Sabtu, 31 Juli 2010

Jumat,25 Juni-Aku mau(Mat 8:1-4)

"Aku mau"
(Mat 8:1-4)



2Raj 25:1-12,
Mzm 137:1-2,3,4-5,6,
Mat 8:1-4
Warna Liturgi Hijau
"Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia.Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.Lalu Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka." (Mat 8:1-4)

Saudara-saudariku terkasih,

Bayangkan ketika di siang hari,anda sedang asyik makan di warteg pinggir jalan,dengan sepiring nasi ditemani lauk ayam serta es teh manis,lalu datang seorang yang ganteng seperti Choky Sitohang atau cantik seperti Sandra Dewi menghampiri anda untuk meminta bantuan dana,pasti anda akan senang dan mau menolong mereka.Bahkan kl sempat,foto2x dulu.
Namun,bila yang datang itu adalah seorang yang bau krn 1 bulan tidak mandi,dekil,kumel,yang sudah pasti mengurangi selera makan siang anda,pasti orang itu akan kita acuhkan atau kita usir tanpa kita berikan sepeser pun.
Demikian juga ketika yang meminta tolong kepada kita a/ org yg sangat kita suka,kalau bahasa anak muda sekarang "gebetan",pasti akan kita tolong,namun bila yg datang pada kita a/ org yg sangat kita benci setengah mati karena pernah menyakiti kita,kita tidak mau menolongnya.

Dalam warta gembira hari ini,Yesus mengajarkan kita teladan yang luar biasa.Bagaimana Yesus,yang mungkin saat itu sudah sangat lelah setelah berkotbah seharian,lalu tiba2x datang kepada-Nya orang yang sama sekali tidak dikenal-Nya,yang di singkirkan o/ masyarakat krn penyakit kusta yg di derita,Yesus langsung menolong org itu dengan berkata :"Aku mau, jadilah engkau tahir"(Mat 8:1-4).

Saudara-saudariku terkasih,

Pater Damian,seorang misionaris Belgia di pulau Molokai, Hawai,dihormati sebagai “rasul para penderita kusta”.Bersama dengan bantuan dua orang awam, juga satu kelompok suster-suster Fransiskan dari Syracuse, New York dan seorang pastor dari Belgia,ia giat mewartakan Injil dan mengajar agama, menghibur dan merawat orang-orang kusta bahkan mengubur mereka.Ia juga merintis pembangunan jalan raya, pipa air, rumah yatim piatu dan gereja-gereja.
Pater Damien menyadari risiko terbesarnya: tertular penyakit kusta itu sendiri. Dalam catatan hariannya di bulan Desember 1884, ia menulis bahwa ia tidak dapat merasakan suhu air hangat saat mencuci kakinya di malam hari karena ia sudah tertular kusta. Walaupun demikian Pater Damian tidak berhenti membangun rumah-rumah bagi para penderita kusta lain di pulau itu.
Di saat-saat dengan tangan tergantung di dada, kaki terbebat dan jalan terseret, Pater Damian masih sanggup menyelesaikan banyak hal demi cintanya kepada komunitas penderita kusta ini. Hingga ia tak sanggup berjalan lagi dan harus menjalani rawat inap sepenuhnya pada tanggal 23 Maret 1889. Ia mengetahui saat akhirnya segera tiba. Pater Damian mengaku dosa dan memperbaharui kaulnya pada tanggal 30 Maret 1889. Keesokan harinya ia menerima komuni suci dan Sakramen Perminyakan Orang Sakit.Setelah turut menanggung derita sakit selama 5 tahun, Pater Damian meninggal dunia pada pagi hari pukul 8:00 tanggal 15 April 1889 pada usia 49 tahun.(sumber:Blog viaetvitaetveritas)

Maukah kita menolong sesama tanpa memperhatikan penampilan fisik serta masa lalu mereka?

Tuhan memberkati,


"Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita.Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku!" (Mzm 137:1-2,3,4-5,6,)


Antonius Michael Adi Normawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar