Selasa, 28 Februari 2012

Kamis, 1 Maret 2012

Kamis, 1 Maret 2012
Pekan Prapaskah I (U)
St. Feliks III (II), Paus; St. David; Sta. Magdalena dr Kanossa
Bacaan I : Est. 4:10a.10c–12.17–19
Mazmur : 138:1–2a.2bc–3.7c–8; R: 3a
Bacaan Injil : Mat. 7:7–12







”Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

 
Renungan

Pernah suatu kali, seorang bercerita bahwa dia pergi ke dukun ketika dia menghadapi suatu persoalan. Dukun itu memberikan beberapa nasihat dan dia disuruh minum air yang telah didoakan. Dia menuruti saja apa yang diminta oleh sang dukun. Apa yang terjadi? Persoalan bukannya teratasi tapi malah tambah parah dan muncul persoalan-persoalan baru. Dia bahkan meninggalkan Yesus dan Gereja.

Ratu Ester dalam Bacaan I datang kepada Tuhan Allah ketika dia dan bangsa Israel berada dalam keadaan terancam. Ester menyampaikan keluh-kesah dan kesulitan yang dialami. Dia yakin akan kebaikan Tuhan Allah dan pertolongan-Nya. Tuhan Yesus dalam warta Injil hari ini mengajak para pengikut-Nya untuk senantiasa datang kepada Allah Bapa. Bapa adalah Allah yang Mahabaik dan senantiasa memberikan yang terbaik kepada manusia. Dia akan mengabulkan setiap permohonan anak-anak-Nya. Dia akan memberikan yang terbaik kepada kita di saat kita membutuhkannya.

Yesus mengundang kita untuk semakin setia datang kepada Bapa. Bapa selalu memberikan yang terbaik kepada kita. Bersediakah kita senantiasa datang kepada-Nya?

Doa
Ya Tuhan yang Mahabaik, terima kasih karena Engkau begitu baik kepadaku. Ajarilah aku untuk setia datang kepada-Mu dan berlaku baik hati kepada sesamaku. Amin.


sumber :ziarah batin 2012

Rabu, 29 Februari 2012

Rabu, 29 Februari 2012
Pekan Prapaskah I (U)
St. Gabriel Possenti; St. Leander
Bacaan I : Yun. 3:1–10
Mazmur : 51:3–4.12–13.18–19; R: 19b
Bacaan Injil : Luk. 11:29–32





Ketika orang banyak me­ngerumuni-Nya, berkatalah Yesus: ”Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka meng­hendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum me­­reka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan se­sung­guhnya yang ada di sini lebih daripada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka men­dengarkan pemberitaan Yunus, dan se­sung­guhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus!”



Renungan

Bobby Harimaipen, seorang pastor yang bijak, suatu saat menasihati seorang umatnya yang pemabok. ”Apakah Pastor bisa menunjukkan bagaimana caranya supaya saya berhenti minum?” tanya pemabok setengah menantang. Pastor pun menjawab, ”Ah, gampang sekali resep supaya berhenti minum. Itu semudah kita membuka telapak tangan!” Mendengar kata-kata tersebut, sang pemabok berkata, ”Kalau benar semudah membuka telapak tangan, tunjukkan dan saya bersumpah akan berhenti minum!” Dengan tersenyum Pastor Bobby menjawab, ”Begini, setiap kali Anda memegang botol atau gelas berisi minuman beralkohol, bukalah tangan Anda sebelum gelas itu menyentuh bibir Anda!” Sejak saat itu sang pemabok berhenti minum.
”Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menuntut suatu tanda, tetapi mereka tidak akan diberi tanda…!” sabda Yesus.
Tak selamanya tawaran pertobatan itu diterima. Ada banyak alasan untuk menolak atau menghindarinya. Bahkan, orang-orang dalam Injil menuntut tanda terlebih dahulu sebagai syarat pertobatan. Padahal pertobatan adalah soal hati. Untuk bertobat, pertama-tama harus ada kerelaan hati dan kemauan yang kuat, maka jalan akan terbuka lebar. Apakah selama masa puasa ini, sudah ada kemauan kuat dalam diri kita untuk bertobat?

