Kamis, 31 Maret 2011

Jumat, 1 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 12:28b–34

Jumat, 1 April 2011
Pekan Prapaskah III (U)
St. Hugo; St. Nonius Alvares Pareira
Bacaan I: Hos. 14:2–10
Mazmur : 81:6c–8a,8bc–9,10–11ab,14,17; R: 11,9a
Bacaan Injil : Mrk. 12:28b–34

Lalu, seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, da­­tang kepada-Nya dan bertanya, ”Hukum mana­­kah yang paling utama?” Jawab Yesus, ”Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus, ”Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya, ”Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.


Renungan

Pertanyaan dapat merupakan atau malahan menjadi pembuktian keyakinan sang penanya. Ada yang bertanya untuk mendapat jawaban yang benar-benar objektif, tetapi ada juga yang melakukannya guna mengelakkan tugas atau tanggung jawab yang mungkin akan diakibatkan dari jawaban baru yang disajikan.

Socrates pernah menyebutkan pertanyaan sebagai bidang ilmu pengetahuan. Pertanyaan merupakan keinginan untuk menemukan jawaban yang objektif dan subjektif benar dan mesti dilaksanakan secara konsekuen.
Kita perlu belajar mengajukan pertanyaan bukan untuk dijawab oleh orang lain, melainkan oleh kita sendiri. Bertanya berarti bertekad menemukan jawaban. Semakin autentik suatu jawaban, berarti semakin dekat dengan makna hidup. Masuk akal, oleh pertanyaan dan jawaban kita yang benar, kita dijamin-Nya ”tidak jauh dari Kerajaan Allah”.

Doa:Bapa Yang Maharahim, kuatkan dan teguhkanlah aku untuk hanya berguru kepada Putra-Mu, yang adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2011

Rabu, 30 Maret 2011

Kamis, 31 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Luk. 11:14–23

Kamis, 31 Maret 2011
Pekan Prapaskah III (U

St. Benyamin
Bacaan I: Yer. 7:23–28
Mazmur : 95:1–2,6–7,8–9; R: 8
Bacaan Injil : Luk. 11:14–23

Pada suatu kali Yesus mengusir dari se­orang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang ba­nyak. Tetapi ada di antara mereka yang ber­­kata, ”Ia mengusir setan dengan kuasa Be­elzebul, penghulu setan.” Ada pula yang me­minta suatu tanda dari surga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata, ”Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kera­ja­annya dapat bertahan? Sebab kamu ber­kata bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakim­mu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala milik­nya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari­pa­danya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya.Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”



Renungan

Pak Jamong dan Pak Pandi adalah dua tetangga yang saling bermusuhan. Kalau bertemu, mereka seperti dua orang bisu, tidak saling sapa. Itu berlangsung sudah bertahun-tahun. Berbagai cara pernah dicoba untuk mendamaikan mereka, tetapi tanpa hasil. Keduanya memang keras hati. Suatu hari Pak Jamong sakit keras. Makin hari sakitnya makin mengkhawatirkan. Keluarganya sepakat memanggil pastor untuk mendoakannya. Saat pastor datang, istri Pak Jamong mempunyai ide untuk mendamaikan suaminya dengan Pak Pandi, sang tetangga. ”Tidak baik meninggal dunia dengan membawa dendam di hati!” begitu pikir istri Pak Jamong. Niat itu disampaikannya kepada pastor.

Setelah dibujuk-bujuk oleh pastor, akhirnya Pak Jamong bersedia berdamai. Maka, dipanggillah Pak Pandi dan mereka pun berdamai dan saling bersalaman. Sungguh mengharukan. Selesai berdamai, Pandi berniat meninggalkan rumah Pak Jamong. Saat ia sudah di ambang pintu, terdengar Pak Jamong berteriak. ”Hai Pandi, perdamaian kita tidak berlaku kalau aku sembuh …!”

Kebencian sering melahirkan kebisuan. Seharusnya dengan sapaan sederhana atau permintaan maaf, suatu pertikaian dapat didamaikan dengan baik. Namun, orang yang tidak menghendaki perdamaian, memilih bisu seribu bahasa. Kebencian membuat orang enggan berkomunikasi dengan sesama, tidak mau mendengarkan dan tidak mau saling menyapa.

