Kamis, 29 Maret 2012

Jumat, 30 Maret 2012

Jumat, 30 Maret 2012
Pekan Prapaskah V (U)
St. Yohanes Klimakus; St. Roswita
Bacaan I : Yer. 20:10–13
Mazmur : 18:2–3a.3bc–4.5–6.7; R: 7
Bacaan Injil : Yoh. 10:31–42



Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: ”Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu: ”Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” Kata Yesus kepada mereka: ”Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah — sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan —, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: ”Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.” Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.


Renungan

Perbuatan baik yang kita lakukan tidak selamanya ditanggapi atau diterima dengan baik pula oleh orang lain. Ada kalanya malah perbuatan baik dibalas dengan perbuatan jahat, seperti pepatah: ”Air susu dibalas air tuba”.

Yeremia diutus Allah kepada orang sebangsanya untuk menyampaikan kehendak Allah su­paya mereka bertobat dan setia. Namun, pewartaannya tidak selamanya disambut dengan baik dan hati terbuka. Sebagian dari mereka malah ingin mencelakakan Yeremia. Tetapi, Tuhan Allah menyertainya. Yesus juga mengalami keadaan seperti yang dialami Yeremia. Pewartaan Yesus ditolak oleh sebagian orang Yahudi. Mereka malahan mau melempari-Nya dengan batu. Mereka mau membinasakan-Nya. Mereka gagal mengenal siapa Yesus sebenarnya karena ketegaran hati dan kebencian mereka.
Melakukan yang baik dan benar tidak selalu mudah. Kadang kita justru dibenci karena berbuat baik dan benar. Akan tetapi, kita tidak boleh berhenti berbuat baik dan benar sekalipun menghadapi risiko. Perbuatan baik dan benar yang kita lakukan tidak boleh tergantung dari tanggapan orang, tetapi karena yakin bahwa itu dikehendaki Tuhan. Semoga kita dapat menemukan cara-cara yang kreatif dan bijak untuk selalu mengedepankan kebaikan dan kebenaran.

Doa
Tuhan, terima kasih karena Engkau selalu menyertaiku dalam keadaan apa pun juga. Semoga aku tetap teguh dalam menghadirkan kebaikan dan kebenaran. Amin.



sumber : ziarah batin 2012

Rabu, 28 Maret 2012

Kamis, 29 Maret 2012

Kamis, 29 Maret 2012
Pekan Prapaskah V (U)
St. Bertold; St. Yonah dan Berikjesu
Bacaan I : Kej. 17:3–9
Mazmur : 105:4–5.6–7.8–9; R: 8a
Bacaan Injil : Yoh. 8:51–59



Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: ”Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?” Jawab Yesus: ”Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: ”Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” Kata Yesus kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.


Renungan

Cukup banyak orang mudah mengumbar janji semudah mengingkarinya pula. Ketika musim kampanye, misalnya, banyak orang yang mengincar kedudukan tertentu dengan menebarkan janji-janji manis. Akan tetapi, setelah mendapatkan apa yang diinginkan itu, mereka tiba-tiba menjadi orang yang ”pelupa”.
Dalam Bacaan I, kita mendengar Allah mengikat perjanjian dengan Abraham. Allah menjanjikan keturunan kepada Abraham, membuat dia dan keturunannya menjadi bangsa besar. Tuhan Allah juga menjanjikan Tanan Kanaan sebagai milik mereka. Di atas semuanya, Tuhan Allah berjanji bahwa Dia adalah Allah mereka dan mereka adalah umat-Nya. Dari pihak Abraham, Tuhan Allah meminta kesetiaan mereka pada perjanjian itu.

Yesus juga meminta kesetiaan yang sama kepada kita. Dia meminta para pengikut-Nya untuk menuruti Firman-Nya supaya tidak mengalami maut. Menuruti Firman Yesus berarti menerima Yesus, percaya dan setia kepada-Nya. Jika kita berbuat demikian maka kita akan berada dalam kebahagiaan bersama Dia. Dia senantiasa setia akan janji-Nya kepada kita. Dia tak mungkin ingkar janji.
Santo Fransiskus Asisi berkata, ”Agung yang kita janjikan, namun lebih agung yang dijanjikan kepada kita. Mari melakukan yang kita janjikan dan mendambakan yang dijanjikan kepada kita.” Kita menjanjikan banyak hal seperti janji Baptis, Krisma, Perkawinan atau Imamat, dll. Semoga kita setia akan janji-janji itu.

