Jumat, 29 Juli 2011

Sabtu, 30 Juli 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 14:1–12

Sabtu, 30 Juli 2011
Pekan Biasa XVII (H)
St. Petrus Krisologus; St. Yustinus de Yakobis; St. Abdon dan Senen; Sta. Yulita dr Kaesarea
Bacaan I: Im. 25:1,8–17
Mazmur : 67:2–3,5,7–8; R: 4
Bacaan Injil : Mat. 14:1–12

Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: ”Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya.” Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya. Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: ”Tidak halal engkau mengambil Herodias!” Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberi­kan kepadanya apa saja yang dimintanya. Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: ”Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.” Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara dan kepala Yohanes itu pun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.


Renungan

Ketika Gereja merayakan tahun Yubileum, banyak kegiatan yang dilakukan, baik yang bersifat sosial maupun liturgis. Salah satu seminari menandai tahun Yubileum itu dengan mengadakan ”pemutihan” atau ”pelunasan utang-utang” karyawan seminari. Semua karyawan yang memiliki utang dianggap sudah lunas. Rektor mengatakan inilah saat membebaskan saudara-saudari kecil kita dari beban utang mereka.

Dalam Bacaan Pertama hari ini dijelaskan apa itu tahun Yobel (lih. Im. 25:1.8–17). Yobel adalah sangkakala, yang ditiup untuk menandai sebuah perayaan besar setiap 50 tahun sekali. Peniup­an Yobel itu mau mengingatkan bahwa kekuasaan Tuhan mutlak atas seluruh bumi dan kekuasaan-Nya itu demi keselamatan seluruh manusia. Penyelamatan itu ditandai dan diwujudkan dengan pembebasan para budak, tanah yang dijual harus dikembalikan pada pemiliknya, bumi pun harus diistirahatkan. Seluruh hukum harus diselaraskan dengan Hukum Tuhan agar negara dan bangsa disucikan.

Apa yang dilakukan Herodes pada hari ulang tahunnya justru sebaliknya. Ia malah menyuruh memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Sebagai orang beriman, hendaknya kita senantiasa men­jadikan hari-hari hidup kita sebagai hari yang penuh rahmat dan keselamatan bagi sesama kita.

Doa

Ya Tuhan, kadang aku tidak sadar diri bahwa aku meletakkan beban berat pada sesamaku. Aku ingin bertobat dan mau menjadi sumber rahmat dan keselamatan bagi lingkungan sekitarku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Kamis, 28 Juli 2011

Jumat, 29 Juli 2011-Pw Sta. Marta, Maria, dan Lazarus, Sahabat Tuhan (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 11:19–27

Jumat, 29 Juli 2011
Pekan Biasa XVII
Pw Sta. Marta, Maria, dan Lazarus, Sahabat Tuhan (P) St. Simplisius; St. Faustinus dan Beatriks
Bacaan I: 1Yoh. 4:7–16
Mazmur : 34:2–3,4–5,6–7,8–9,10–11
Bacaan Injil : Yoh. 11:19–27



Di situ banyak orang Yahudi telah da­tang kepada Marta dan Maria untuk meng­­hibur mereka berhubung dengan ke­ma­tian sau­daranya. Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapat­kan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus: ”Tuhan, sekiranya Eng­kau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Te­tapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” Kata Yesus ke­pada Marta: ”Saudaramu akan bangkit.” Kata Marta kepada-Nya: ”Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Jawab Yesus: ”Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Jawab Marta: ”Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”


Renungan

Dialog Yesus dan Marta dalam perikop Injil tadi adalah bagian dari kisah panjang tentang Yesus membangkitkan Lazarus dari mati. Suatu perbuatan mukjizat yang tiada taranya. Di sini Yesus hendak memperlihatkan ke-Allah-an-Nya yang berkuasa atas maut. Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Mesias, Anak Allah, yang datang ke dunia.
Pertanyaan kita, mengapa Yesus mau melakukan mukjizat ini justru kepada Lazarus? Siapakah Maria dan Marta itu sampai Yesus mau datang ke rumah mereka dan mau menggunakan kuasa-Nya sebagai Allah, yang dapat membangkitkan orang mati? Jawabannya tiada lain adalah karena KASIH. Maria dan Marta amat mengasihi Yesus dan mereka terlihat saling mengasihi. Kasih itulah yang membuka mata hati Marta untuk mengenal Yesus lebih dalam sebagai Mesias. ”Siapa yang tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1Yoh. 4:8). Oleh karena kasih yang sama, Yesus diutus Bapa untuk datang kepada kita, supaya kita hidup oleh-Nya (bdk. 1Yoh. 4:9).

Peringatan wajib Santa Marta, Maria, dan Lazarus ini hendaknya menggerakkan hati kita untuk semakin bertumbuh dalam kasih itu—kasih yang semakin dalam kepada Allah dan sesama. Hanya dengan mengasihi seperti Yesus mengasihi, kita pantas menjadi sahabat Yesus yang terkasih.

Doa


Tuhan Yesus, aku bersyukur menjadi sahabat-Mu. Semoga aku semakin dalam mengenal-Mu dan semakin luas dalam mengasihi sesamaku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Rabu, 27 Juli 2011

Kamis, 28 Juli 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 13:47–53

Kamis, 28 Juli 2011
Pekan Biasa XVII (H)
St. Nasarius dan Selsus; St. Viktor dan Innosensius
Bacaan I: Kel. 40:16–21,34–38
Mazmur : 84:3,4,5–6a,8a.11; R: 2
Bacaan Injil : Mat. 13:47–53

”Demikian pula hal Kerajaan Surga itu se­umpama pukat yang dilabuh­kan di laut, lalu mengumpul­kan ber­­bagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pu­kat itu pun diseret orang ke pantai, lalu du­duk­­lah mereka dan mengumpul­kan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak ba­ik mereka buang. Demikian­lah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Mengertikah kamu semuanya itu?” Mereka menjawab, ”Ya, kami mengerti.”
Maka berkatalah Yesus kepada mereka, ”Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Surga itu seum­pama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.” Sete­lah Yesus selesai menceritakan perumpa­ma­an-perumpamaan itu, Ia pun pergi dari situ.



Renungan

Tuhan melakukan pemilihan mana orang baik dan mana orang jahat, lalu ia memilahnya dan memisahkannya. Dalam perumpamaan tentang pukat ini, Yesus mau menegaskan bahwa kejahatan dan kebaikan atau kebenaran bukanlah nasib, bukan Tuhan yang menghendaki. Hal ini terjadi karena manusia itu sendiri. Tuhan menaburkan kebaikan, tetapi pada akhirnya manusia yang menerima benih kebaikan itulah yang bisa melipatgandakan kebaikan Tuhan, tetapi juga bisa melenyapkannya. Perbuatan dan tindakan manusia juga menentukan berkembang atau tidaknya sebuah kebaikan.
Tuhan membiarkan seleksi terjadi melalui perjalanan hidup manusia. Pada akhirnya Tuhan akan memilih orang-orang yang menggandakan kebaikan-Nya menjadi ”anak-anak Terang” yang diutus untuk menerangi sesamanya agar mengalami keselamatan yang berasal dari pada-Nya.

