yesus begitu besar sehingga Ia mau mengampuni si pendosa yang bertobat. Pendosa yang disalibkan bersama dengan Yesus menyatakan pertobatannya dengan mengakui bahwa sebagai pendosa ia layak dihukum salib. Si pendosa memohon belas kasihan Yesus. Yesus menanggapi pertobatan si pendosa dan sekaligus memberikan pengampunan. Ia mengajak si pendosa yang bertobat untuk memasuki Firdaus. Tindakan Yesus ini sungguh merupakan tindakan seorang Raja yang penuh belas kasih dan pengampunan!

Marilah kita datang kepada Raja kita. Pada-Nyalah ada belas kasihan dan penebusan berlimpah-limpah!

Doa: Ya Yesus Rajaku, ingatlah akan aku ketika Engkau datang sebagai Raja. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Jumat, 19 November 2010

Sabtu, 20 November 2010 (ZIARAH BATIN)-Luk 20:27-40

Sabtu, 20 November 2010  
St. Feliks dr Valois; St. Edmund
Bacaan I: Why 11:4-12
Mazmur : 144:1.2.9-10; R:1a
Bacaan Injil : Luk 20:27-40

Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: “Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak.Akhirnya perempuan itu pun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia.” Jawab Yesus kepada mereka: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.
Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: "Guru, jawab-Mu itu tepat sekali."Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.


Renungan

Orang Saduki menjadi gambaran tentang orang yang tidak percaya pada kehidupan kekal. Mereka berupaya membenarkan pandangan mereka bahwa tidak ada hidup kekal. Sebenarnya sikap dan keyakinan mereka bermula dari ketertutupan pada karya Allah yang telah nyata sejak awal mula. Sejak awal mula Allah adalah Allah orang hidup, bukan Allah orang mati. Sikap dan keyakinan yang keliru itu membawa mereka pada gambaran hidup kekal yang juga sangat duniawi.

Kita percaya kepada Allah yang hidup. Ia juga mengundang kita untuk mengalami hidup kekal bersama-Nya. Tidak ada penggambaran yang memuaskan tentang hidup yang kekal itu. Yesus dalam banyak perumpamaan menggambarkannya sebagai perjamuan kawin atau perjamuan pesta yang diselenggarakan oleh raja. Kiranya jelas bagi kita bahwa kehidupan kekal adalah suasana kebahagiaan yang kekal bersama dengan Allah. Suasana yang umumnya juga terdapat dalam suatu pesta, yaitu kegembiraan dan kebahagiaan. Itulah yang terjadi bila kita hidup bersama dengan Allah secara kekal. Kegembiraan dan kebahagiaan yang tak berkesudahan. Tidak ada gambaran duniawi yang sempurna untuk menggambarkan persatuan kita dengan Allah dalam kerajaan-Nya.

Kehidupan kekal itu kita mulai dari hidup kita masa kini. Apakah kita sudah mengarahkan hidup kita kepada kehidupan kekal bersama dengan Allah?


Doa: Ya Allah, bantulah dan tolonglah aku agar senantiasa mempersiapkan diri untuk memasuki kerajaan-Mu yang kekal, ke tempat yang telah Engkau sediakan untuk orang-orang pilihan-Mu. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010 

Kamis, 18 November 2010

Jumat, 19 November 2010 (ZIARAH BATIN 2010)-Luk 19:45-48

Jumat, 19 November 2010
Sta. Mechtilidis, Prw; Sta. Agnes dr Assisi, Prw.
Bacaan I: Why 10:8-11
Mazmur : 119:14.24.72.103.111.131; R:103a
Bacaan Injil : Luk 19:45-48


"Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulai­lah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia."

Renungan

Tindakan Yesus ”memurnikan rumah ibadat sebagai rumah Tuhan yang sepantasnya” mengajak kita untuk memurnikan juga rumah Tuhan kita pada masa kini. Rumah Tuhan tentu saja harus diartikan secara lebih luas. Rumah Tuhan bukan hanya bangunan rumah ibadat atau gereja kita, tetapi menyangkut juga kita sebagai Bait Kudus Allah dan Gereja sebagai persekutuan orang beriman kepada Yesus. Dalam banyak pengertian rumah Tuhan itulah, kita harus memurnikannya.

Santo Alfonsus Liguori menasihatkan keluarga-keluarga di keuskupannya untuk menciptakan ruang doa keluarga. Maksud dari Santo Alfonsus adalah untuk mengajak keluarga-keluarga memulai doa bersama dalam keluarga. Melalui cara itu, Santo Alfonsus hendak memurnikan hidup keluarga-keluarga. Hal ini dilakukan oleh Santo Alfonsus karena banyak keluarga menghadapi tantangan berat pada masa itu. Kesetiaan pada pasangan terancam dan hidup keluarga yang telah dikuduskan pun terancam. Melalui doa, banyak keluarga diselamatkan dan didamaikan. Kekudusan hidup keluarga pun terjaga. Apakah keluarga atau komunitas kita juga dengan tekun menjaga kemurnian dan kekudusan melalui doa bersama?