Doa
 

Ya Tuhan, terima kasih atas kesetiaan-Mu. Semoga aku setia akan janji-janjiku dan penuh harapan mendambakan janji agung-Mu. Amin.

sumber : ziarah batin 2012

Senin, 26 Maret 2012

Selasa, 27 Maret 2012

Selasa, 27 Maret 2012
Pekan Prapaskah V (U)

Sta. Emma; St. Cyrilus dr Alexandria;
St. Rupertus; Nikodemus; Sta. Lucy Filipini

Bacaan I : Bil. 21:4–9
Mazmur : 102:2–3.16–18.19–21; R: 2
Bacaan Injil : Yoh. 8:21–30



Yesus berkata kepada orang banyak: ”Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” Maka kata orang-orang Yahudi itu: ”Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu da­tang?” Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Kare­na itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan ma­ti dalam dosamu.” Maka kata mereka ke­pa­da-Nya: ”Siapakah Engkau?” Jawab Yesus ke­­pada mereka: ”Apakah gunanya lagi Aku ber­­bicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukata­kan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia.” Mereka tidak me­ngerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka ten­tang Bapa. Maka kata Yesus: ”Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bah­wa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, seba­gaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepa­da-Nya.” Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.

Renungan

Banyak orang suka mengeluh jika menghadapi kesulitan dan tantangan. Apa saja dikeluhkan. Mengeluh karena pekerjaan, gagal, macet, hujan, panas, doa tidak terkabul, dst. Sesungguhnya, orang yang selalu mengeluh biasanya adalah orang yang susah bersyukur dan sulit untuk setia.

Bangsa Israel mengeluh dan memberontak kepada Allah dan Musa ketika mereka mengalami keadaan yang sulit. Mereka tidak setia. Ketidaksetiaan itu mendatang­kan kesengsaraan—ular tedung memagut mereka yang tidak setia itu. Keadaan ini menyadarkan mereka akan dosa-dosa mereka. Tuhan Allah kemudian mendatangkan pertolongan. Ia menyu­ruh Musa membuat ular dari tembaga dan ditinggikan pada sebuah tiang; dan bangsa Israel mesti memandang ular tembaga itu jika ingin hidup. Ini artinya mereka mesti membuka diri bagi pertolongan Allah agar selamat dengan memandang tanda keselamatan dari Allah sendiri. Dan kini keselamatan itu sempurna dalam diri Yesus Kristus yang diutus oleh Allah Bapa. Dia bahkan rela ditinggikan di atas kayu salib demi keselamatan kita. Dialah tanda keselamatan kita

Jujur bahwa kita pun kerap mengeluh. Mengeluh tidak menyelesaikan persoalan, malahan membuat kita gagal melihat dan merasakan kasih dan rahmat Tuhan. Mari senantiasa bersyukur agar semakin mampu melihat dan merasakan kasih Tuhan, teristimewa dalam diri Yesus, Juru Selamat kita. Dengan penderitaan dan salib-Nya, hati kita terbuka untuk menemukan makna di balik penderitaan dan kesulitan yang kita hadapi.
 
Doa: Ya Tuhan, syukur dan terima kasih atas kasih, kebaikan, pertolongan dan rahmat-Mu. Semoga aku senantiasa mampu mensyukuri semuanya itu. Amin.

sumber : ziarah batin 2012

Kamis, 22 Maret 2012

Jumat, 23 Maret 2012

Jumat, 23 Maret 2012
Pekan Prapaskah IV (U)

St. Alfonsus Toribio dr Mongroveyo;
Sta. Sibilina Biscossi; St. Dismas

Bacaan I: Keb. 2:1a.12–22
Mazmur : 34:17–18.19–20.21.23; R: 19a
Bacaan Injil : Yoh. 7:1–2.10.25–30




Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi ber­usaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. Tetapi se­­sudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.
Beberapa orang Yerusalem berkata: ”Bu­kan­kah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan me­re­ka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.” Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: ”Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.” Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.