Doa


Ya Tuhan, semoga aku menjadi orang yang Kaupilih untuk melipatgandakan kebaikan dan kemurahan hati-Mu. Jadikanlah aku orang-orang yang mampu memahami kehendak dan perintah-Mu. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Selasa, 26 Juli 2011

Rabu, 27 Juli 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 13:44–46

Rabu, 27 Juli 2011
Pekan Biasa XVII (H)
B. Maria Magdalena Martinengo; B. Titus Brandsma
St. Pantaleon; St. Aurelius dan Sta. Natalia
Bacaan I: Kel. 34:29–35
Mazmur : 99:5,6,7,9
Bacaan Injil : Mat. 13:44–46

”Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipen­damkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya per­gilah ia menjual seluruh miliknya lalu mem­beli ladang itu.
Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu se­um­pama seorang pedagang yang mencari mu­tiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”


Renungan

Sekarang ini banyak kita jumpai foto aura. Menurut orang-orang yang pernah foto aura, ketika orang sedang bahagia maka cahaya yang ada di sekitarnya berwarna putih, sedangkan orang yang sedang mengalami stres, sedih, atau marah cahaya yang ada di sekitarnya buram atau gelap. Tanpa melakukan foto aura pun kita bisa melihat raut wajah seseorang. Orang yang baik diperlihatkan dengan raut wajah yang manis dan tatapan mata yang ramah, sedangkan orang jahat akan tampak dari raut wajah yang menyebalkan dan tatapan mata yang licik.

Musa dalam Bacaan Pertama hari ini wajahnya bercahaya sampai menyilaukan mata bangsa yang dipimpinnya. ”Ketika Musa turun dari Gunung Sinai—kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu—tidakkah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan Tuhan” (Kel. 34:29). Cahaya kemuliaan yang terpantul di wajah­nya adalah karena ia dekat dan bersatu dengan Tuhan. Musa selalu berelasi dan berkomunikasi dengan Tuhan, maka wajahnya menampakkan seri kemuliaan Allah. Cahaya itu adalah wajah Allah yang dibawa Musa kepada bangsanya. Sebagai pemimpin bangsa, Musa menghadirkan kemuliaan wajah Allah.

Kemuliaan Tuhan bagai mutiara yang amat berharga untuk kita. Bila kita ingin memperoleh kemuliaan Tuhan maka kita juga harus mendekatkan diri dan selalu berelasi dan berkomunikasi dengan Dia. Bahkan segala hal yang menghalangi kita untuk mendekatkan diri dan berkomunikasi dengan Dia perlu dibuang dan ditinggalkan. Namun, kemuliaan wajah Tuhan bukan untuk kemuliaan kita sendiri, melainkan untuk kebaikan dan kebahagiaan serta keselamatan sesama yang kita jumpai. Setelah kita memperolehnya, kita membagikannya kepada semua orang; kita menjadi pancaran wajah kasih-Nya bagi sesama.

Doa: Ya Tuhan, Engkau memerintahkan aku untuk menjadi cahaya dunia. Semoga cahaya kemuliaan wajah-Mu itulah yang aku bawa dalam diriku agar dunia mengalami terang keselamatan-Mu. Amin.

sumber:ziarah batin 2011

Senin, 25 Juli 2011

Selasa, 26 Juli 2011-Pw St. Yoakim dan Ana, Orangtua SP Maria (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 13:16–17

Selasa, 26 Juli 2011
Pekan Biasa XVII
Pw St. Yoakim dan Ana, Orangtua SP Maria (P)
Bacaan I: Sir. 44:1,10–15
Mazmur : 132:11,13-14,17–18
Bacaan Injil : Mat. 13:16–17


”Tetapi berbahagialah matamu kare­na melihat dan telingamu karena men­dengar. Sebab Aku ber­kata kepa­damu: Sesungguh­nya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”


Renungan

Orangtua mana yang tidak bangga melihat anaknya sukses, disenangi banyak orang, penuh sukacita dan damai. Demikianpun anak yang berbahagia itu, yang menjadi kebanggaan keluarga, tentu akan berbagi kebahagiaan dengan orangtua dan sanak keluarganya. Suasana seperti inilah yang kiranya dialami oleh St. Yoakim dan Ana, ketika melihat Maria, anak mereka, dipenuhi kasih karunia, sukacita, dan damai dari Allah sendiri.

Kebahagiaan Maria pun menular kepada kedua orangtuanya. Mereka berbahagia terlebih karena telah diberi anugerah untuk melihat, mendengar, mengetahui rahasia Kerajaan Allah yang kini sedang dinyatakan dalam diri Yesus, Putra Maria, cucu mereka. Kebahagiaan yang demikian ini amat ditegaskan Yesus: ”Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar” apa yang dijanjikan Allah kepada manusia.

Kita pun akan disebut Yesus sebagai orang-orang yang berbahagia jika kita sanggup menemukan kehendak Allah dalam
setiap peristiwa hidup kita, baik dalam suka maupun duka. Dengan berupaya menemukan maksud Allah di balik setiap peristiwa hidup kita, sesungguhnya kita mengangkat peristiwa tersebut, yang mungkin biasa-biasa saja, ke tingkat yang lebih tinggi, dan percayalah Allah akan mempermuliakan kita di dalam pekerjaan-pekerjaan itu. Kita akan disukai Tuhan karena selalu melibatkan Dia dalam hidup dan karya-karya kita.


Doa: Tuhan Yesus, aku ingin menjadi anak yang berbahagia, karena senantiasa dekat dengan-Mu. Semoga kebahagiaanku ini menular kepada sesamaku melalui pekerjaan-pekerjaanku yang baik. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Kamis, 21 Juli 2011

Jumat, 22 Juli 2011-Pw Sta. Maria Magdalena (ziarah batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 13:18–2

Jumat, 22 Juli 2011
Pekan Biasa XVI
Pw Sta. Maria Magdalena (P); St. Teofilus
Bacaan I: Kel. 20:1–17
Mazmur : 19:8,9,10,11; R: Yoh. 6:64
Bacaan Injil : Mat. 13:18–23



”Karena itu, dengarlah arti per­um­pamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman ten­tang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengerti­nya, datanglah si jahat dan merampas yang ditabu­rkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila da­tang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang dita­bur­kan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.”


Renungan

Kontrak kerja sama selalu berisi butir-butir yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Dalam kontrak itu juga disepakati hal-hal yang perlu dihindari atau malah harus dijauhi agar tidak merugikan dan merusak kerja sama itu.