Doa: Ya Tuhan, ajarilah aku berdoa. Beranikanlah aku untuk mengajak keluargaku dan rekan-rekanku untuk berdoa bersama. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010 

Rabu, 17 November 2010

Kamis, 18 November 2010 (Ziarah Batin 2010)-Luk 19:41-44

Kamis, 18 November 2010
St. Romanus dr Antiokia; Sta. Rosa Filipin Duchene
Bacaan I: Why 5:1-10
Mazmur : 149:1-2.3-4.5-6a.9b; R: Why 5:10
Bacaan Injil : Luk 19:41-44


"Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu ter­sembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”
Renungan

Yerusalem dihancurkan oleh pasukan Romawi di bawah pimpinan Titus. Hal itu terjadi setelah Yesus disalibkan, wafat, dan naik ke surga. Pada masa hidup-Nya, Yesus menangisi kota Yerusalem. Yesus mencintai kota Yerusalem. Namun, Ia juga tahu bahwa Yerusalem tidak mengenal damai sejahtera yang ditawarkan-Nya. Yerusalem hancur karena tidak mengenal Allah yang melawat.

Pengalaman Yerusalem sebenarnya dapat menjadi pelajaran bagi kita juga. Allah senantiasa melawat kita. Ia hadir dalam kehidupan kita. Namun, kadang-kadang kita tidak peduli kepada-Nya. Kita tidak mau mengenal-Nya. Tidak jarang pula dalam doa-doa kita, kita tidak dengan sungguh mau menerima kehadiran-Nya karena kita sibuk dengan pikiran kita sendiri. Doa menjadi kebiasaan yang asal berjalan dan supaya dilihat oleh orang lain saja. Dalam situasi hidup kita, apakah kita juga mengerti ”apa yang perlu untuk damai sejahtera kita”? Apakah kita juga mengetahui dan mengenal ”bilamana Allah melawat kita”?

Doa: Ya Yesus, bantulah aku untuk mengerti apa yang perlu bagi damai sejahteraku. Bantulah aku agar peka dan mengenal Engkau yang senantiasa hadir dalam hidupku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Selasa, 16 November 2010

Rabu, 17 November 2010 (Ziarah Batin 2010)-Luk 19:11-28

Rabu, 17 November 2010
Pw Sta. Elizabeth dari Hungaria; St. Dionisius Agung St. Gregorius Thaumaturgos; St. Gregorius dr Tours
Bacaan I: Why 4:1-11
Mazmur : 150:1-2.3-4.5-6; R: Why 4:8b
Bacaan Injil : Luk 19:11-28


"Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Maka Ia berkata: “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina.Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri.”Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur.Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya.Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu.Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina.Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku."Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem"(Luk 19:11-28)

Renungan

Raja dalam perumpamaan Yesus hari ini menuntut hasil yang lebih dari hamba-hambanya. Dengan perumpamaan ini Yesus hendak mengajarkan kepada kita bahwa semakin banyak yang kita terima, semakin banyak pula yang dituntut dari kita untuk menghasilkan buah.

Semua bakat, talenta, dan karunia kita berasal dari kasih Allah. Banyak karunia yang telah kita terima, baik berupa kesempatan untuk belajar, bekerja, berkeluarga, keberhasilan, dan secara khusus memiliki panggilan untuk menjadi pengikut Yesus; semuanya itu adalah karunia dan rahmat Allah. Kita dituntut untuk merawat dan mengembangkannya dalam hidup kita sehari-hari. Kita tidak boleh mengecewakan sang Raja dengan membuang semua anugerah-Nya. Maukah kita selalu belajar dan mengembangkan diri kita untuk lebih mengasihi Allah dan sesama kita?

Doa: Ya Allah, Bapaku, aku bersyukur atas segala talenta dan bakat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Tolonglah aku untuk lebih mengembangkan lagi bakat dan talenta yang telah Engkau percayakan kepadaku terutama untuk mengabdi sesama. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010 

Senin, 15 November 2010

Selasa, 16 November 2010 (ZIARAH BATIN 2010)-Luk 19:1-10

Selasa, 16 November 2010
Sta. Margarita dr Skotlandia , St. Yohanes de Castillo, dan St. Alphonsus Rodrigues; Sta. Gertrudis dr Hefta
Bacaan I: Why 3:1-6.14-22
Mazmur : 15:2-3ab.3cd-4ab.5; R:
Why 3:21 Bacaan Injil : Luk 19:1-10


"Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan te­rus melintasi kota itu. Di situ ada se­­orang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia ber­usaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.” Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”(Luk 19:1-10)
Renungan

Zakheus berusaha keras untuk melihat Yesus. Usahanya ini membuahkan hasil yang melebihi harapannya. Ia hanya berusaha untuk melihat, namun malahan berjumpa secara pribadi dan menerima Yesus di rumahnya. Zakheus benar-benar bertobat. Hidupnya diubah karena perjumpaan dengan Yesus. Ia mengembalikan semua rampasannya, bahkan secara berlimpat ganda.