Doa: Tuhan, Engkau telah menyembuhkan orang yang bisu. Bantulah aku untuk selalu bersedia bertegur sapa dengan sesama bukan dengan kebencian, melainkan dengan kasih sayang. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Senin, 28 Maret 2011

Selasa, 29 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)

Selasa, 29 Maret 2011
Pekan Prapaskah III (U)
St. Bertold; St. Yonah dan Berikjesu
Bacaan I: Dan. 3:25,34–43
Mazmur : 25:4bc–5ab,6–7bc,8–9; R: 6a
Bacaan Injil : Mat. 18:21–35

Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus, ”Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya, ”Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.Sebab hal Kerajaan Surga seumpama se­orang raja yang hendak mengadakan per­hitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang ber­hutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak istrinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutang­ku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

Renungan

Veronica adalah seorang guru agama yang cantik dan kreatif. Suatu hari ia bertanya kepada murid-muridnya, ”Siapa yang memiliki musuh atau orang yang kalian benci, silakan tunjuk jari!” Hampir semua murid menunjukkan jarinya. ”Nah, anak-anak, mulai besok, kalian harus membawa tomat sebanyak orang yang kalian benci. Tomat itu harus kalian bawa ke mana pun kalian pergi. Kalian hanya boleh membuang tomat bila kalian sudah memaafkan orang yang kalian benci itu!” jelas sang guru.

Keesokan harinya semua murid datang sambil membawa tomat di dalam sakunya. Ada yang membawa satu, dua, bahkan ada juga yang membawa empat tomat. Pada awalnya murid-murid senang karena merasa mendapat suatu permainan baru. Pada hari yang ketiga, beberapa murid mulai mengeluh. Namun, sang guru tetap memaksa mereka untuk tetap membawa tomat-tomat itu sesuai dengan kesepakatan. Seminggu kemudian hampir semua murid mengatakan tidak tahan. Salah seorang murid yang membawa tiga tomat malah menangis sambil berkata, ”Bu guru, saya sudah tidak tahan lagi. Tomat-tomat ini sudah membusuk dan bau sekali!” ”Jika begitu, janganlah kamu menyimpan rasa benci lagi dan engkau tidak perlu membawa tomat-tomat yang sudah membusuk itu ke mana pun kalian pergi,” jawab sang guru.
Membenci atau memusuhi orang adalah ibarat membawa barang busuk dalam hidup kita. Hidup kita akan terus terusik ke mana pun kita pergi. Sebaliknya, pengampunan tidak hanya membawa kelegaan kepada mereka yang diampuni, tetapi juga kepada mereka yang mengampuni.

Doa: Bapa Yang Maha Pengampun, lembutkanlah hatiku sehingga aku selalu bersedia memaafkan siapa pun yang bersalah kepadaku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Minggu, 27 Maret 2011

Senin, 28 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Luk. 4:24–30

Senin, 28 Maret 2011
Pekan Prapaskah III (U)

Sta. Doroteus dr Gaza
Bacaan I: 2Raj. 5:1–15a
Mazmur : 42:2,3; 43:3,4; R: 42:3
Bacaan Injil : Luk. 4:24–30


Dan kata-Nya lagi, ”Aku berkata ke­pa­damu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.Dan pada zaman Nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.



Renungan

Di sebuah komunitas susteran, tinggal tujuh orang suster. Suatu hari datang seorang tamu, pastor dari luar pulau. Para suster ini tentu saja menyambut baik pastor yang datang ingin menginap tersebut. Sang pastor diterima dengan baik selama dua hari. Pada hari ketiga ”pastor” tamu itu menghilang membawa beberapa barang berharga milik susteran.


Rupanya tamu asing itu adalah pastor gadungan alias palsu. Para suster begitu percaya karena melihat tindak tanduk pastor yang santun, ramah, dan wajahnya juga meyakinkan.
Pengalaman para suster sebenarnya bukan sesuatu yang aneh.