Perjanjian di Sinai juga berisi butir-butir yang harus ditaati oleh umat Israel. Namun, ada perbedaan yang sangat mendasar: dalam perjanjian Sinai, butir-butir yang diperintahkan oleh Allah bukan untuk keuntungan Allah, melainkan justru demi keuntungan dan kebaikan umat sendiri. Perintah jangan membunuh, berzina, bersaksi dusta, dan sebagainya bukan untuk keuntungan Allah, tetapi untuk kebaikan manusia dalam hidup bersama. Jika larangan itu dilanggar maka yang akan dialami manusia adalah kekacauan, ketakutan, dan kerugian yang sangat besar. Agar mereka dapat menjauhi segala kejahatan yang menimbulkan kerugian itu maka pada awal perjanjian, Allah memerintahkan agar mereka menomor-satukan Allah—tidak ada allah lain dan menyembah hanya kepada-Nya. Menomor-satukan relasi dengan Allah adalah syarat utama dan mutlak untuk menjalin relasi yang baik dengan sesama.

Doa:


Tuhan, aku sering melalaikan relasi dan komunikasi dengan-Mu sehingga aku sering mengalami kekeringan dalam hidup, relasi dengan sesama juga terhambat. Aku ingin selalu menjaga kesegaran relasiku dengan-Mu, bantulah aku dengan rahmat-Mu agar dapat melakukannya. Amin.

sumber:ziarah batin 2011

Rabu, 20 Juli 2011

Kamis, 21 Juli 2011 (Ziarah batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 13:10–17

Kamis, 21 Juli 2011
Pekan Biasa XVI (H)
Daniel, Nabi; St. Laurensius dr Brindisi; St. Viktor dr Marseilles
Bacaan I: Kel. 19:1–2,9–11,16–20b
Mazmur : Dan. 3:52,53,54,56
Bacaan Injil : Mat. 13:10–17

Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: ”Me­nga­pa Engkau berkata-kata kepada me­reka dalam perumpamaan?” Jawab Yesus: ”Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari pada­nya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perum­pamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak men­dengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak me­ngerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan me­reka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.

Tetapi berbahagialah matamu karena meli­hat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin men­dengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”


Renungan

Yesus mengajar orang-orang dan para murid yang mengelilingi-Nya dengan perumpamaan-perumpamaan. Banyak yang tidak mengerti apa maksud dari pengajaran Yesus itu, sehingga mereka bertanya-tanya; tetapi Ia menegaskan bahwa hanya orang yang mempunyai imanlah yang mampu memahami apa yang diajarkan-Nya itu.

Peristiwa perjanjian Yahweh dengan bangsa Israel di gunung Sinai digambarkan dengan kedahsyatan alam. Ini untuk menekankan keagungan Allah melebihi segala rasa takut dalam diri umat. Ini bagian dari pendidikan umat Allah, yang harus menerima perintah Allah dengan rasa takut agar jangan melanggar dan terutama jangan menggantikan Allah dengan dewa-dewa lain. Isi pendidikan yang diberikan Allah kepada umat melalui Musa adalah perintah untuk menyucikan diri dan bersiap-siap menyambut kehadiran Allah.


Setiap hari Allah juga mendidik kita melalui peristiwa hidup sehari-hari dan melalui Sabda yang kita dengar dalam perayaan Ekaristi. Tujuan utama pendidikan Tuhan bagi kita adalah juga agar kita selalu menyucikan diri dengan tidak melakukan kejahatan.

Doa:

Ya Tuhan, aku berterima kasih dan bersyukur karena Engkau mendidik dan membimbing aku untuk selalu sadar diri sehingga tidak jatuh di dalam kejahatan dan dosa. Aku ingin menjadi murid-Mu yang tidak hanya mendengar, tetapi juga melaksanakan ajaran-Mu. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Selasa, 19 Juli 2011

Rabu, 20 Juli 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 13:1–9

Rabu, 20 Juli 2011
Pekan Biasa XVI (H)
Elia, Nabi; Sta. Margaretha dr Antiokhia; St. Vinsent Kaun
Bacaan I: Kel. 16:1–5,9–15
Mazmur : 78:18–19,23–24,25–26,27–28; R: 24b
Bacaan Injil : Mat. 13:1–9


Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datang­lah orang banyak ber­bondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: ”Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”


Renungan

Kasih Tuhan tidak pernah dihalangi, dihentikan, atau dirusakkan oleh apa pun juga, bahkan oleh dosa sekalipun. Walau berkali-kali manusia membalas kebaikan dan kasih Tuhan dengan melakukan dosa dan kesalahan, tetapi kasih Tuhan tetap mengalir. Benih kebaikan dan kasih-Nya ditaburkan ke seluruh umat-Nya.

Bangsa Israel yang sedang berada dalam perjalanan menuju tanah merdeka selalu ditaburi kebaikan dan kasih Tuhan, tetapi bagaikan tanah tipis di pinggir jalan atau semak berduri. Mereka senang dan bersukacita waktu mendengar janji pembebasan dari Tuhan. Namun, ketika mengalami kesulitan, kegembiraan mereka berubah menjadi sungut-sungut. Mereka protes pada Tuhan melalui Musa dan Harun, gembala dan pemimpin mereka. Mereka tidak sabar dan mudah mengeluh dalam perjuangan menuju kemerdekaan. Akan tetapi, Tuhan tetap mengasihi mereka. Dia tidak menghentikan kebaikan dan kasih serta kemurahan hati-Nya, meskipun melihat umat yang dipilih-Nya justru bersungut-sungut. Tuhan justru memanjakan mereka dengan hujan berkat, yakni kelimpahan makanan di tengah padang gurun. Tujuan kasih Tuhan itu adalah agar umat mengenal siapa sebenarnya Tuhan yang menyelamatkan mereka itu.


Setiap saat kita juga menerima hujan berkat dari Tuhan. Dia tidak menghentikan berkat-Nya hanya karena kita berdosa. Kehendak Tuhan adalah agar berkat yang dicurahkan itu berbuah banyak dalam kehidupan, karena kita menanggapinya dengan penuh rasa syukur. Kita seharusnya menjadi tanah subur yang menampung curahan berkat kasih Tuhan itu dan menumbuhkannya sampai berlipat ganda.