Renungan

Hidup benar, jujur, lurus dan saleh di zaman sekarang tidak mudah. Orang yang demikian sering harus berhadapan dengan tantangan dari orang-orang di sekitarnya. Ada yang disingkirkan dari pergaulan dan lingkungan kerja. Ada yang dibenci dan ada pula yang dituduh berbuat jahat melalui sebuah rekayasa.
Situasi serupa muncul dalam Bacaan Pertama. Hidup orang saleh dipandang sebagai gangguan oleh orang-orang yang tidak benar hidupnya. Maka, orang saleh mesti disingkirkan.

Mengapa? Kesalehan orang-orang benar membuat kejahatan orang-orang yang tidak benar menjadi terang-benderang. Kejahatan mereka menjadi jelas dan diketahui. Yesus pun dilihat sebagai gangguan oleh mereka yang hidupnya tidak benar. Mereka takut bahwa kedok dan kejahatan mereka terbongkar. Oleh karena itu, mereka merencanakan kejahatan terhadap Yesus dan mau menyingkirkan Dia. Hati mereka sudah dipenuhi keinginan untuk mencari-cari kesalahan Yesus agar dapat memuluskan rancangan jahat mereka. Keinginan mereka yang jahat itu bertolak belakang dengan kebaikan yang dilakukan oleh Yesus.

Kita dipanggil untuk menyuarakan dan menghidupi kebenaran, kejujuran dan ketulusan. Kendati harus berhadapan dengan berbagai tantangan dan godaan, kita harus tetap maju dan teguh. Beranikah kita?

Doa: Ya Yesus, Engkau tetap setia pada tugas perutusan-Mu meskipun berhadapan dengan berbagai tantangan dan godaan. Semoga aku pun setia mengikuti panggilan-Mu. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Selasa, 20 Maret 2012

Rabu, 21 Maret 2012

Rabu, 21 Maret 2012
Pekan Prapaskah IV (U)

St. Noel Pinot; St. Serapion

Bacaan I : Yes. 49:8–15
Mazmur : 145:8–9.13cd–14.17–18; R: 8a
Bacaan Injil : Yoh. 5:17–30



Tetapi Ia berkata kepada mereka: ”Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa me­nger­jakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepa­da-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepa­da-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sa­ma seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak meng­hormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa men­dengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.”
(Bacaan selengkapnya lihat Alkitab ....)

Renungan

Kita semua percaya dan yakin bahwa Allah senantiasa peduli, memperhatikan dan menyertai kita. Namun, kadang kala persoalan muncul ketika kita berhadapan dengan kenyataan yang sulit dan menyakitkan. Kita kadang tergoda untuk berpikir bahwa Tuhan tidak peduli dengan kita atau meninggalkan kita.

Perasaan yang sama dialami Bangsa Israel ketika mereka berada dalam pembuangan. Tetapi Tuhan Allah menegaskan bahwa Dia tetap menyertai mereka. Dia peduli, memberikan kelimpahan dan mencukupi kebutuhan mereka. Dia tidak akan melupakan dan meninggalkan mereka. Firman-Nya, ”Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan Engkau”. Dalam Injil, Yesus menegaskan bahwa Allah Bapa dan Dia senantiasa berada di tengah-tengah kita dan berkarya menyelenggarakan hidup kita.

Semoga kita semakin menyadari kehadiran Tuhan dan memberikan kesaksian bahwa Dia memperhatikan kita dengan saling memperhatikan, memberi diri dan hadir dalam berbagai peristiwa hidup sesama kita. Bersediakan kita?

doa:Ya Tuhan, puji syukur karena Engkau senantiasa menyertai dan mengalirkan kelim­pahan kepadaku. Semoga aku mampu memberi perhatian kepada sesamaku. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Senin, 19 Maret 2012

Selasa, 20 Maret 2012

Selasa, 20 Maret 2012
Pekan Prapaskah IV (U)

B. Sebastianus dr Torino;
St. Fransiskus Maria dr Camporosso

Bacaan I : Yeh. 47:1–9.12
Mazmur : 46:2–3.5–6.8–9; R: 8
Bacaan Injil : Yoh. 5:1–16


Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; Barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya. Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya, ”Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya, ”Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya, ”Bangunlah, angkat­lah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.
Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu, ”Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” Akan tetapi ia menjawab mereka, ”Orang yang telah menyem­buhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Mereka ber­tanya kepadanya, ”Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang ba­nyak di tempat itu.
(Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)

Renungan

Injil hari ini mengisahkan tentang Yesus menyembuhkan seorang yang sudah 38 tahun mengalami sakit dan sangat mengharapkan kesembuhan. Yesus peduli dengan dia dan mengetahui kerinduan hatinya yang terdalam. Semua itu dilakukan oleh Yesus karena Yesus mencintai dia.