Kita kerap terkecoh pada ”penampilan” luar. Seorang pastor sungguhan malah pernah ditolak di sebuah biara karena penampilannya tidak meyakinkan, mirip ”preman”. Kita sudah mempunyai gambaran dan memberi penilaian tentang seseorang sebelum kita mengenalnya dengan sungguh-sungguh. Gambaran itu kerap memengaruhi sikap kita.

Orang Nazaret menolak Yesus sebagai nabi karena mereka merasa mengenal Yesus dan saudara-saudaranya. Apa pun yang dilakukan Yesus dan apa pun yang dikatakan-Nya, tetap tidak memengaruhi penolakan mereka. Gambaran mereka begitu kuat tentang Yesus sebagai sesama penduduk Nazaret sehingga tertutup kemungkinan untuk mengenal-Nya lebih baik, lebih mendalam. Sudahkah kita mengenal Yesus dengan sungguh?


Doa: Tuhan Yesus, Engkau telah ditolak di kota asal-Mu, Nazaret. Semoga aku selalu menerima-Mu, di mana pun aku menjumpai-Mu dalam kehidupan ini. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Sabtu, 26 Maret 2011

Minggu, 27 Maret 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 4:5–42 (Yoh. 4:5–15,19b–26,39a,40–42)

Minggu, 27 Maret 2011
Pekan Prapaskah III (U)
Sta. Emma; St. Cyrilus dr Alexandria;
St. Rupertus; Nikodemus; Sta. Lucy Filipini

Bacaan I: Kel. 17:3–7
Mazmur : 95:1–2,6–7,8–9; R: 8
Bacaan II : Rm. 5:1–2,5–8
Bacaan Injil : Yoh. 4:5–42
(Yoh. 4:5–15,19b–26,39a,40–42)

Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perem­puan Samaria hendak menimba air.Kata Yesus kepadanya, ”Berilah Aku minum.” Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya, ”Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.) Jawab Yesus kepadanya, ”Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Kata perempuan itu kepada-Nya, ”Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar daripada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?” Jawab Yesus kepadanya: ”Barang siapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barang siapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)



Renungan

Keluarga Yohanes Surono memiliki sebuah lukisan Yesus di rumahnya. Dalam lukisan itu, Yesus digambarkan sedang menggendong seekor anak domba di pundak-Nya. Wajah Yesus terlihat bersih, teduh, dan amat manis. Siapa pun yang memandang lukisan itu akan memiliki kesan bahwa Yesus adalah seorang yang berhati lembut dan penuh welas asih.

Suatu hari Surono melihat sebuah lukisan Yesus yang berbeda dari biasanya. Yesus dilukiskan sedang berusaha keras menyelamatkan seekor anak domba. Tangan kiri Yesus berpegangan pada dahan pohon, sementara tangan kanannya berusaha menggapai anak domba yang terperangkap pada semak-semak. Jubah Yesus terlihat kotor berdebu sementara tangan dan kaki Yesus tergores karang di sana-sini. Surono terpana melihat lukisan itu. Lukisan ini menggambarkan sisi lain kepribadian Yesus yang tidak pernah dipikirkannya: seorang yang bersedia berjuang keras demi menyelamatkan dombanya.

Lewat lukisan yang dilihatnya, Surono mengenal pribadi Yesus yang berbeda-beda. Wanita Samaria dalam Injil juga mengenal Yesus secara bertahap. Semula ia mengira Yesus adalah musafir yang sedang kehausan. Kemudian, ia menduga Yesus itu seorang peramal. Pada akhirnya, wanita ini mengakui Yesus sebagai Mesias, anak Allah.
Tidak mudah mengenal Yesus seutuhnya. Ada banyak sisi kehidupan Yesus yang bisa digali terus. Untuk mengenal Yesus sepenuhnya, mesti ada kesediaan untuk mendengarkan-Nya dan lebih-lebih kesediaan untuk bertobat, seperti yang dilakukan oleh wanita Samaria.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih bahwa aku Kauperkenankan untuk semakin mengenal-Mu lebih baik. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Jumat, 25 Maret 2011

Sabtu, 26 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Luk. 15:1–3,11–32

Sabtu, 26 Maret 2011
Pekan Prapaskah II (U)
St. Ludgerus; St. Ireneus dr Sirmium
Bacaan I: Mi. 7:14–15,18–20
Mazmur : 103:1–2,3–4,9–10,11–12; R: 8a
Bacaan Injil : Luk. 15:1–3,11–32


Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka ber­sungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, ”Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: ”Ada seorang mem­punyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."