Doa:
Ya Tuhan, sering kali aku lupa bersyukur atas segala limpahan berkat dan kemurahan hati-Mu yang aku terima setiap saat. Semoga dari hari ke hari aku menjadikan diriku tanah yang subur, yang mampu melipatgandakan curahan berkat-Mu dalam kehidupan bermasyarakat dan menggereja. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2011

Senin, 18 Juli 2011

Selasa, 19 Juni 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 12:46–50

Selasa, 19 Juni 2011
Pekan Biasa XVI (H)
St. Arsenius Agung; Sta. Aurea
Bacaan I: Kel. 14:21–15:1
Mazmur : Kel. 15:8–9,10,12,17; R: 1
Bacaan Injil : Mat. 12:46–50


Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-sau­dara-Nya berdiri di luar dan ber­usaha menemui Dia. Maka seorang berkata kepada-Nya: ”Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: ”Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: ”Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”


Renungan

Orang mudah menyanjung keluarga atau kerabat orang besar yang terkenal dan berkuasa, kemungkinan agar dapat masuk dalam lingkungannya sehingga memperoleh sesuatu yang menguntungkan dan menyenangkan. Dengan kata lain, orang ingin menjadi orang terdekat dengan tokoh yang populer atau berkuasa melalui ”pintu belakang”. Yesus tidak menunjuk kemungkinan itu dengan memanfaatkan hubungan darah, tetapi berdasarkan kehendak Bapa.

Orang mengira bahwa Yesus akan mengistimewakan ibu dan saudara-saudara-Nya. Akan tetapi, Yesus malah berkata, ”Siapakah ibu-Ku? Dan siapakah saudara-saudara-Ku?” Jawaban yang disampaikan Yesus itu bukan untuk menolak sang ibu yang telah mengandung dan melahirkan-Nya, tetapi mendudukkan perkara pada dasar yang paling hakiki dan paling dalam. Keistimewaan Maria adalah karena ia melaksanakan kehendak Allah. Ia mengandung dan melahirkan Yesus karena Allah menghendakinya. Jadi, Maria menjadi orang yang sangat diistimewakan bukan karena hubungan darah dengan Yesus, tetapi karena mentaati kehendak Allah. Sabda ini kemudian diumumkan bagi setiap orang bahwa ”siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku”.

Jika kita ingin memperoleh keistimewaan dari Tuhan, syarat utamanya adalah melaksanakan kehendak-Nya sebagaimana Maria telah melaksanakannya, bukan memanfaatkan status yang kita punya.

Doa:

Ya Tuhan, aku ingin menjadi saudara-saudari-Mu, tetapi sering kali aku ingin mendapatkannya dengan cara yang mudah. Sabda-Mu mengingatkan aku bahwa aku harus menjadi seperti Bunda Maria yang taat pada kehendak Bapa. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Minggu, 17 Juli 2011

Senin, 18 Juni 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 12:38–42

Senin, 18 Juni 2011
Pekan Biasa XVI (H) Penampakan I Maria kepada Sta. Catharina Laboure; St. Frederik dr Utrecht; St. Simforosa dan putra-putranya
Bacaan I : Kel. 14:5–18
Mazmur : Kel. 15:1–2,3–4,5–6; R: 1
Bacaan Injil : Mat. 12:38–42


Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: ”Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.” Tetapi jawab-Nya kepada me­reka: ”Angkatan yang jahat dan tidak setia ini me­nuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam pe­rut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu peng­hakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus! Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Salomo!”


Renungan

Walaupun berkali-kali Tuhan bersabda bahwa Dia akan selalu menyertai umat-Nya, terlebih dalam kesulitan dan beban berat, tetapi sering kali manusia gampang takut pada kesulitan, ancaman, dan bahaya yang dihadapinya. Demikianlah gambaran orang-orang Israel yang sedang ngalami pembebasan dari penindasan orang-orang Mesir. Mereka marah dan bahkan mengumpat Musa dengan mengatakan lebih baik tetap hidup dalam perbudakan daripada dalam pelarian menuju kemerdekaan dan keselamatan itu. Demikian kata mereka, ”Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir” (Kel. 14:12). Musa justru dianggap mengganggu ketenteraman hidup mereka sebagai budak. Mereka tidak ingat lagi bahwa Allah yang mengawali seluruh usaha pembebasan itu tidak sepicik pikiran manusia: memulai sesuatu karya, tetapi tidak menyelesaikannya atau malah meninggalkannya karena bosan.


Penyerahan dan kepasrahan hidup ke dalam tangan kuasa kasih Allah perlu kita tingkatkan supaya kita tidak menjadi seperti orang Israel, yang justru memarahi Dia yang mau menyelamatkan hidup mereka. Akan tetapi, pasrah dan menyerah dalam kuasa tangan kasih Tuhan tidak berarti berdiam diri, melainkan seperti yang disabdakan Allah kepada Musa, yakni melakukan sesuatu. Bukan Allah sendiri yang bekerja, sementara kita berteriak-teriak dalam doa atau duduk tenang-tenang tanpa berbuat sesuatu.



Doa:

Ya Tuhan, aku sering kurang berpasrah pada kehendak-Mu yang menyelamatkanku. Aku berpikir seolah aku mampu melakukan sesuatu, dan jika aku gagal aku menyalahkan Engkau. Jadikanlah aku orang yang mentaati kehendak dan Sabda-Mu. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Jumat, 15 Juli 2011

Sabtu, 16 Juli 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 12:14–21

Sabtu, 16 Juli 2011
Pekan Biasa XV (H)
Sta. SP Maria dr Gunung Karmel; Sta. Reinildis; B. Para Perawan Martir Orange
Bacaan I : Kel. 12:37–42
Mazmur : 136:1,23–24,10–12,13–15
Bacaan Injil : Mat. 12:14–21


Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.
Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia me­nyem­buhkan mereka semuanya. Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ”Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.”

Renungan

Dalam kehidupan bermasyarakat, orang yang berkuasa sering diidentikkan dengan orang yang menakutkan karena bisa berbuat apa saja. Mengapa demikian? Karena orang yang mempunyai kekuasaan sering tergoda dan jatuh pada kesewenang-wenangan. Hukum bukan lagi digunakan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, tetapi disalahgunakan untuk mencari keuntungannya sendiri. Gambaran seperti ini kemudian dilekatkan pada Allah yang Mahakuasa; dengan kuasa-Nya Allah dilihat sebagai Penguasa yang kejam dan menakutkan.

Yesus menghadirkan Pribadi Allah yang sangat berbeda dengan gambaran orang saat itu. Allah adalah Penguasa yang lemah lembut, yang tetap menghendaki kebenaran, tetapi tidak menghukum orang yang bersalah atau berdosa, melainkan menyelamatkannya. Kelemah-lembutan dan kebaikan Allah itu dinyatakan dengan sabda, ”Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang” (Mat. 12:20). Orang yang jatuh dalam kesalahan, tidak dibinasakan-Nya, tetapi jus­tru direngkuh-Nya agar selamat. Kekuasaan itu dimiliki bukan untuk menindas orang demi mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri, tetapi kekuasaan Ilahi adalah untuk menyelamatkan orang lain, terutama mereka yang terancam keselamatannya karena kesalahan dan dosa mereka.