Mukjizat ini terjadi pada hari Sabat. Orang-orang Yahudi marah kepada Yesus karena Ia me­lang­gar peraturan hari Sabat. Mereka gagal melihat kebaikan yang dilakukan oleh Yesus ka­rena hati mereka diliputi kebencian dan sikap antipati. Sikap itu bagaikan kabut hitam yang mem­butakan mata hati dan iman mereka akan Yesus. Mereka bahkan berencana menyingkirkan Yesus.

Yesus memiliki kepedulian pada kebahagiaan dan keselamatan kita. Bagi Yesus, yang terpenting adalah hidup kita manusia. Kita mohon agar kita seperti Yesus: peka terhadap kebutuhan sesama, rela berbagi dan membantu sesama terutama mereka yang menderita. Kita juga mohon agar disembuhkan dari sikap acuh, benci dan antipati agar kita sanggup melihat kebaikan Tuhan dan sesama. Kita tidak harus menunggu sampai 38 tahun. Setiap hari, dalam perayaan Ekaristi, Yesus menjamah kita dan kita menjamah Dia. Maukah kita mohon kesembuhan dari Yesus?

Doa: Ya Yesus, terima kasih atas teladan kepedulian yang Engkau tunjukkan kepadaku. Semoga aku semakin peduli kepada sesamaku. Amin. 

sumber :ziarah batin 2012

Jumat, 16 Maret 2012

Sabtu, 17 Maret 2012

Sabtu, 17 Maret 2012
Pekan Prapaskah III (U)
>i>
Yusuf dr Arimatea; St. Patrisius; St. Gertrudis dr Nivelles
Bacaan I: Hos. 6:1–6
Mazmur : 51:3–4.18–19.20–21ab; R: Hos. 6:6
Bacaan Injil : Luk. 18:9–14



Dan kepada beberapa orang yang meng­anggap dirinya benar dan meman­dang rendah semua orang lain, Yesus me­ngatakan perumpamaan ini, ”Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan seper­sepu­luh dari segala penghasilanku. Tetapi pemu­ngut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab Barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan Barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Renungan

Salah satu kecenderungan banyak orang adalah mudah melihat kesalahan orang lain, tetapi sulit melihat kesalahan diri sendiri. Dia menganggap dirinya paling hebat, pintar, tahu segalanya dan sempurna. Orang yang demikian akan mudah mempersalahkan dan menghakimi orang lain.

Dalam Injil, kita mendengar Yesus menceritakan perumpamaan dengan menampilkan dua tokoh, yaitu orang Farisi dan pemungut cukai. Orang Farisi itu adalah gambaran orang yang menganggap diri paling hebat, benar, suci dan sempurna. Ia membanggakan dan menyombongkan dirinya di hadapan Tuhan.
Dia sebenarnya tidak sungguh berdoa. Ia mengungkapkan kehebatannya di hadapan Tuhan. Dengan demikian, ia mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan Tuhan. Ia juga menganggap rendah dan menghakimi orang lain. Sikap orang Farisi yang sombong tidak berkenan di hadapan Tuhan. Pemungut cukai adalah gambaran orang yang sungguh rendah hati, tahu diri dan sadar akan kesalahannya. Dan pada saat yang sama dia sadar akan kebaikan dan kerahiman Tuhan maka ia memohon pengampunan dari Tuhan. Sikap pemungut cukai yang rendah hati ini justru berkenan di hadapan Tuhan.

Yesus menekankan pentingnya kerendahan hati dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama. Tidak ada yang patut kita sombongkan di hadapan Tuhan. Kita pun tidak patut memandang rendah orang lain. Kita semua memiliki kerapuhan dan memerlukan pengampunan dari Tuhan.

Doa: Ya Tuhan, terima kasih karena aku diingatkan untuk bersikap rendah hati di hadapan-Mu. Semoga aku dimampukan untuk selalu rendah hati dalam hidup ini baik di hadapan-Mu maupun di dalam pergaulan dengan sesama. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Kamis, 15 Maret 2012

Jumat, 16 Maret 2012

Jumat, 16 Maret 2012
Pekan Prapaskah III (U)
Bacaan I : Hos. 14:2–10
Mazmur : 81:6c–8a.8b–9.10–11b.14.17; R: 11.9a
Bacaan Injil : Mrk. 12:28b–34




lalu seorang ahli Taurat, yang mende­ngar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya, ”Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus, ”Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih uta­ma dari pada kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus, ”Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya, ”Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorang pun tidak berani lagi me­nanyakan sesuatu kepada Yesus.