Doa
Tuhan yang penuh belas kasih, luluhkan hatiku untuk mendengar ajakan pertobatan dari-Mu. Amin.

Jumat, 24 Februari 2012

Sabtu, 25 Februari 2012

Sabtu, 25 Februari 2012
Hari Sabtu Sesudah Rabu Abu (U)

Sta. Walburga

Bacaan I: Yes. 58:9b–14
Mazmur : 86:1–2.3–4.5-6; R: 11a
Bacaan Injil : Luk. 5:27–32



Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: ”Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.
Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan ber­sama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: ”Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama de­ngan pemungut cukai dan orang berdosa?” Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: ”Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”


Renungan

Novi adalah anak yang bandel dan kerap menyusahkan orang tuanya. Suatu hari ayahnya berkata, ”Novi, mulai hari ini, setiap kali kamu berbuat nakal, tancapkan sebatang paku di pohon depan rumah itu. Namun, untuk setiap kebaikan yang kamu lakukan, kamu boleh cabut satu paku!”

Mulanya paku bertambah banyak. Artinya, Novi memang banyak melakukan kesalahan. Namun dengan usaha yang sungguh, yaitu dengan melakukan banyak perbuatan baik, suatu hari paku-paku berhasil tercabut semua. Dengan bangga Novi berkata kepada ayahnya, ”Ayah lihat, paku-paku telah tercabut semua. Novi telah bertobat dan tidak akan nakal lagi!” Sambil tersenyum ayahnya menjawab, ”Betul Novi. Paku-paku telah tercabut, namun bekas-bekasnya akan tetap tinggal!”

Banyak orang, seperti Lewi dalam Injil, bertobat, meninggalkan cara hidup yang lama yang jahat. Mereka telah menemukan jalan yang benar. Meskipun demikian, luka-luka akibat perbuatan jahat yang kita lakukan di masa lalu, akan tetap melekat. Luka-luka itu mengingat­kan akan kelemahan serta kerapuhan kita yang kita akui di hadapan Tuhan, teristime­wa selama masa Prapaskah ini, agar oleh bilur-bilur-Nya kita pun menjadi sembuh total.

Doa: Bapa yang maha pengampun, jangan biarkan aku yang telah bertobat jatuh kembali ke jalan yang sesat. Amin.

sumber :ziarah Batin 2012

Kamis, 16 Februari 2012

Jumat, 17 Februari 2012

Jumat, 17 Februari 2012
Pekan Biasa VI (H)

St. Teodulus; St. Bonfilio dkk.;
St. Silvinus; St. Nisephorus

Bacaan I: Yak. 2:14–24.26
Mazmur : 112:1–2.3–4.5–6; R: 1
Bacaan Injil : Mrk. 8:34–9:1


Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata ke­pada mereka: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal diri­nya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nya­wa­nya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barang­siapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab barang siapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.” Kata-Nya lagi kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebe­lum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa.”

Renungan

Jer basuki mawa bea, kata pepatah. Segala sesuatu menuntut pengorbanan. Demikian juga halnya mengikuti Yesus. Bila orang ingin mengikuti Yesus, tidak cukup hanya di dalam hati atau dengan kata-kata saja.
Seorang ibu yang kehilangan suami secara mendadak, harus menghidupi tiga anaknya. Ibu ini tak berpengalaman mencari uang sebelumnya. Hari-harinya penuh dengan kegetiran dan perjuangan. Ia menjalaninya dengan tabah dan dengan tetap percaya kepada kebaikan Yesus. Ibu ini berhasil membesarkan anak-anaknya dengan baik. Ibu ini merupakan contoh konkret bagaimana menjadi pengikut Kristus yang baik. Ia tetap setia baik pada waktu segalanya berjalan lancar maupun ketika semua pintu seolah-olah tertutup baginya.

Yesus, dalam Injil hari ini mengajak para pengikut-Nya untuk tegar dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam hidup. Dan, apa pun tantangannya dan seberat apa pun salib yang dipikul, Yesus menasihati kita untuk tidak meninggalkan iman kita kepada-Nya.