Doa
Ya Tuhan, jadikanlah aku hamba-Mu yang senantiasa menghadirkan kelemah-lembutan ketika berhadapan dengan sesama dan terlebih saat melayani mereka demi kebahagiaan mereka sebagaimana Engkau telah melakukannya bagiku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Kamis, 14 Juli 2011

Jumat, 15 Juli 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 12:1–8

Jumat, 15 Juli 2011
Pekan Biasa XV
Pw St. Bonaventura, UskPujG. (P); St. Yakobus dr Nisiba
Bacaan I : Kel. 11:10–12:14
Mazmur : 116:12–13,15–16bc,17–18; R: 13
Bacaan Injil : Mat. 12:1–8


Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena la­par, murid-murid-Nya memetik bulir gan­dum dan memakannya. Melihat itu, ber­ka­talah orang-orang Farisi kepada-Nya: ”Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak di­per­bolehkan pada hari Sabat.” Tetapi jawab Yesus kepada mereka: ”Tidak­kah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mere­ka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang meng­ikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam me­­lang­gar hukum Sabat di dalam Bait Allah, na­mun tidak ber­salah? Aku berkata kepada­mu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika me­­mang ka­mu mengerti maksud firman ini: Yang Ku­­kehendaki ialah belas kasihan dan bukan per­sembahan, tentu kamu tidak meng­h­ukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manu­sia adalah Tuhan atas hari Sabat.”


Renungan

Peraturan-peraturan atau hukum-hukum dalam agama merupakan petunjuk pelaksana yang bertujuan membantu umat agar dapat lebih mudah mengungkapkan dan mewujudkan imannya dalam sikap, doa, dan perbuatan. Namun, terkadang peraturan dan hukum itu bergeser menjadi semacam penentu baik buruknya hidup keagamaan seseorang dan bahkan penentu atas dosa dan pahala. Jika orang melakukan peraturan itu, ia merasa akan mendapat pahala nantinya, tetapi jika ia melanggar atau tidak melaksanakannya berarti ia berdosa dan risikonya mengalami penderitaan di neraka.

Anggapan ini membuat hidup beragama menjadi melenceng dari yang sesungguhnya. Ibadat doa hanya menjadi pemenuhan hukum agama saja. Itulah yang dihayati orang-orang Farisi. Mereka menilai baik buruknya orang dengan ukuran pelaksanaan hukum saja. Hukum tidak dilihat sebagai sebuah sarana yang membantu orang beriman mengungkapkan dan mewujudkan iman kepercayaannya.

Jawaban Yesus dalam Injil hari ini selain bertujuan mengkritik kepicikan orang Farisi, juga mau meluruskan dan memperluas padangan tentang hukum hari Sabat. Contoh yang dikatakan Yesus memperlihatkan bahwa hukum bertujuan membantu manusia menyadari bahwa kekuasaan Tuhan jauh melebihi kekuasaan hukum.

Doa
Ya Tuhan, jadikanlah aku pelayan umat-Mu yang mengutamakan hukum cinta kasih dalam membangun hidup bersama karena hukum-Mu adalah hukum yang menyelamatkan. Jangan biarkan aku jatuh menjadi hakim yang selalu mencari kesalahan orang lain. Amin.


sumber:Ziarah batin 2011

Rabu, 13 Juli 2011

Kamis, 14 Juli 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 11:28–30

Kamis, 14 Juli 2011
Pekan Biasa XV (H)
St. Fransiskus Solanus; St. Kamilus dr Lellis
Bacaan I : Kel. 3:13–20
Mazmur : 105:1,5,8–9,24–25,26–27; R: 8a
Bacaan Injil : Mat. 11:28–30


”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan ke­pa­damu. Pikullah kuk yang Kupasang dan bela­jarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”




Renungan

Nasihat bijak ”Tuhan tidak tidur” yang disampaikan kepada orang yang sedang mengalami persoalan berat dalam hidupnya, mau menegaskan bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan atau meninggalkan umat-Nya sendirian dalam pergulatan mengatasi persoalannya itu. Syair lagu”Tak akan pernah dibiarkannya kubergumul sendiri, sebab Allah mengerti …” juga mengatakan hal yang sama. Kata-kata bijak itu muncul karena tidak jarang orang mengalami keputusasaan ketika menghadapi persoalan yang berat, dan bahkan kemudian mempertanyakan di mana Allah? Mengapa Allah diam saja?

Demikian juga yang dialami oleh bangsa Israel ketika berada dalam penindasan bangsa Mesir. Allah menyatakan kehendak-Nya mengangkat bangsa Israel menjadi bangsa pilihan dan akan menyelamatkan mereka dari tanah penjajahan. Allah mendengarkan tangisan dan seruan mereka, sehingga Dia mengirim utusan-Nya—Musa—untuk memimpin keluar dari penderitaan penjajahan itu. Di bawah perlindungan dan pimpinan-Nya, Israel akan menemukan dan membangun masa depan: Allah mengikuti mereka selalu dalam perjalanan mereka.

Sabda Allah itu tergenapi juga dalam diri Kristus yang menyatakan, ”Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Kristus tidak melarikan diri ketika orang yang percaya dan berharap kepada-Nya sedang mengalami persoalan berat. Justru Dia menyediakan diri untuk menanggung beban berat itu dan menggantinya dengan kelegaan.

Doa
Ya Tuhan, penyertaan-Mu menguatkan langkah kakiku dalam menapaki peziarahan hidup ini. Semoga aku tidak mudah mengeluh dan putus asa ketika menghadapi kesulitan, karena Engkau selalu menyertaiku. Amin.




sumber:Ziarah Batin 2011

Selasa, 12 Juli 2011

Rabu, 13 Juli 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 11:25–27

Rabu, 13 Juli 2011
Pekan Biasa XV (H)
St. Henrikus; St. Eugenius; Sta. Teresia Yesus dr Andes
Bacaan I : Kel. 3:1–6,9-12
Mazmur : 103:1–2,3–4,6–7; R: 8a
Bacaan Injil : Mat. 11:25–27

Pada waktu itu berkatalah Yesus: ”Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.”



Renungan

Seperti air mencari tempat yang rendah, dan tempat yang paling rendah itulah yang dapat menampung air paling banyak, demikian juga dengan rahmat Tuhan. Dia mencari dan memilih orang ”kecil”, yakni orang yang rendah hati untuk menyingkapkan misteri Kerajaan Surga.

Bunda Maria adalah teladan sempurna sebagai orang yang rendah hati dengan menyebut dirinya hamba-Nya yang hina dina yang ditinggikan oleh semua bangsa dan disebut bahagia. Pastor Ars, Yohanes Maria Vianney adalah salah satu contoh ”orang kecil”, sederhana, dan rendah hati yang dipilih dan diangkat Tuhan untuk melimpahkan berkat dan rahmat keselamatan-Nya bagi orang-orang yang merindukannya. Orang-orang kudus ini tidak berambisi untuk ”memupuk harta surgawi” dengan menunjuk dan menghitung-hitung jasa yang telah mereka lakukan. Mereka memilih menghadap Tuhan dengan tangan terbuka dan sampai di hadapan-Nya dengan ”tangan kosong”. Justru ”tangan kosong” itu menjadi tempat untuk menerima dan menampung berkat Tuhan yang melimpah.