Perjumpaan pribadi dengan Yesus mampu mengubah jalan hidup orang—bukan hanya Zakheus, para Rasul, dan murid Yesus pada masa itu. Sepanjang sejarah dunia, kita menyaksikan begitu banyak orang berubah hidupnya setelah mengalami sapaan dan perjumpaan pribadi dengan Yesus. Pada masa kini, kita juga bisa melihat pengalaman banyak orang kudus yang diubah hidupnya oleh Yesus.

Salah satu contoh pribadi pada masa kini adalah Bunda Teresa dari Kalkuta. Ia telah menjadi seorang biarawati. Namun, ia merasa belum cukup. Ia menjadi rasul untuk orang-orang terabaikan. Bunda Teresa menjadi teladan bagi kita saat ini.
Apakah kita juga memiliki semangat dan kemauan yang keras seperti Zakheus untuk berjumpa dengan Yesus? Maukah kita menjumpai Dia dan siap diubah oleh-Nya?

Doa: Ya Yesus, Engkau berkenan mencari pendosa yang bertobat. Bantulah aku untuk mengalami Engkau dalam hidupku. Ubahlah aku seturut kehendak-Mu. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010


Minggu, 14 November 2010

Senin, 15 November 2010(Ziarah Batin 2010)-Luk 18:35-43

Senin, 15 November 2010
St. Albertus Agung
Bacaan I: Why 1:1-4; 2:1-5a
Mazmur : 1:1-4b; R: Why 2:7b
Bacaan Injil : Luk 18:35-43



"Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Apa itu?” Kata orang kepadanya: “Yesus orang Nazaret lewat.” Lalu ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!”
Lalu Yesus berhenti dan menyuruh mem­bawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang itu: “Tuhan, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata Yesus kepadanya: “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah"(Luk 18:35-43)


Renungan

Si buta ditanya oleh Yesus: ”Apa yang kauinginkan Kuperbuat bagimu?” Pertanyaan Yesus kepada si buta yang disembuhkan itu dapat pula diajukan kepada kita. Apakah yang sebenarnya kita ingin Tuhan lakukan bagi kita?

Pertanyaan ini dapat membantu kita untuk memfokuskan doa kita. Hal yang paling kita butuhkan adalah mendapatkan rahmat keutamaan yang berguna dalam hidup kita. Memohon keutamaan kesabaran, saling memahami atau belas kasih sering kali merupakan hal pokok yang dapat kita minta secara khusus bila sedang mengalami kesulitan dalam relasi dengan sesama. Berdoa memohon agar diberi keteguhan iman bila sedang dalam godaan. Memohon rahmat keutamaan pengampunan bila sedang mengalami kesulitan dalam mengampuni sesama.

Permohonan si buta sangatlah jelas dan penuh iman. Ia merayakan karunia kesembuhan dengan memuliakan Allah dan menyertai Yesus dalam perjalanan-Nya. Apakah pengalaman si buta juga sudah menjadi pengalaman kita juga?

Doa: Ya Yesus, Engkau menyembuhkan si buta karena imannya. Tambahlah juga iman pada diriku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Jumat, 12 November 2010

Sabtu, 13 November 2010 (ZIARAH BATIN 2010)-Luk 18:1-8

Sabtu, 13 November 2010
St. Stanislaus Kostka; St. Didakus; Sta. Fransiska Xaveria Cabrini; St. Aloisius Versiglia dan St. Callistus Caravario; B. Engenius Bossilkov
Bacaan I : 3Yoh 5-8
Mazmur : 112:1-2.3-4.5-6; R:1a
Bacaan Injil : Luk 18:1-8


"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan: “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidak­kah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”(Luk 18:1-8)
Renungan

Pernahkah Anda kecewa karena merasa doa permohonan Anda tidak dikabulkan Tuhan? Apakah Anda kemudian berhenti meminta dari Tuhan? Perumpamaan hari ini mengingatkan kita untuk meminta dan memohon kepada Tuhan dengan tanpa henti. Kalau hakim yang adalah manusia biasa saja mau mengabulkan permintaan seorang janda yang terus-menerus meminta kepadanya, apalagi Tuhan yang lebih baik dari si hakim.