 Tuhan, Bapa yang mahasetia, kuatkanlah aku selalu dan teguhkanlah imanku, khususnya ketika aku harus melalui jalan yang sakit dan menyesahkan. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Rabu, 15 Februari 2012

Kamis, 16 Februari 2012

Kamis, 16 Februari 2012
Pekan Biasa VI (H)

Onesimus; St. Porforios; B. Simon dr Cascia

Bacaan I: Yak. 2:1–9
Mazmur : 34:2–3.4–5.6–7; R: 7a
Bacaan Injil : Mrk. 8: 27–33


Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, ka­ta-Nya: ”Kata orang, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: ”Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Ia bertanya kepada mereka: ”Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Petrus: ”Engkau adalah Mesias!” Lalu Yesus me­la­­rang mereka dengan keras supaya jangan mem­be­ri­tahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menang­gung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia.
Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: ”Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Renungan

Seorang bapak sempat mengeluh. Ia merasa keberatan harus mengikuti pelajaran agama selama setahun penuh sebelum dapat dibaptis. ”Kenapa tidak bisa langsung dibaptis? Bukankah saya dapat mempelajari sendiri tentang agama Katolik?” ujar bapak tersebut memberi alasan.

Mengenal Kristus dengan baik diperlukan waktu serta ketekunan. Para murid telah bergaul dengan Yesus selama beberapa tahun. Meskipun demikian, mereka masih belum mengenal Yesus secara benar. Hanya Petrus yang sampai pada pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias, Juru Selamat. Namun, Petrus juga tampaknya tidak sepenuhnya mengerti Yesus. Saat Yesus menyampaikan bahwa ia harus menderita dan mati, Petrus berusaha untuk mencegahnya.

Barang siapa ingin mengikuti Kristus, janganlah hanya mengakui dengan bibir, melainkan harus mempertaruhkan nyawa untuk membela sesama, bila perlu sampai mati. Yesus telah membuktikan hal ini dengan menderita dan wafat, bahkan wafat di kayu salib. Pengurbanan kita tidak akan sia-sia, tetapi diperhitungkan oleh Allah.
 
Doa: Tuhan, doronglah aku untuk semakin bersedia mengenal-Mu lebih baik dan meng­ikuti-Mu dengan sepenuh hatiku. Amin.

Senin, 13 Februari 2012

Selasa, 14 Februari 2012~Pw St. Syrilus dan Metodius, Usk

Selasa, 14 Februari 2012
Pekan Biasa VI
Hari Valentine;

Pw St. Syrilus dan Metodius, Usk. (P)
St. Valentinus; St. Maro; St. Syrilus dan Metodius

Bacaan I: Yak. 1:12–18
Mazmur : 94:12–13a.14–15.18–19, R: 12a
Bacaan Injil : Mrk. 8:14–21



Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu.Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: ”Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Maka me­­­reka berpikir-pikir dan seorang berkata ke­pada yang lain: ”Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti.” Dan ketika Yesus me­­nge­tahui apa yang mereka perbincangkan, Ia ber­kata: ”Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu men­dengar? Tidakkah kamu ingat lagi, pada waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: ”Dua belas bakul.” ”Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: ”Tujuh bakul.” Lalu kata-Nya kepada mereka: ”Masih­kah kamu belum mengerti?”

Renungan

Ketika gempa dahsyat dan tsunami menimpa negeri Jepang (11 Maret 2011) dunia ikut terguncang. Tsunami itu menyebabkan kerusakan dan kerugian luar biasa. Pada saat yang sama dunia terpesona dengan sikap orang Jepang dalam menghadapi musibah tersebut. Meski kerusakan dan korban begitu besar, orang Jepang dengan tabah berusaha mengatasi bencana.

Semangat gambaru (berjuang sehabis-habisnya) mewarnai mentalitas orang Jepang. Kenyataan ini kontras dengan bangsa kita yang dianggap cengeng dalam menghadapi bencana. Dengan mudah kita menganggap bencana sebagai kehendak Tuhan.