Kepandaian yang dimiliki seseorang terkadang justru digunakan orang untuk mengkritisi dan merasionalisasi misteri Ilahi. Itulah sebabnya Tuhan bersyukur kepada Bapa-Nya di surga karena Dia menyatakan misteri kebijakan Ilahi-Nya kepada mereka yang memiliki kerendahan hati.

Doa
Ya Tuhan, aku bersyukur karena Kauanugerahi talenta kepandaian untuk mengatur hidupku agar sesuai dengan kehendak-Mu. Semoga aku tetap rendah hati dalam kepan­daianku sehingga misteri Ilahi-Mu Kaunyatakan pula kepadaku dan sesama. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Senin, 11 Juli 2011

Selasa, 12 Juli 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 11:20–24

Selasa, 12 Juli 2011
Pekan Biasa XV (H)
St. Yohanes Gualbertus; St. Feodor dan Joan; St. Nabor dan Felix; St. Uguzo atau Lusio
Bacaan I : Kel. 2:1–15a
Mazmur : 69:3,14,30–31,33–34; R: 33
Bacaan Injil : Mat. 11:20–24



Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling ba­­nyak melakukan mujizat-mujizat-Nya: ”Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi Aku berkata ke­padamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan daripada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari peng­hakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan daripada tanggunganmu.”


Renungan

Beberapa tahun yang lalu kita akrab dengan istilah ”katabelece” atau surat sakti dan semacamnya. Dengan membawa surat sakti atau katabelece itu, seseorang akan mendapat perlakuan istimewa sehingga apa pun yang diinginkan akan dengan sangat mudah diperoleh. Kota-kota istimewa, seperti Khorazim, Kapernaum, dan Betsaida adalah kota-kota istimewa. Memang kota Khorazim tidak banyak diberitakan dalam Injil, tetapi Kapernaum dan Betsaida adalah tempat kediaman Petrus di tepi danau dan tempat Yesus setiap kali kembali mengajar dan melakukan mukjizat. Walaupun memiliki keistimewaan itu, ternyata mereka yang tinggal di kota-kota itu tidak mengalami keselamatan. Kekerasan hati penduduk kota Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum ini barangkali disebabkan karena mereka menganggap diri mereka sudah mempunyai agama yang baik dan kota-kota mereka sendiri sudah makmur sehingga mereka tidak mau menyerahkan diri kepada Yesus. Ada kesombongan rohani dalam hati mereka.

Kita harus mengusahakan keselamatan kita dengan takut dan gentar kepada Tuhan serta dengan tulus hati. Hanya dari Tuhanlah kita mengalami keselamatan, bukan karena nama baik atau kepandaian kita sendiri. Semoga kecaman Yesus atas penduduk kota Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum yang tidak mau bertobat setelah mendengarkan pewartaan Yesus mendapat jawaban yang positif dari pihak kita, yakni kita siap menghidupi semangat pertobatan itu di dalam kehidupan konkret kita sehari-hari. Kalau ini yang terjadi maka pertobatan kita akan mendatangkan keselamatan Tuhan, dan hidup kita sendiri berkat pertobatan itu menjadi saluran berkat Tuhan bagi sesama.

Doa
Tuhan, aku kadang kurang menyadari diriku ini terbelenggu oleh kesombongan rohani. Sabda-Mu mengingatkan aku bahwa keselamatan hanya berasal dari pada-Mu, bukan karena kebaikan dan kepandaianku. Ampunilah aku yang sering menyombongkan diri di hadapan-Mu dan sesamaku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Jumat, 08 Juli 2011

Sabtu, 9 Juli 2011 (Ziarah batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 10:24–33

Sabtu, 9 Juli 2011
Pekan Biasa XIV (H)
Sta. Veronika dr Binasko; B. Yohana Scopelli; St. Adrian Fortescue; St. Nikolaus Pick; Sta. Hermina
Bacaan I : Kej. 49:29–32; 50:15–26b
Mazmur : 105:1–2,3–4,6–7; R: 69:33
Bacaan Injil : Mat. 10:24–33



”Seorang murid tidak lebih daripada guru­­nya, atau seorang hamba dari pa­da tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.
Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisik­kan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. Dan janganlah kamu takut ke­pada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.
Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.
Setiap orang yang mengakui Aku di depan ma­nusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa me­nyang­kal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.”


Renungan

Yesus sebagai guru mengingatkan para murid-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah dengan penuh keberanian. ”Jangan takut terhadap mereka” (Mat. 10:26) mengindikasikan bahwa para murid tidak boleh takut terhadap roh kejahatan seperti yang ditegaskan dalam ayat sebelumnya, ”Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan kelemahan” (Mat. 10:1). Para murid diperintahkan untuk mengalahkan kuasa iblis, bukan untuk takut kepadanya. Para murid hanya boleh takut kepada Allah yang berkuasa atas mati dan hidupnya manusia. Yang dimaksud dengan takut kepada Allah adalah takwa dan taat pada kehendak-Nya, yang bertujuan demi kebaikan dan keselamatan manusia itu sendiri.

Allah yang menguasai kehidupan adalah Allah yang menghargai kehidupan manusia itu. Para murid dan setiap kita berharga di mata-Nya melebihi ciptaan lainnya. Karena itu, Allah tidak akan membiarkan manusia hancur di tangan iblis yang mau merusak hidup manusia. Allah bahkan akan menjaga sampai setiap helaian rambut manusia dan tidak akan dibiarkan hilang sehelai pun.

Doa
Ya Tuhan Allah, aku bersyukur karena Engkau menjadikan aku berharga di mata-Mu dan Engkau tidak akan membiarkan aku dikalahkan oleh roh kejahatan. Berkatilah aku selalu agar mampu mengalahkan roh kejahatan yang akan merusak kehidupanku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Kamis, 07 Juli 2011

Jumat, 8 Juli 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 10:16–23

Jumat, 8 Juli 2011
Pekan Biasa XIV (H)
St. Eugenius III, Paus; St. Andrianus III, Paus; St. Prokopius; B. Gregorius Grassi, Marie Hermine, dkk.
Bacaan I : Kej. 46:1–7,28–30
Mazmur : 37:3–4,18–19,27–28,39–40; R: 39a
Bacaan Injil : Mat. 10:16–23



”Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.
Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang ber­tahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.”