Allah akan mendengarkan orang yang berseru kepada-Nya. Ia akan memperhatikan seruan yang dilambungkan siang dan malam. Allah yang berbelas kasih melebihi siapa pun akan datang dan menolong kita. Apakah kita yakin dan percaya akan janji Yesus ini? Maukah kita tetap berseru dan memohon kepada-Nya? Doa membuka hati dan jiwa kita kepada Allah. Doa mengungkapkan dan memperdalam iman kita kepada Allah yang kepada-Nya kita berharap dan tidak pernah dikecewakan. Maukah kita terus berdoa kepada Allah? Juga ketika merasa doa-doa kita tidak dikabulkan?

Doa Ya Tuhan, ajarilah aku berdoa dan berharap hanya kepada-Mu. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Kamis, 11 November 2010

Jumat, 12 November 2010(ZIARAH BATIN 2010)-Luk 17:26-37

Jumat, 12 November 2010
Pw St. Yosafat Kunzewich, Uskp. Mrt; St. Nilus; St. Theodorus Studit
Bacaan I : 2Yoh 4-9
Mazmur : 119:1.2.10.11.17.18; R:1b
Bacaan Injil : Luk 17:26-37


”Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan be­lerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. Ingatlah akan isteri Lot! Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.” [Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.] Kata mereka kepada Yesus: “Di mana, Tuhan?” Kata-Nya kepada mereka: “Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar.”(Luk 17:26-37)

Renungan

Yesus memberikan gambaran ketika Putra Manusia menyatakan diri. Ia mengambil gambaran dari zaman Nuh dan Lot. Gambaran yang diberikan oleh Yesus terasa menakutkan kita. Namun, sesungguhnya Yesus hendak memberikan pengajaran kepada kita bagaimana kita harus bersikap dalam kehidupan kita saat ini. Kita diingatkan oleh Yesus untuk tidak bertindak bodoh seperti orang-orang pada masa Nuh dan juga Lot.

Bahkan, istri Lot yang dihukum Tuhan menjadi contoh bagi kita untuk bertindak bijaksana dalam hidup ini. Apa yang kita lakukan pada hidup kita saat ini seharusnya mengarahkan kita pada persiapan untuk menyambut kedatangan Allah. Artinya, kita bersiap untuk menerima Dia. Oleh karena itu, hidup penuh kasih sesuai dengan ajaran Yesus adalah cara kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Allah. Berbahagialah bila kita didapati-Nya bersiaga menyongsong kedatangan-Nya.

Doa:Ya Yesus, aku selalu memohon kedatangan kerajaan-Mu dalam doa ”Bapa Kami” yang Kauajarkan kepadaku. Bantulah aku untuk selalu siap menyambut-Mu pula dalam hidupku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Rabu, 10 November 2010

Kamis, 11 November 2010 (Ziarah Batin 2010)- Luk 17:20-25

Kamis, 11 November 2010
Pw St. Martinus dr Tours; St. Theodorus Konstantinopel;
Bacaan I : Flm 7-20
Mazmur : 146:7.8-9a.9bc-10; R:5a
Bacaan Injil : Luk 17:20-25

"Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apa­­­­bila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.” Dan Ia ber­kata kepada murid-murid-Nya: “Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari pada hari-hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya. Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut. Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.”(Luk 17:20-25)

Renungan

Harapan banyak orang di sekitar Yesus adalah bahwa Kerajaan Allah segera datang untuk membebaskan mereka dari penjajahan Roma dan menegakkan kembali kerajaan Israel. Harapan tersebut tentu saja berbeda dengan kenyataan yang dibawa Yesus.

Oleh karena itu, Yesus menegaskan kembali bagaimana kedatangan Kerajaan Allah. Tidak menangkap dengan persis ajaran dan maksud Yesus, sering terjadi dalam diri banyak orang yang mendengarkan pengajaran Yesus. Hal ini terjadi karena mereka mempunyai pikiran sendiri. Atau dengan kata lain tidak mau membuka hati untuk menangkap ajakan dan pengajaran Yesus secara benar.

Sikap seperti inilah yang menghambat untuk mengenal Yesus dan Kerajaan Allah yang diwartakan-Nya. Apakah kita juga sibuk dengan pikiran dan keinginan kita sendiri? Apakah kita masih mengenal Kerajaan Allah yang hadir dan nyata dalam kehidupan kita saat ini? Allah merajai hidup kita. Ia hadir dalam kehidupan kita, dalam sesama kita, pekerjaan kita, doa-doa, dan perayaan Ekaristi. Ia datang kepada kita.

Doa Ya Allah, bukalah mataku agar mengenal-Mu dalam kehidupanku sehari-hari. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Selasa, 09 November 2010

Rabu, 10 November 2010(Ziarah Batin 2010)-Luk 17:11-19

Rabu, 10 November 2010  
Pw St. Leo Agung, Paus; St. Andreas Avelino
Bacaan I: Tit 3:1-7
Mazmur : 23:1-3a.3b-4.5.6; R:1
Bacaan Injil : Luk 17:11-19


Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Lalu Ia memandang mereka dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir.Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: “Bukankah ke­se­­puluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?” Lalu Ia berkata kepada orang itu: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”(Luk 17:11-19)


Renungan

Ada sepuluh orang yang disembuhkan oleh Yesus. Namun, hanya satu orang yang datang kembali kepada Yesus untuk mengucapkan terima kasih dan bersyukur atas kesembuhannya. Orang yang datang dan bersyukur adalah seorang Samaria. Ke manakah yang sembilan orang lain yang juga telah sembuh?