Bencana dan kesusahan hidup akan terus datang. Kita tak akan pernah mengerti sepenuhnya asal-muasal penderitaan itu. Namun, tugas kita adalah mencoba bertahan dan menghadapinya sekuat kemampuan kita. Sebab, kita percaya Tuhan tak pernah memberi beban melampaui kekuatan kita.

Doa: Allah Bapa di Surga, berilah aku kekuatan dan iman yang teguh dalam menghadapi kesusahan hidup. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Kamis, 09 Februari 2012

Jumat, 10 Februari 2012~Pw. Sta. Skolastika, Prw.

Jumat, 10 Februari 2012
Pekan Biasa V

Pw. Sta. Skolastika, Prw. (P), St. Zenon

Bacaan I: 1Raj. 11:29–32; 12:19
Mazmur : 81:10–11ab.12–13.14–15
Bacaan Injil : Mrk. 7:31–37


Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang mem­bawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemu­dian sambil menengadah ke langit Yesus menarik napas dan berkata kepadanya: ”Efata!”, artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan men­ce­riterakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: ”Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.”


Renungan

Orang tuli atau tak bisa mendengar itu ternyata ada macam-macam, sekurang-kurangnya ada dua macam. Pertama, orang tidak bisa mendengar karena memang secara fisik terdapat kerusakan pada organ pendengarannya. Orang tuli lainnya adalah tuli secara psikologis. Bila seorang begitu konsentrasi pada pekerjaan, ia mungkin ”tidak mendengar” bunyi bel di pintu atau berderingnya bunyi telepon.
Konsentrasi yang penuh dapat menjadi suatu berkat, namun dapat pula menjadi kekurangan. Seorang pemuda yang jatuh cinta, bisa saja menjadi ”tuli”. Ia tidak dapat mendengar nasihat apa pun yang disampaikan kepadanya.

Demikian halnya tentang kebisuan. Dua orang yang saling membenci cenderung untuk tidak mau bertegur sapa. Mereka memiliki mulut dan lidah yang normal, namun kebencian hati telah mengikat lidah mereka. ”Effata”, ”Bukalah”, ujar Yesus.

Ada saat tertentu kita membutuhkkan sentuhan Yesus agar telinga dan lidah kita terbuka lebar pada kebaikan dan cinta Allah.
 
Doa: Yesus, sentuhlah aku agar aku lebih mau mendengarkan dan berkata-kata tentang yang baik saja. Jamahlah aku agar seluruh diriku terbuka mengungkapkan kasih-Mu. Amin.

sumber:ziarah batin 2012

Rabu, 08 Februari 2012

Kamis, 9 Februari 2012

Kamis, 9 Februari 2012
Pekan Biasa V (H)

St. Paulinus Aquileia; St. Aloisius Versiglia
dan Callistus Caravario; Sta. Apolonia; Eusebia Palomino Yenes

Bacaan I: 1Raj. 11:4–13
Mazmur : 106:3–4.35–36.37.40; R: 4a
Bacaan Injil : Mrk. 7:24–30

Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia me­mohon kepada Yesus untuk mengusir se­tan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepa­danya: ”Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan me­lem­parkannya kepada anjing.” Tetapi perem­puan itu menjawab: ”Benar, Tuhan. Teta­pi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Maka kata Yesus kepada perempuan itu: ”Kare­na kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” Perem­puan itu pulang ke rumahnya, lalu dida­patinya anak itu ber­baring di tempat tidur, se­dang setan itu sudah keluar.

Renungan

Di daerah Ciledug, Cirebon, para remaja biasa saling mengumpat dengan kata-kata kasar ”Anjing Sia!” (Sunda: Anjing kamu!). Bila kata-kata tersebut diucapkan di antara mereka, hal itu justru menunjukkan betapa akrab dan baiknya hubungan mereka. Tidak ada yang marah atau tersinggung. Namun, bila kata tersebut ditujukan kepada orang yang belum dikenal, persoalannya menjadi lain. Kata-kata tadi akan diterima sebagai penghinaan yang amat besar, menyebut atau menyamakan orang lain dengan anjing memang suatu penghinaan yang besar.