Renungan

Yesus menanamkan sikap sabar, rela, dan lembut hati pada Gereja-Nya; tidak menggunakan kekerasan, meskipun diperlakukan salah dan tidak adil. Perintah untuk bersikap seperti domba tidak berarti sikap lembek yang tidak bisa berbuat apa-apa di tengah-tengah keganasan serigala. Bersikap seperti domba adalah bersikap seperti Kristus sendiri Sang Anak Domba Allah, yakni tulus, tetapi cerdik ketika berhadapan dengan orang-orang licik dan mau benar sendiri seperti orang-orang Farisi. Ketika para murid harus menghadapi orang-orang yang suka menggunakan kekerasan bagaikan serigala, mereka harus menggunakan perhitungan dan kebijaksanaan. Kombinasi kecerdikan dan ketulusan ini menjadi kekuatan para murid dalam menghadapi orang-orang yang suka menggunakan kekerasan.
Selain nasihat untuk bersikap seperti domba, para murid juga dinasihati untuk waspada terhadap orang-orang yang akan menyesatkan dengan pengajaran mereka, bahkan pengajaran yang disampaikan di rumah ibadat sekalipun. Menghadapi mereka, Yesus mengingatkan untuk tidak cemas dan khawatir karena Roh Kebijaksanaan Allah akan datang dan bersabda melalui para murid yang mengimani Roh Kudus. Kebenaran akan selalu dibawa oleh Roh Kudus melalui para umat beriman.

Doa
Tuhan, aku mau menjadi murid-murid-Mu yang selalu terbuka akan kehadiran Roh Kudus-Mu untuk bersabda tentang kebenaran. Berilah aku kekuatan untuk selalu membawa Roh kebenaran itu di kala kami berhadapan dengan kepalsuan, ketamakan, dan keangkuhan. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Rabu, 06 Juli 2011

Kamis, 7 Juli 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 10:7–15

Kamis, 7 Juli 2011
Pekan Biasa XIV (H)
St. Odo; B. Maria Romero Meneses
Bacaan I : Kej. 44:18–21,23b–29; 45:1–5
Mazmur : 105:16–17,18–19,20–21; R: 5a
Bacaan Injil : Mat. 10:7–15



”Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkit­kanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam per­jalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atas­nya, jika tidak, salammu itu kembali ke­padamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu.”


Renungan

”Non c’e pace senza perdono, non c’e perdono senza pace!—Tidak ada kedamaian tanpa pengam­punan, tidak ada pengampunan tanpa kedamaian!” Itulah kata-kata inspiratif dari Paus Yohanes Paulus II yang sering dikutip orang ketika berbicara mengenai perdamaian dan pengampunan. Seruan Yusuf kepada saudara-saudaranya dalam bacaan pertama hari ini, ”Marilah dekat-dekat” (Kej. 45:4), memperlihatkan sikap mengampuni atas kejahatan saudara-saudaranya di masa lalu dan ajakan berdamai. Inilah salam damai dari Yusuf yang memecahkan kekakuan, menghilangkan ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, dan mendorong mereka untuk kembali bersatu sebagai saudara.

Upaya memulihkan hubungan persaudaraan yang retak atau terputus membutuhkan sebuah proses dan waktu. Demikian yang dialami Yusuf dan saudaranya. Kepergiannya ke Mesir merupakan sebuah proses panjang dan tidak mudah baginya untuk menjadi penyelamat bagi keluarganya. Yusuf berhasil menjadi penyelamat keluarga karena ia memiliki sikap mengampuni dan suka akan kedamaian.

Doa
Tuhan, jadikanlah aku jalan perdamaian dan kerukunan dalam keluarga dan masyarakat agar aku dapat menikmati keselamatan yang berasal dari-Mu. Bantulah aku menjauhkan penghalang perdamaian, yakni sikap tidak mau mengampuni. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Selasa, 05 Juli 2011

Rabu, 6 Juli 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 10:1–7

Rabu, 6 Juli 2011
Pekan Biasa XIV (H)
Sta. Maria Goretti; Sta. Godeliva
Bacaan I : Kej. 41:55–57; 42:5–7a,17–24a
Mazmur : 33:2–3,10–11,18–19; R: 22
Bacaan Injil : Mat. 10:1–7


Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka un­tuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala ke­lemahan. Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia.
Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: ”Janganlah ka­mu me­nyimpang ke jalan bangsa lain atau ma­suk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergi­lah ke­pada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.”

Renungan

Ketika hati kita dilukai oleh perbuatan atau sikap seseorang, kita cenderung menyimpan dendam dalam hati dan mencari kesempatan untuk membalas luka dan dendam dalam hati kita. Nasihat agar memaafkan mereka dan apalagi mendoakan mereka bukan hanya sangat sulit, tetapi serasa mustahil untuk dilakukan. Justru, kita sering menceritakan sakit hati kita itu kepada orang lain untuk mendapat dukungan dan kalau bisa orang yang mendengar cerita sakit hati kita ikut membela kita serta membenci orang yang telah menyakiti hati kita itu.

Belajarlah kita dari Yusuf. Yusuf dalam bacaan pertama adalah teladan yang diberikan Allah kepada kita. Ia orang yang diperlakukan semena-mena oleh saudara-saudaranya, tetapi ia tidak menyimpan dendam dalam hatinya. Malahan ketika ada kesempatan untuk menolong saudara-saudaranya yang terancam kelaparan, ia membalas kejahatan saudaranya dengan kebaikan dan kemurahan hati yang menyelamatkan. ”Air tuba dibalas dengan air susu”.
Dan, ingatlah Yesus telah menganugerahkan kuasa kepada para murid-Nya, yaitu kuasa mengusir roh jahat seperti kebencian, dendam, amarah, dan sejenisnya dari kehidupan kita. Jadi, pergunakanlah itu dengan semestinya.

Doa
Ya Tuhan, kuasa mengusir roh kejahatan telah Kauanugerahkan kepadaku. Berilah aku kekuatan agar dapat menggunakan kuasa-Mu itu untuk menciptakan kedamaian dan kerukunan di bumi ini. Amin.


sumber:Ziarah batin 2011

Senin, 04 Juli 2011

Selasa, 5 Juli 2011 (ZIarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 9:32–38

Selasa, 5 Juli 2011
Pekan Biasa XIV (H)
St. Antonius Maria Zakharia
Bacaan I : Kej. 32:22–32
Mazmur : 17:1,2–3,6–7,8b,15; R: 15a
Bacaan Injil : Mat. 9:32–38



Sedang kedua orang buta itu keluar, di­bawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: ”Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.” Tetapi orang Farisi berkata: ”Dengan kuasa peng­hulu setan Ia mengusir setan.”
Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta me­lenyapkan segala penyakit dan kelemahan.Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: ”Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”