Renungan

Ibu Teresa dari Calcuta pernah mengatakan bahwa dunia kita menderita karena sedikit kasih di dalamnya. Perkataan Ibu Teresa itu ada benarnya. Kita bisa menyaksikan apa yang terjadi di dunia saat ini. Kita tidak usah jauh-jauh. Kita lihat keadaan di negara kita. Kekerasan, kejahatan, dan pembunuhan cenderung meningkat akhir-akhir ini. Siapa yang membuat dunia ini kekurangan kasih? Siapa lagi kalau bukan manusia. Karena itu, manusia pula yang mesti bertanggung jawab menghadirkan kasih di dunia ini.

Yesus memberikan perintah yang paling mendasar bagi manusia, yaitu perintah kasih. Yesus mengajak kita untuk mengasihi Tuhan yang adalah sumber kasih dengan sepenuh hati dan secara total. Mengasihi Tuhan memungkinkan kita mampu mengasih diri dan sesama, sebab kasih itu berasal dari Tuhan. Tanpa kasih Tuhan, kita tidak akan sanggup berbuat kasih. Sejajar dengan kasih kepada Allah adalah kasih kepada diri dan sesama. Mengasihi diri sendiri di sini bukan berarti egois. Mengasihi diri sendiri berarti menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangan, menghormati diri sendiri dan menjaga, memelihara serta mensyukuri anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. Jika kita mampu mengasihi diri sendiri, kita akan mampu mengasihi sesama kita. Kita akan mampu menghargai dan melindungi sesama, berbagi dan bermurah hati kepada sesama kita.

Kasih adalah identitas kita sebagai murid-murid Tuhan Yesus. Kasih memang mudah diucapkan, tetapi kasih selalu menuntut untuk diwujudnyatakan dalam tindakan sehari-hari. Dunia kita sangat haus akan kasih. Siapa lagi yang harus menghadirkannya kalau bukan kita. Bersediakan kita?

Doa
Ya Tuhan yang mahakasih, terima kasih atas kasih-Mu yang senantiasa Engkau alirkan kepadaku. Semoga aku semakin mampu menanggapi kasih-Mu itu dengan kasih kepada-Mu dan kepada sesama. Amin.


sumber : ziarah batin 2012

Selasa, 13 Maret 2012

Rabu, 14 Maret 2012

Rabu, 14 Maret 2012
Pekan Prapaskah III (U)
Sta. Matilda
Bacaan I : Ul. 4:1.5–9
Mazmur : 147:12–13.15–16.19–20; R: 12a
Bacaan Injil : Mat. 5:17–19


”Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum le­nyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu ti­tik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hu­kum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan meng­ajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga.”

Renungan
Kesetiaan sangat dibutuhkan dalam hidup kita agar cita-cita kita terwujud dan kita bahagia. Dalam kenyataannya, kita tidak selalu bisa setia. Kerap kita terlena oleh berbagai godaan.
Dalam Bacaan Pertama, Musa mengingatkan bangsa Israel supaya mereka setia melakukan ketetapan dan peraturan dari Allah. Mereka diminta untuk setia melaksanakan hukum Taurat supaya mereka menjadi bangsa yang besar dan bijaksana. Tuhan Yesus dalam Injil hari ini juga menekankan pentingnya kesetiaan melaksanakan Sabda Tuhan. Yesus mengatakan bahwa Dia datang bukan untuk melenyapkan Hukum Taurat, melainkan menggenapinya. Yesus menyempurnakan Hukum Taurat dengan Hukum Cinta Kasih. Yesus meminta kita untuk setia melaksanakan Hukum Tuhan. Yesus sendiri menunjukkan kesetiaan akan tugas perutusan-Nya. Meskipun tantangan dan godaan datang menghadang, Yesus tetap setia bahkan Dia rela menyerahkan nyawa.
Kesetiaan membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Kesetiaan sangat diperlukan dalam mengikuti Yesus. Kalau kita setia maka kita akan mengalami kebahagiaan. Apakah kita setia selama ini?

Doa
Ya Tuhan, syukur dan terima kasih atas kesetiaan-Mu kepadaku. Ajarilah aku untuk setia menanti hukum-hukum-Mu. Amin.

Kamis, 08 Maret 2012

Sabtu, 10 Maret 2012

Sabtu, 10 Maret 2012
Pekan Prapaskah II (U)

St. Yohanes, Biarawan

Bacaan I : Mi. 7:14–15.18–20
Mazmur : 103:1–2.3–4.9–10.11–12; R: 8a
Bacaan Injil : Luk. 15:1–3.11–32


Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka ber­sungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: ”Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Yesus berkata lagi: ”Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”
(Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)

Renungan

Perumpamaan hari ini menggambarkan kebaikan dan belas kasih Tuhan yang tiada tara kepada manusia, dan di pihak lain, kedosaan dan ketidaksetiaan manusia terhadap Tuhan. Kebaikan dan belas kasih Tuhan itu ditunjukkan oleh figur ayah yang kaya, murah hati, dan pemaaf. Sementara, kedosaan dan ketidaksetiaan manusia diperankan oleh anak bungsu dan sulung. Si bungsu menyalahgunakan kebaikan ayahnya. Ia pergi meninggalkan ayahnya dan hidup berfoya-foya. Sedangkan si sulung itu tidak menyadari kebaikan ayahnya. Ia tidak terima bahwa ayahnya bersikap baik dan murah hati kepada saudaranya.

Setiap orang pernah menyalahgunakan kebaikan Tuhan atau kurang sadar akan kebaikan-Nya atau malah iri karena Dia begitu baik. Tuhan senantiasa menanti kita untuk kembali ke dalam pelukan kasih-Nya. Sadarkah kita?

Doa: Ya Tuhan, terima kasih atas rahmat pengampunan dan kesabaran-Mu kepadaku. Semoga aku dapat menanggapinya dengan melakukan pertobatan yang sejati. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Jumat, 9 Maret 2012

Jumat, 9 Maret 2012
Pekan Prapaskah II (U)

St. Primus dan St. Felicianus; St. Efrem;
Sta. Fransiska Romana; St. Gregorius dr Nyssa

Bacaan I : Kej. 37:3–4.12–13a.17b–28
Mazmur : 105:16–17.18–19.20–21; R: 5a
Bacaan Injil : Mat. 21:33–43.45–46



”Dengarkanlah suatu perumpama­an yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun ang­gur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia meng­gali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu ke­pada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak daripada yang semula, tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?” Kata mereka kepada-Nya: ”Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.”
Kata Yesus kepada mereka: ”Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.”
(Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)

Renungan

Injil hari ini mengisahkan perumpamaan tentang kebun anggur dan para penggarap. Tuan pemilik kebun itu sungguh seorang yang murah hati. Ia memberikan kepercayaan kepada para penggarap kebun anggurnya. Harapannya, kebun anggurnya diolah dengan baik sehingga memberi hasil yang maksimal. Maka pada waktunya ia mengutus orang yang dipilihnya, bahkan anaknya sendiri kepada para penggarap itu untuk mengadakan perhitungan. Tetapi apa yang terjadi? Mereka menganiaya dan membunuh utusan-utusan tersebut. Kesombongan dan keserakahan telah membuat mereka bertindak kejam.
Mereka pun gagal melihat kebaikan pemilik kebun itu.

Pemilik kebun adalah Tuhan yang sungguh baik hati kepada kita dan memberi banyak karunia. Sedangkan para penggarap itu adalah gambaran orang yang tidak bertanggung jawab atas hidup dan tidak tahu berterima kasih. Kepada kita, Tuhan telah mempercayakan kebun anggurnya, menganugerahkan banyak karunia, bakat, dan kemampuan. Dia mengharapkan kita mengolahnya dengan baik, bertanggung jawab, dan menghasilkan buah pada waktunya.

Doa: Ya Bapa, terima kasih atas karunia yang Engkau limpahkan kepadaku. Semoga aku dapat mengembangkannya dengan baik demi kebaikanku dan sesama. Amin

sumber :ziarah batin 2012

Rabu, 07 Maret 2012

Kamis, 8 Maret 2012

Kamis, 8 Maret 2012
Pekan Prapaskah II (U)
St. Yohanes de Deo; St. Yulianus dr Toledo; St. Filemon dan Apolonios; St. Petrus Obazin
Bacaan I : Yer. 17:5–10
Mazmur : 1:1–2.3.4.6; R: 40:5a
Bacaan Injil : Luk. 16:19–31



”Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya de­ngan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dili­hatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pang­kuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain daripada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.”