Kisah kesepuluh orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus—dalam Injil hari ini—mengingatkan kita untuk mengambil sikap yang sama seperti si orang Samaria atas segala sesuatu yang telah kita terima dari Allah dalam hidup kita. Kita sering berseru kepada Allah meminta pertolongan dalam hidup kita, atau mungkin kita banyak mengajukan permohonan dalam doa kita. Banyak pula rahmat dan karunia telah kita terima. Pada akhirnya, doa telah dikabulkan. Namun, apakah kita juga selalu ingat untuk berterima kasih kepada Allah? Bersyukur kepada-Nya? Lebih jauh lagi, apakah kita juga mengenal Dia yang berkarya dan bertindak dalam hidup kita?

Si kusta yang disembuhkan dan kembali kepada Yesus dapat menjadi model bagi hidup kita. Kita diberi contoh untuk mengenal karya-Nya dalam hidup kita dan bersyukur kepada Allah setiap saat atas begitu banyak anugerah yang telah kita terima dalam hidup kita. Maukah setiap hari kita bersyukur dalam doa-doa kita kepada Allah dan juga dalam tingkah laku kita?

Doa: Ya Yesus, aku berterima kasih dan bersyukur kepada-Mu atas begitu banyak rahmat yang telah Kau berikan kepadaku, teristimewa aku bersyukur atas panggilan untuk menjadi pengikut-Mu dan boleh mengalami kasih-Mu dalam hidupku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Senin, 08 November 2010

Selasa, 09 November 2010 (Ziarah Batin 2010;Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran)-Yoh 2:13-22

Selasa, 09 November 2010
Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran; St. Teodorus Tiro, Mrt
Bacaan I : Yeh 47:1-2.8-9.12
Mazmur : 46:1-3.5-6.8-9; R:5
Bacaan II : 1Kor 3:9b-11.16-17
Bacaan Injil : Yoh 2:13-22


"Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kam­bing domba dan lembu mereka; uang pe­nukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu mem­buat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus."(Yoh 2:13-22)

Renungan

Pesta Pemberkatan Basilika Lateran hari ini mengajak kita untuk merenungkan makna rumah ibadat kita, yaitu bangunan gereja. Sikap Yesus terhadap orang Yahudi yang menggunakan Bait Suci secara tidak pantas dapat menjadi acuan dan contoh kita. Kita juga memiliki rumah ibadat yang kita sebut gereja. Apakah kita sudah memperlakukan gereja kita dengan baik sebagai tempat kita berjumpa dengan Allah? Berjumpa dengan sesama orang beriman kepada Yesus?

Perlakuan yang layak terhadap rumah ibadat kita selanjutnya mendorong kita untuk lebih memperhatikan persekutuan kita sebagai Gereja, yaitu persatuan orang yang percaya kepada Yesus. Kita bertemu dengan sesama umat beriman di gereja setiap hari Minggu atau setiap hari untuk bersama-sama memuji Allah. Sebagai kumpulan orang percaya, kita berdoa dan menyambut Tuhan yang hadir dalam Ekaristi. Oleh karena itu, kita harus menjaga fungsi rumah ibadat kita dengan baik. Tidak sepantasnya kita menyalahgunakan fungsi gereja untuk kepentingan pribadi, kelompok, maupun kepentingan lainnya. Gereja—rumah ibadat kita—adalah tempat pertemuan kita, Tuhan, dan sesama. Di situlah, kita bersama menimba kekuatan dari sumber yang tak kunjung habis, yaitu Allah.

Doa: Ya Yesus, ajarlah aku agar lebih mencintai Gereja-Mu. Amin.

Minggu, 07 November 2010

Senin, 08 November 2010 (Ziarah Batin 2010)-Luk 17:1-6

Senin, 08 November 2010
Sta. Teoktista; St. Klaudius, dkk. Mrt
Bacaan I: Tit 1:1-9
Mazmur : 24:1-2.3-4ab.5-6; R:6
Bacaan Injil : Luk 17:1-6

"Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: “Tambahkanlah iman kami!” Jawab Tuhan: “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.”(Luk 17:1-6)

Renungan

Mengampuni merupakan kata yang mudah diucapkan, tetapi terasa sangat berat kalau harus dilakukan. Banyak persoalan dalam kehidupan kita akan segera terselesaikan seandainya kita mau dan rela mengampuni kesalahan atau kekeliruan orang lain. Namun, kita lebih sering enggan untuk mengambil tindakan tersebut. Kadang terjadi juga bahwa kita menyatakan telah mengampuni, namun sesungguhnya cara kita bertindak dan bersikap jelas-jelas menunjukkan sikap yang sebaliknya, sikap yang sebenarnya tidak memberikan pengampunan.