Renungan

Dosa itu amat beragam. Ada macam-macam jenis dan tingkat dosa. Salah satu akar dosa adalah egoisme, yaitu sikap hanya memperhatikan diri sendiri dan tertutup terhadap orang lain. Sikap egoisme telah ditunjukkan dengan jelas pada diri Anak Bungsu. Anak Bungsu dalam Injil sebenarnya memiliki segalanya, tetapi tentu saja bersama orangtua dan kakak kandungnya. Ia ingin memutuskan hubungan dengan mereka dan hanya menginginkan bagiannya untuk dirinya sendiri. Pergi ke negeri yang jauh adalah simbol pemutusan hubungan dengan orangtua dan sanak-saudaranya, dengan sesamanya.

Perumpamaan anak yang hilang sebenarnya menceritakan tentang kehidupan dan kematian. Anak yang bungsu telah memilih jalan kematian, yaitu pemutusan hubungan dengan orangtua dan sanak saudara. Sementara jalan kehidupan adalah mempertahankan terjalinnya dialog dan relasi dengan sesama.

Doa: Ya Tuhan, sikap egois kerap menggerogoti hidupku. Sadarkanlah aku agar tidak hanya memperhatikan diri sendiri, melainkan juga sesama di sekitarku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Kamis, 24 Maret 2011

Jumat, 25 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Peringatan Wajib HARI RAYA KABAR SUKACITA

Jumat, 25 Maret 2011
HARI RAYA KABAR SUKACITA (P)
Bacaan I : Yes. 7:10–14; 8:10
Mazmur : 40:7–8a,8b–9,10,11; R: 8a,9a
Bacaan II : Ibr. 10:4–10
Bacaan Injil : Luk. 1:26–38

Dalam bulan yang keenam Allah me­nyuruh malaikat Gabriel pergi ke se­buah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang ber­tunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: ”Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: ”Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan men­jadi raja atas kaum keturunan Yakub sam­pai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Kata Maria kepada malai­­kat itu: ”Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: ”Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan se­sung­guhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria: ”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Renungan

Keluarga Benny mempunyai anak semata wayang. Keluarga ini menginginkan anaknya kelak menjadi seorang dokter. Kebetulan anaknya baik, penurut, dan cerdas sekali. Hampir setiap tahun ia menjadi juara di kelasnya. Ketika anaknya sudah duduk di kelas 3 SMA, tiba-tiba ia berubah pikiran. Ia tidak lagi berminat menjadi dokter, melainkan ingin sekolah musik. Ia memang amat berbakat di bidang musik, khususnya dalam bermain piano. Benny dan istrinya dengan susah payah menasihati anaknya. Namun, anaknya tidak mau lagi mendengarkan saran orangtuanya. Ia tetap ingin sekolah musik. Keluarga Benny merasa terpukul sekali atas kejadian ini.

Tidak mudah menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan rencana kita. Maria mempunyai rencana menikah dengan Yosef, tunangannya. Namun, tiba-tiba malaikat Gabriel datang membawa berita yang mengejutkan. Gabriel memberitakan rencana Tuhan yang tidak Maria sangka-sangka. Meskipun mungkin kecewa dan tidak mengerti, pada akhirnya Maria berkata, ”Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu!”

Maria menyadari sepenuhnya, hidup tidak selamanya bisa dikuasai. Kita boleh merencanakan serta mengusahakan apa yang terbaik untuk hidup kita. Namun, pada akhirnya kita harus dengan rendah hati mengakui bahwa kehendak Tuhanlah yang pertama-tama harus terjadi .