Renungan
Melalui warta Injil hari ini, kita disuguhi kisah orang kaya dan Lazarus si miskin. Di dunia, orang kaya ini hidup dalam kemewahan, sedangkan Lazarus menderita. Si kaya tidak peduli dengan keadaan Lazarus. Dia begitu mengandalkan kekuatan dan harta bendanya. Sedangkan Lazarus tidak punya andalan apa-apa selain Tuhan. Setelah keduanya mati, keadaan berputar 180 derajat. Orang kaya itu masuk ke dalam penderita kekal, sedangkan Lazarus mengalami kebahagiaan abadi. Apa yang salah dengan si kaya itu? Kesalahannya bukan terletak pada kekayaannya, tetapi pada sikapnya yang keliru terhadap harta benda. Dia begitu mengagungkan harta duniawi sehingga mengabaikan Tuhan dan sesama, terutama yang menderita.
Bacaan I dengan tegas pula menandaskan hal ini, ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia…. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan”. Tanda bahwa kita mengandalkan Tuhan antara lain terwujud dalam sikap rela berbagi dengan sesama, peduli, dan berlaku adil.

Doa
Ya Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau rela berbagi denganku, bahkan rela menyerahkan nyawa-Mu untuk keselamatanku. Ajarilah aku untuk senantiasa bersandar pada-Mu dan rela berbagi dengan sesama. Amin.


sumber: ziarah batin 2012

Selasa, 06 Maret 2012

Rabu, 7 Maret 2012

Rabu, 7 Maret 2012
Pekan Prapaskah II (U)

Sta. Perpetua dan Felisitas, Mrt.

Bacaan I : Yer. 18:18–20
Mazmur : 31:5–6.14.15–16; R: 17b
Bacaan Injil : Mat. 20:17–28



Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: ”Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.”
Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk me­minta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: ”Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: ”Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: ”Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?”
Kata mereka kepada-Nya: ”Kami dapat.”Yesus berkata kepada mereka: ”Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu ber­kata: ”Kamu tahu, bahwa pemerintah-pe­merintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Renungan

Apa itu pelayanan? Setiap orang mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Seorang sahabat mengatakan bahwa melayani berarti melakukan sesuatu pekerjaan dengan keyakinan bahwa hal itu dikehendaki Allah untuk kebaikan bersama. Ibu Teresa dari Calcuta pernah berkata, ”Lakukanlah hal-hal kecil dengan cinta yang besar”. Jika kita yakin bahwa suatu pekerjaan me­ru­pa­kan panggilan Allah maka kita akan melakukannya dengan penuh cinta dan kerendahan hati.

”Barang siapa hendak menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu… hendaklah ia menjadi hambamu”. Bagi Yesus, jalan untuk menjadi terkemuka bukan dengan power dan kedudukan, tetapi dengan menjadi pelayan bagi sesama. Sabda ini memang tidak sejalan dengan paham dunia ini. Dunia kerap memandang power dan kedudukan sebagai jalan untuk menjadi terkemuka. Berkuasa atas hidup orang lain dilihat sebagai cara menjadi besar di mata orang. Yesus menunjukkan hal yang lain. Dia telah datang ke dunia dan menjadi bagian dari kita manusia, bahkan rela mati untuk keselamatan kita. Itulah pelayanan yang paling agung.
Bersediakah kita mengikuti jejak Yesus dalam melayani?

Doa: Ya Tuhan, syukur atas pelayanan-Mu yang total kepadaku sampai Engkau rela mati di salib. Semoga aku mampu meneladani semangat pelayanan-Mu. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Jumat, 02 Maret 2012

Sabtu, 3 Maret 2012

Sabtu, 3 Maret 2012
Pekan Prapaskah I (U)

St. Nikolo d`Albergati;
St. Marinus; Sta. Kunigunde

Bacaan I : Ul. 26:16–19
Mazmur : 119:1–2.4–5.7–8; R: 1
Bacaan Injil : Mat. 5:43–48




”Kamu telah mendengar firman: Kasihi­lah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata ke­padamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?
Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak me­ngenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.”