Yesus mengajak kita untuk menjadi sempurna dengan cara saling menegur dan memperbaiki saudara-saudari kita yang bersalah. Yesus juga mengajak kita untuk rela dan mau memaafkan tanpa batas. Berapa kali pun sehari kesalahan terjadi, kita diajak untuk mengampuni orang yang bersalah. Memang, akan terasa berat memaafkan orang lain yang telah melakukan tindakan yang tidak berkenan di hati kita. Dalam hal ini, para Rasul pun merasa berat dan meminta Yesus menambah iman mereka.

Kita setiap hari mendoakan Bapa kami. Sadarkah kita bahwa kita juga mengatakan ”seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami”? Maukah kita mengampuni mereka yang bersalah kepada kita?

Doa: Ya Yesus, mengampuni sesama tidaklah mudah bagiku. Oleh karena itu, tambahlah imanku agar aku bisa seperti-Mu mau memaafkan siapa saja yang membuat-Mu terluka. Amin.

Sabtu, 06 November 2010

Minggu, 07 November 2010,Pekan Biasa XXXII(ZIARAH BATIN 2010)-Luk 20:27-38

Minggu, 07 November 2010
Pekan Biasa XXXII – St. Willibrordus; B. Maria Assumta Pallota; St. Ernestus; St. Herkulanus; B. Gratia dr Kotar
Bacaan I: 2Mak 7:1-2.9-14
Mazmur : 17:1.5-6.8b.15; R:15b
Bacaan II : 2Tes 2:16–3:5
Bacaan Injil : Luk 20:27-38

"Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: “Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai sau­dara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudara­nya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak.Akhirnya perempuan itu pun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia.”
Jawab Yesus kepada mereka: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.”(Luk 20:27-38)


Renungan

Orang Saduki disibukkan dengan pemikiran bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka berupaya membuktikan bahwa pemikiran mereka benar. Oleh karena itu, mereka pun hendak memastikan bahwa Yesus keliru. Mereka mengajukan persoalan yang sebenarnya tidak berarti sama sekali dengan kehidupan kekal. Titik tolak pemikiran orang Saduki sudah salah sejak awal. Allah adalah Allah yang kekal. Ia telah ada sejak awal mula. Karena diliputi oleh pemikiran sendiri, orang Saduki tidak mampu melihat kebenaran sejati yang diajarkan oleh Yesus.

Berhadapan dengan kehidupan kekal dan kebangkitan, kita mungkin memiliki sikap seperti orang Saduki. Kita disibukkan untuk memahami ajaran dengan titik tolak yang tidak sepenuhnya menolong kita untuk memahami kebangkitan dan kehidupan kekal. Seharusnya kita lebih membuka hati dan pikiran kita bagi karya Roh Kudus. Dengan demikian, kita lebih mampu menangkap makna sesungguhnya kehidupan kekal dan kebangkitan. Kita tidak hanya memahami arti dan makna kehidupan kekal dan kebangkitan, lebih dari itu kita tahu cara dan jalan untuk memperoleh hidup yang kekal. Cara dan jalan menuju kehidupan kekal adalah cara dan jalan Yesus sendiri. Maukah kita mengikuti jalan-Nya?

Doa: Ya Yesus, berilah aku Roh Kebijaksanaan untuk mengerti dan memahami ajaran-Mu serta melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Amin.

Jumat, 05 November 2010

Sabtu, 06 November 2010 (ZIARAH BATIN)-Luk 16:9-15

Sabtu, 06 November 2010
St. Nuno Pereira; St. Leonardus dr Noblac
Bacaan I: Flp 4:10-19
Mazmur : 112:1-2.5-6.8a.9; R:1a
Bacaan Injil : Luk 16:9-15


"Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah per­sahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.”“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam per­kara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam per­kara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapa­kah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.”(Luk 16:9-15)


Renungan

Mengabdi Tuhan tidak boleh setengah hati. Yesus menuntut agar seluruh hidup kita hanya tertuju kepada-Nya. Bila kita mau mengikuti ajakan dan tuntutan Yesus ini, uang pun menjadi relatif bagi kehidupan kita. Uang memang penting karena kita membutuhkannya untuk menunjang kehidupan kita sehari-hari. Namun, hal ini tidak berarti bahwa uang menjadi pusat perhatian hidup kita. Kita diajak untuk mengenal apa yang penting dan perlu dalam hidup kita. Yang terpenting dan perlu dalam hidup kita adalah Yesus, Tuhan kita, harta surgawi kita. Uang tidak dapat membeli segala-galanya dalam kehidupan kita.