Renungan

Sering terdengar komentar atau keluhan bahwa semakin lama semakin sedikit anak muda yang bersedia menjadi imam. Jumlah umat bertambah banyak, tetapi jumlah imam semakin sedikit—”Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” Gereja tidak hanya sekadar membutuhkan banyak tenaga, tetapi juga pekerja yang berkualitas. Banyaknya pekerja, tidak menjamin baik dan beresnya pekerjaan. Seorang pekerja dituntut mampu melalui masa-masa genting; motivasi panggilannya menjadi pekerja kebun anggur Tuhan dimurnikan oleh beratnya tantangan, besarnya tanggung jawab yang bisa terasa sebagai beban berat. Pekerja sejati adalah pekerja yang tahan uji dan selalu bersukacita dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Menjadi pelayan Tuhan bukanlah jalan untuk mengejar kedudukan dan tempat terhormat di kalangan umat dan masyarakat. Bukan tidak mungkin, kecenderungan itu selalu ada. Maka, kita hendaknya senantiasa memurnikan hidup panggilan kita. Pemurnian panggilan dilakukan dengan memeriksa diri setiap saat, belajar melayani tanpa pamrih, dengan cuma-cuma, tidak menempatkan diri di pusat sebagai yang dipertuan, melainkan sebagai hamba yang melayani.

Doa
Ya Tuhan, semoga para imam, biarawan/biarawati yang bekerja mewartakan karya keselamatan-Mu menjadi pewarta yang sejati, yang selalu memusatkan seluruh perhatian mereka hanya pada kehendak-Mu. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2011

Minggu, 03 Juli 2011

Senin, 4 Juli 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 9:18–26

Senin, 4 Juli 2011
Pekan Biasa XIV (H)
Sta. Elisabeth dr Portugal; St. Ulrich/Ulrikus; B. Pierre Georges Frassati; B. Maria Crocifissa Curcio
Bacaan I : Kej. 28:10–22a
Mazmur : 91:1–2,3–4,14–15ab; R: 2b
Bacaan Injil : Mat. 9:18–26


Sementara Yesus berbicara demikian ke­pada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan ber­kata: ”Anakku perempuan baru saja me­­ning­gal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup.” Lalu Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu ber­sama-sama dengan murid-murid-Nya. Pada waktu itu seorang perempuan yang su­dah dua belas tahun lamanya menderita pen­darah­an maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena kata­nya dalam hatinya: ”Asal kujamah saja ju­bah-Nya, aku akan sembuh.” Tetapi Yesus ber­paling dan memandang dia serta berkata: ”Teguh­kanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.
Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, berkatalah Ia: ”Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.” Tetapi mereka menertawakan Dia. Setelah orang ba­nyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu.

Renungan

Beberapa kali kita mendengar bagaimana orang yang terkena bencana tidak dapat diselamatkan karena bantuan datangnya terlambat. Kemudian muncullah penyesalan, kekecewaan, kemarahan, dan sebagainya karena orang berpikir seandainya bantuan datang tepat pada waktunya, orang tidak akan mengalami kerugian yang sangat besar, entah berupa kematian, kehilangan barang yang paling berharga, dan sebagainya. Juga kita sering mendengar betapa sulitnya ketemu dengan seorang pemimpin. Ketika diundang dalam sebuah acara, datangnya terlambat dan pulang cepat-cepat dengan alasan masih banyak acara yang harus dihadiri, dan sebagainya.

Kejadian tersebut berbeda dengan sikap yang senantiasa dilakukan Yesus, Gembala Agung kita. Setiap kali ada orang yang datang meminta kepada Yesus, segera Dia menanggapinya. Yesus bukanlah orang yang ”jual mahal”, menunda-nunda bantuan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa dirinya adalah orang penting. Sikap-Nya yang tanggap akan kebutuhan itu menjadi saluran keselamatan bagi orang yang memintanya. Ketika ada seorang yang menjamah jubah-Nya, Dia tidak merasa terganggu dan marah, tetapi justru sebaliknya meneguhkan dengan kata-kata-Nya yang menyejukkan hati. Anak kepala rumah ibadat pun menerima keselamatan berkat kehadiran Yesus. Teladan Yesus ini merupakan pengajaran bagi kita supaya bermurah hati dan rendah hati dalam pelayanan.

Doa
Tuhan, kerendahan hati-Mu dalam pelayanan membangkitkan kehidupan dan semangat bagi orang-orang yang Kaulayani. Semoga aku pun mempunyai kerendahan hati dan kemurahan hati dalam melayani sesama. Amin.

sumber:Ziarah batin 2011

Jumat, 01 Juli 2011

Sabtu, 2 Juli 2011 (ZIarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 9:14–17

Sabtu, 2 Juli 2011
Pekan Biasa XIII
Pw Hati Tersuci SP Maria (P); St. Bernardinus Realino; St. Fransiskus di Girolamo; St. Yohanes Fransiskus Regis
Bacaan I : Kej. 27:1–5,15–29
Mazmur : 135:1–2,3–4,5–6; R: 3a
Bacaan Injil : Mat. 9:14–17



Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata, ”Menga­pa kami dan orang Farisi ber­puasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka, ”Dapatkah sahabat-sa­ha­bat mempelai laki-laki berdukacita se­lama mem­pelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.
Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.”


Renungan

Yesus melakukan pembaruan dalam kehidupan para murid, terutama dalam hal keagamaan. Pelaksanaan dan penghayatan puasa adalah salah satu pembaruan yang dilakukan oleh Yesus. Puasa bukan bertujuan untuk mencapai sebuah prestasi, dan juga bukan sesuatu yang dibanggakan di hadapan orang lain atau bahkan di hadapan Tuhan, seperti yang dilakukan oleh orang Farisi ketika berdoa. Puasa merupakan ungkapan peran serta kita yang mencintai Yesus dalam puasa-Nya, dalam sengsara-Nya, dan dalam penderitaan Tubuh-Mistik-Nya, yaitu Gereja. Puasa merupakan ekspresi atau ungkapan kemurnian cinta, tidak mau ketinggalan dengan Sang Mempelai, yang sudah mencintai manusia sampai rela mengorbankan diri-Nya sampai mati.

”Anggur baru dan wadah yang baru” dalam hal berpuasa disampaikan Yesus kepada kita juga supaya bila kita mencintai seseorang, konsekuensinya adalah kita rela berkorban demi orang yang kita cintai itu. Maka, hendaknya kita mempunyai kerelaan berkorban dengan gembira. ”Minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu” adalah arahan dan prinsip baru yang disampaikan Yesus agar kita melakukan pengorbanan dengan tulus ikhlas dan tidak bersungut-sungut atau bersedih hati—bukan supaya pengorbanan kita diketahui oleh orang lain.

Doa
Ya Bapa, semoga aku menjadi putra dan putri-Mu yang selalu dengan riang gembira memberikan kebaikan kepada sesama. Bila aku berpuasa, biarlah puasaku menjadi ungkapan cinta dan keterlibatanku dalam karya keselamatan-Mu. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2011