Renungan

Memaafkan orang yang telah melukai hati kita tidak mudah. Kita sering mendengar ungkapan jujur tentang kesulitan itu. Mereka yang mengalami pergulatan demikian sangat dianjurkan untuk mendoakan orang yang telah melukai hatinya. Memang, seseorang rasanya tidak mungkin bisa mendoakan orang lain dan serentak membencinya. Namun, kalau dia sudah sanggub mendoakan orang tersebut, dia akan mampu memaafkannya.

Dalam Injil hari ini, Yesus berbicara tentang mengasihi musuh: ”Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. Sabda Yesus ini aneh dalam pandangan manusia. Yang logis dan wajar adalah kasihilah temanmu dan bencilah musuhmu. Ini adalah logika manusia. Tidak demikian dengan logika Tuhan. Tuhan ingin kita mencintai semua orang, juga orang yang membenci kita. Yesus mau mengajarkan bahwa kebencian jangan dibalas dengan kebencian, tetapi dengan kasih. Kalau kebencian dibalas kebencian, dendam dibalas dendam, maka lingkaran kejahatan tidak akan pernah putus. Hanya kasih yang mampu memutuskannya. Sabda Yesus itu bukan isapan jempol. Yesus sendiri terlebih dahulu menghidupinya dan memberikan teladan kepada kita manakala Dia mengampuni dan mendoakan mereka yang menyalibkan-Nya.

Yesus menantang kita untuk menghadirkan kasih yang mengatasi logika manusia. Kalau kita mampu mengasihi dengan sepenuh hati dan tanpa batas maka kita pantas menjadi anak-anak Bapa, sahabat-sahabat Yesus. Bersediakah kita?

Doa: Ya Tuhan yang mahakasih, syukur dan terima kasih atas cinta kasih-Mu yang tulus dan tiada taranya kepadaku. Semoga aku mampu mengasihi siapa pun dengan tulus. Amin.

sumber : ziarah batin 2012

Kamis, 01 Maret 2012

Jumat, 2 Maret 2012

Jumat, 2 Maret 2012
Pekan Prapaskah I (U)
St. Agnes dr Praha; St. Simplisius, Paus
Bacaan I : Yeh. 18:21–28
Mazmur : 130:1–2.3–4ab.4c–6.7–8; R: 3
Bacaan Injil : Mat. 5:20–26











”M aka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mem­per­sembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap eng­kau, tinggalkanlah persembahanmu di de­pan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu sela­ma engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menye­rahkan engkau kepada hakim dan hakim itu me­nye­rahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”

 
Renungan

Ada orang yang suka marah. Sedikit-sedikit marah. Marah seolah-olah sudah menjadi bagian hidupnya. Kalau tidak marah, hidup rasanya belum lengkap. Dia lupa bahwa kemarahan bisa merusak hubungannya dengan orang lain dan tidak baik untuk dirinya sendiri.

Dalam Injil hari ini, Yesus mengemukakan dimensi-dimensi baru dalam mengikuti Dia. Pengikut-Nya tidak cukup hanya sekadar mengikuti aturan-aturan yang sudah ada, tetapi harus memiliki nilai plus. Salah satunya adalah menyingkirkan kemarahan dan dendam. Kemarahan dan dendam itu membunuh karakter seseorang. Kemarahan dan dendam itu merugikan. Sikap itu membuat orang tidak bisa berkembang. Jika sikap demikian masih ada dalam diri kita maka mesti cepat dibereskan. Tuhan menghendaki kita merdeka dari sikap demikian.

Kemarahan dan dendam tidak pernah akan menyelesaikan masalah, tetapi malah menambah masalah baru. Relasi bisa semakin runyam. Dendam hanya akan mendatangkan dendam baru. Masa Prapaskah adalah kesempatan berharga bagi kita untuk memperbaiki relasi-relasi kita dengan Tuhan, sesama, dan alam. Tuhan selalu memberikan kesempatan kepada kita untuk melakukan pertobatan. Maukah kita?

Doa
Ya Tuhan, terima kasih atas rahmat pertobatan yang Engkau kobarkan dalam diriku. Semoga aku mampu menyambut undangan-Mu itu dengan berusaha membangun relasi yang baik dengan Engkau, sesama, dan alam semesta ini. Amin. 


sumber :ziarah batin 2012