Kita diajak oleh Yesus untuk lebih memperhatikan harta surgawi. Yesus mengajarkan kita untuk memulai dari hal-hal yang kecil, namun perlu dan penting bagi harta surgawi kita. Bila kita tekun, bukan hal yang mustahil bagi kita untuk mendapatkan harta yang tidak akan musnah dan dicuri orang. Oleh karena itu, kita memang tidak boleh mendua dalam mengikuti Yesus.

marilah berdoa:Ya Yesus, terima kasih atas panggilan-Mu untuk mengikuti Engkau. Bantulah aku untuk memupuk harta surgawi melalui kesetiaan hidupku kepada-Mu. Ajarilah aku untuk selalu setia kepada-Mu. Amin.


Kamis, 04 November 2010

Jumat, 05 November 2010 (Ziarah Batin 2010)-Luk 16:1-8

Jumat, 05 November 2010
Sta. Elizabeth dan St. Zakharias; B. Fransiska Amboisa; B. Guido M. Conforti
Bacaan I: Flp 3:17–4:1
Mazmur : 122:1-2.3-4a.4b-5; R:1
Bacaan Injil : Luk 16:1-8


"Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Ada seorang kaya yang mem­punyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apa­kah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai ben­dahara.Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, su­paya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.
Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.”(Luk 16:1-8)

Saudara-saudari terkasih dalam nama Tuhan Kita Yesus Kristus,

 Bendahara dalam perumpamaan Yesus adalah contoh orang yang dengan cerdik memanfaatkan kepercayaan yang diberikan oleh tuannya dalam bekerja. Ia mencari akal untuk menyelamatkan diri dari kesulitan. Cara-cara yang dipakai oleh si bendahara sungguh cerdik. Kendati berhenti bekerja, ia tetap mendapatkan tempat naungan untuk hidupnya. Oleh karena itu, ia dipuji oleh tuannya.

Perumpamaan tersebut tidak mengajak kita untuk bertindak curang dalam kehidupan, tetapi justru memperlihatkan kepada kita bagaimanakah seharusnya kita bertindak di saat-saat kita berhadapan dengan rahmat dan karunia dari Allah yang kita terima. Apakah kita juga cerdik dalam mencari cara agar rahmat dan karunia Allah dapat berdaya guna dalam kehidupan kita? Ataukah kita diam-diam saja? Kita seharusnya cerdik dalam hidup agar rahmat dan karunia Allah yang kita terima makin berkembang. Sebagai orang beriman kita tidak boleh diam tanpa inisiatif. Kita harus rajin mencari cara agar kehidupan kita makin baik di hadapan Allah. Dengan demikian, kita boleh berharap kita pun akan dipuji Allah kita.

Doa: Ya Allah, Bapa dan Tuhanku, berilah aku keberanian untuk mengambil langkah-langkah baru untuk mengembangkan diri. Bantulah aku agar makin bertumbuh dalam iman. Amin.

Rabu, 03 November 2010

Kamis, 04 November 2010 (Ziarah Batin 2010)-Luk 15:1-10

Kamis, 04 November 2010
Pw St. Karolus Boromeus, Uskup; St. Emerik
Bacaan I: Flp 3:3-8a
Mazmur : 105:2-3.4-5.6-7; R:3b
Bacaan Injil : Luk 15:1-10

"Para pemungut cukai dan orang-orang ber­dosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemu­kan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”(Luk 15:1-10)

Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus,

Betapa sulit hidup bersama tanpa harus mengingat kesalahan orang dan mengadili orang lain. Ini kita alami dalam kehidupan kita bersama. Sangat mudah kita mencap sesama kita dan melihat kelemahan sesama kita karena merasa diri lebih baik daripada orang lain. Hal ini juga sudah terjadi pada zaman Yesus. Orang Farisi dan ahli Taurat merasa diri suci dan menolak para pemungut cukai yang dianggap berdosa.

Yesus memberikan suatu ajakan kepada kita untuk bersikap seperti Allah. Allah digambarkan oleh Yesus melalui perumpamaan sebagai Allah yang penuh belas kasih; Allah yang bahkan mencari mereka yang hilang dan tersesat. Allah selalu mencari mereka yang berdosa dan diajak untuk bertobat. Itulah belas kasih Allah.

Kita juga diajak oleh Yesus untuk berlaku yang sama dalam hidup kita. Kita tentu membutuhkan pengampunan dari Allah atas dosa-dosa kita. Pengampunan dosa yang telah kita terima tentunya harus kita nyatakan dalam cara hidup kita yang tidak mau lagi berbuat dosa dan lebih dari itu adalah bertindak mengikuti teladan Allah. Kita diajak juga untuk mengampuni sesama kita. Lebih jauh lagi, rela hidup bersama dengan sesama tanpa membuat pembedaan dalam bentuk dan cara apa pun. Bukankah kita sama-sama anak-anak Allah?

Doa: Allah Bapa Maharahim, ajarilah aku mengampuni dan memaafkan sesamaku yang bersalah kepadaku. Sebaliknya, beranikanlah aku untuk mau mengakui kesalahan yang telah aku perbuat terhadap sesamaku. Amin.

Selasa, 02 November 2010

Rabu, 03 November 2010(Ziarah Batin)-Luk 14:25-33

Rabu, 03 November 2010
St. Martinus de Porrez; St. Hubertus ; B. Pius Campidelli; B. Rupert Mayert
Bacaan I : Flp 2:12-18
Mazmur : 27:1.4.13-14; R:1a
Bacaan Injil : Luk 14:25-33


"Ada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasar­nya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”(Luk 14:25-33)
Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus,

Dalam usaha meraih cita-cita kita harus bekerja keras tanpa mengenal lelah. Kita juga dituntut untuk memusatkan perhatian kita pada cita-cita kita itu. Pendek kata, seluruh perhatian, pikiran, tenaga dan kemampuan kita harus kita kerahkan untuk menggapai cita-cita kita. Tentu setelah kita mencapai cita-cita, kita merasa puas dan lega. Bila kita ingin bersatu dengan Yesus dalam keabadian, kita tidak hanya diajak untuk mengerahkan tenaga kita seperti kita mengejar cita-cita kita. Kita diajak oleh Yesus agar pusat perhatian kita adalah Yesus. Yesus menjadi pusat perhatian bukan hanya dalam doa-doa kita. Yesus menekankan pentingnya agar seluruh hidup kita memang tertuju dan terpusat pada-Nya.

Itulah cara untuk bersatu dengan-Nya dalam Kerajaan Kasih-Nya. Tidak ada jalan lain selain menjadikan Yesus prioritas dalam hidup kita. Karena Yesus sebagai pusat hidup, hal-hal lain yang semula kita anggap penting pun menjadi relatif. Itulah artinya meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus.

Apakah Anda merasakan adanya halangan untuk menjadikan Yesus sebagai pusat dan tujuan hidup utama Anda? Kesulitan-kesulitan tersebut dapat berasal dari diri sendiri, keluarga, dan sesama kita lainnya. Bagaimana Anda bersikap bila menghadapi pilihan-pilihan yang tidak sesuai dengan jalan hidup sebagai pengikut Yesus?

marilah berdoa:Ya Yesus, ajarilah aku untuk hanya mencari Engkau dalam hidup. Kuatkan aku bila aku merasakan bahwa mengikuti-Mu terasa berat. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010

Senin, 01 November 2010

Selasa, 02 November 2010(Peringatan Arwah Semua Orang Beriman-ZIARAH BATIN)-Mrk 15:33-39; 16:1-6

Selasa, 02 November 2010
Peringatan Arwah Semua Orang Beriman
Bacaan I: Yes 25:6a.7-9
Mazmur : 63:2.3-4.5-6.8-9; R:2b
Bacaan II : Rm 8:31b-35.37-39
Bacaan Injil : Mrk 15:33-39; 16:1-6



"Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sam­pai jam tiga. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.” Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!”Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapa yang akan meng­gulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?” Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Mereka pun sangat terkejut, tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia.”(Mrk 15:33-39; 16:1-6)

Saudara-saudari yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus,

Hari ini kita diajak oleh Gereja untuk memperingati arwah semua orang beriman. Melalui peringatan ini, kita diajak untuk mendoakan mereka yang telah meninggal. Dengan doa, kita mau memohon kepada Allah yang penuh belas kasih untuk melimpahkan karunia kasih-Nya kepada mereka yang kita doakan agar diperkenankan memasuki Kerajaan Kasih-Nya. Doa merupakan bentuk kasih kita kepada mereka yang kita doakan. Kita mengingat mereka karena kita memiliki hubungan kasih. Allah pasti mendengarkan doa-doa kita.

Di samping itu, kita juga diajak untuk merenungkan kembali tujuan hidup kita. Injil hari ini mengingatkan kita bahwa kita semua akan mengalami kematian. Kematian bukanlah akhir, namun awal hidup baru. Yesus yang wafat disalib, bangkit!
Kita percaya kepada Yesus. Kita yang telah mengalami kematian juga akan mengalami ke­bangkitan. Pertanyaannya adalah apakah hidup kita memang sudah sesuai dengan iman kita akan Yesus yang bangkit? Kita mengikuti Yesus, itu berarti kita mau menyelaraskan hidup kita dengan hidup Yesus. Kesesuaian hidup kita dengan ajaran dan kehendak Yesus menjadi jalan bagi kita untuk ikut mengalami kebangkitan Yesus.

marilah berdoa:Ya Yesus, Engkau telah mengalami kegelapan makam. Tolonglah diriku dan orang-orang yang telah meninggal agar beroleh kebangkitan yang Engkau janjikan. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2010