Wanita Yunani yang meminta pertolongan Yesus, seolah tidak peduli disamakan dengan anjing oleh Yesus. Dengan tetap ”ngotot” ia menjawab, ”Benar Tuan. Tetapi anjing-anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Jawaban wanita ini mengagumkan Yesus dan ia dipuji karena imannya. Karena imannya itu pula anaknya sembuh. Bebas dari kuasa setan.

Kisah wanita Yunani di atas menegaskan bahwa barang siapa mencari Yesus dengan sepenuh hati dan iman, tak akan pernah ditolak. Yesus dan kuasa rahmat-Nya bukan milik istimewa orang-orang tertentu saja, tetapi juga menjadi milik kita semua yang menaruh harapan penuh pada-Nya.

Doa:Tuhan Yesus Kristus, tambahkanlah imanku dan bebaskan aku dari yang jahat. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Selasa, 07 Februari 2012

Rabu, 8 Februari 2012

Rabu, 8 Februari 2012
Pekan Biasa V (H)

St. Yohanes dr Matha; St. Hieronimus Emilianus;
Sta. Yosefina Bakhita

Bacaan I : 1Raj. 10:1–10
Mazmur : 37:5–6.30–31.39-40; R: 30a
Bacaan Injil : Mrk. 7:14–23



Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: ”Kamu se­mua, dengarlah kepada-Ku dan cam­kan­­lah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam se­­seorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.” [Barang siapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!]
Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah un­­­­­tuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti per­­um­pamaan itu. Maka jawab-Nya: ”Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahu­kah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak da­pat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu di­­buang di jamban?” Dengan demikian Ia me­nya­­ta­kan semua ma­kanan halal. Kata-Nya lagi: ”Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, se­bab dari da­lam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, per­ca­bulan, pencurian, pem­bu­nuh­an, per­zinah­an, kese­ra­kahan, keja­hat­an, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesom­bongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan mena­jiskan orang.”


Renungan

Di Sumatera Utara banyak dijumpai restoran dengan tulisan mencolok, ”Rumah Makan Halal”. Dengan tulisan tersebut sang pemilik hendak mengatakan bahwa semua makanan di tempatnya adalah halal. Maklumlah, di Sumatera Utara banyak dijual B2 (daging Babi) bahkan B1 (daging Anjing) yang dianggap haram oleh sebagian orang, khususnya umat Muslim.
Aturan halal dan haram ini rupanya sudah lama ada dalam masyarakat Yahudi. Aturan tersebut bahkan dianggap sakral, datang dari Allah sendiri. Karenanya amat ditaati orang Yahudi.

Dalam Injil hari ini, dengan lantang Yesus mencabut nilai-nilai sakral yang sudah lama diyakini orang-orang Yahudi tersebut. Bagi Yesus, segala sesuatu yang diciptakan Allah adalah baik adanya. Bagi-Nya, makanan tidak membuat manusia berdosa. Dosa adalah sesuatu yang datang dari dalam diri kita, yaitu dari hati dan pikiran kita yang jahat.

Dengan kata-katanya yang keras, Yesus mengajak kita untuk lebih menjaga kebersihan hati dan pikiran daripada jenis makanan yang kita santap. Namun demikian, itu tidak menampik keyakinan bahwa ungkapan lahiriah seseorang, termasuk dalam hal kebersihan badan dan lingkungan sekitar, adalah cerminan sekaligus wujud kebersihan hatinya.

Doa: Bapa, terima kasih Engkau telah mengingatkan aku untuk senantiasa menjaga kebersihan hati dan budiku. Amin.

Senin, 06 Februari 2012

Selasa, 7 Februari 2012

Selasa, 7 Februari 2012
Pekan Biasa V (H)
St. Rikardus; Sta. Koleta; B. Anselmus Polanco; B. Rosalie Rendu; B. Pius IX, Paus
Bacaan I : 1Raj. 8:22–23.27–30
Mazmur : 84:3.4.5.10.11; R: 2
Bacaan Injil : Mrk. 7:1–13





Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka me­li­hat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan de­ngan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat isti­adat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Ba­nyak warisan lain lagi yang mereka pegang, um­pa­manya hal mencuci cawan, kendi dan per­kakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepa­da-Nya: ”Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?” Ja­wab-Nya kepada mereka: ”Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku de­ngan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abai­kan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” Yesus berkata pula kepada mereka: ”Sungguh pandai kamu mengesampingkan pe­rintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah ber­­ka­ta: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibu­nya harus mati.” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)


Renungan

Di sebuah Rumah Sakit terkenal selalu disediakan cairan pembersih tangan hampir di setiap sudut ruangan. Tujuannya jelas, untuk menjaga kebersihan dan kesehatan pengunjung. Tradisi mencuci tangan sebelum makan, mencuci gelas piring dan perkakas yang habis digunakan adalah sesuatu yang amat baik. Orang-orang Farisi yang amat terbiasa dengan tradisi baik itu, tidak tahan melihat murid-murid Yesus makan dengan tangan najis alias dengan tangan yang tidak dicuci terlebih dahulu. Mereka pun melontarkan kritik. Bukankah kritikan mereka beralasan dan positif? Mengapa Yesus marah dan balik mengecam mereka sebagai munafik?
Tampaknya bukan masalah cuci tangan yang membuat Yesus murka. Yang dikemukakan Yesus adalah soal prioritas. Yesus mengecam orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena mereka lebih mengutamakan adat istiadat yang lemah daripada perintah Allah yang utama. Perintah Allah untuk mengasihi sesama, khususnya yang miskin dan tak berdaya justru diabaikan.
Kita boleh dan wajib melaksanakan aturan hukum manapun yang mewajibkan kita, namun hukum Allah hendaknya selalu menjadi yang utama dan tidak boleh diabaikan.

Doa
Tuhan yang mahabaik, ingatkanlah aku senantiasa untuk mengutamakan perintah-Mu daripada aturan-aturan manusia yang kurang berarti. Amin.

Jumat, 03 Februari 2012

Sabtu, 4 Februari 2012

Sabtu, 4 Februari 2012
St. Yosef dr Leonisa; St. Yohanes de Britto;
St. Isidorus dr Mesir; Sta. Katarina dr Ricci;
Sta. Yoana Valois

Bacaan I: 1Raj. 3:4–13
Mazmur : 119:9.10.11.12.13.14; R: 12b
Bacaan Injil : Mrk. 6:30–34



Kemudian rasul-rasul itu kembali ber­­­­­kum­pul dengan Yesus dan memberi­ta­­­hukan kepada-Nya semua yang me­­re­ka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata ke­pa­da mereka: ”Marilah ke tempat yang sunyi, su­pa­ya kita sendirian, dan beristirahatlah seke­tika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mere­ka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada wak­tu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. De­ngan meng­ambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga men­dahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia me­lihat sejumlah be­sar orang banyak, maka ter­geraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada me­reka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gem­bala. Lalu mulailah Ia meng­ajarkan banyak hal kepada mereka.

Renungan

Semua orang yang memiliki kendaraan tahu bahwa kendaraan mereka tak bisa digunakan terus-menerus. Kalau tidak, dalam waktu singkat kendaraan akan hancur atau minimal mogok di jalan. Ada saatnya kendaraan diistirahatkan, masuk bengkel dan diservis kembali.

Hal yang sama terjadi pada manusia. ”Marilah kita pergi ke tempat yang sunyi supaya kita sendirian dan beristirahat sejenak,” ujar Yesus kepada murid-murid-Nya. Yesus menyadari pentingnya menjaga keseimbangan, perlunya istirahat sesudah kerja keras. Meski demikian, ada saat tertentu kita diminta ”mengorbankan” waktu istirahat kita demi suatu kebutuhan yang lebih mendesak dan penting. Itulah hikmah yang kita ambil dari bacaan Injil hari ini.

Doa: Tuhan Bapa yang baik, berilah aku kesadaran untuk menjaga keseimbangan hidup dengan berani mengambil waktu untuk beristirahat secara bertanggung jawab. Amin.