Doa

Tuhan, ajarilah aku juga untuk menerima rencana-Mu atas hidupku, meskipun bila itu tidak sejalan dengan rencana pribadiku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Rabu, 23 Maret 2011

Kamis, 24 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Kamis, 24 Maret 2011

Kamis, 24 Maret 2011
Pekan Prapaskah II (U)
Sta. Katarina dr Swedia
Bacaan I: Yer. 17:5–10
Mazmur : 1:1–2,3,4,6; R: 40:5a
Bacaan Injil : Luk. 16:19–31

”Ada seorang kaya yang selalu ber­pakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis ber­nama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan se­mentara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihat­nya Abraham, dan Lazarus duduk di pang­­kuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supa­­­ya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan me­nyejukkan lidahku, sebab aku sa­ngat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa eng­kau telah menerima segala yang baik sewaktu hidup­mu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat me­nye­berang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau me­nyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia mem­pe­ringati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.” Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."



Renungan

Ada seorang miskin yang duduk termangu di depan rumahnya. Saat ia termenung, lewatlah seorang lelaki tua membawa seekor angsa. ”Peliharalah angsa ini dan angsa ini akan memelihara kamu!” ujar lelaki asing itu sambil menyerahkan angsa yang dibawanya. Lelaki miskin itu senang sekali mendapatkan angsa. Diberinya angsa itu makanan dan minuman secukupnya.

Keesokan harinya, lelaki itu amat gembira. Ia mendapatkan sebutir telur emas di dalam kandang angsa. Dengan gembira, ia menjual telur emas itu ke pasar. Hari berikutnya, angsa itu kembali bertelur emas. Pada hari kedelapan, lelaki ini berpikir, ”Angsa ini bertelur sehari hanya satu butir. Pastilah di dalam perutnya terdapat banyak telur emas. Mengapa saya harus menunggu setiap hari? Saya bisa mengambilnya sekaligus!” Dengan pikiran itu maka dibunuhnya angsa itu. Namun sayang, lelaki itu tidak mendapatkan apa-apa di dalam perut angsa tersebut. Saat ia tengah menyesali perbuatannya, lewatlah lelaki tua yang dahulu memberinya angsa. ”Sudah aku katakan, peliharalah angsa itu dan angsa itu akan memelihara kamu juga. Sekarang kamu kehilangan segalanya!” ujarnya sambil berlalu.

Kekayaan dapat membuat orang egois dan serakah. Kendati berkelimpahan, lelaki kaya dalam Injil tidak peduli akan nasib Lazarus yang miskin. Kekayaan juga dapat membuat orang lupa daratan, merasa memiliki segalanya sehingga tidak membutuhkan apa pun, termasuk Tuhan Allah.

Doa:Tuhan, ingatkan aku bila pikiran dan hatiku hanya tertuju pada kekayaan semata. Sebab Engkaulah sumber hidup dan kebahagiaanku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Selasa, 22 Maret 2011

Berusaha Menangkap Peluang

Suatu hari ayahnya berpesan kepada Chatarina, “Sebelum berusia 40 tahun, kamu mesti kerja mati-matian. Kalau kamu tidak bisa melakukannya, hidupmu gagal”. Pesan almarhum ayahnya terngiang terus dalam pikiran perempuan paruh baya yang akrab dipanggil Rini itu.

Karena itu, ia ingin selalu menerapkannya dalam hidup sehari-hari, supaya tidak termasuk dalam orang-orang yang hidupnya gagal.
Tahun 1988, Rini menikah dengan seorang pelaut yang sudah 30 tahun bekerja di kapal Jerman. Suaminya mengajak Rini pindah ke Hamburg. Di sana, Rini gigih mencari pekerjaan. Ia mendapatkan pekerjaan sebagai sopir taksi. Bertahun-tahun ia jalani profesi itu pada siang hari. Sedangkan malam harinya, suaminya yang mengemudikan taksi itu. Suaminya sudah alih profesi.

Rini hidup bahagia dengan suaminya. Ia tidka termasuk orang yang gagal dalam hidup ini. Rini merajut hidupnya yang harmonis dengan suaminya, meski mereka berbeda bangsa. Inilah cita-cita sukses yang pernah diangan-angankan oleh Rini.

Memiliki suatu cita-cita itu sangat penting dalam hidup ini. Cita-cita itu memberi motivasi lebih kepada seseorang untuk semakin memacu dirinya dalam meraih sukses. Biasanya orang yang memiliki cita-cita itu orang yang mau bekerja keras. Ia tidak berpangku tangan saja sambil mengharapkan bulan jatuh dari langit.

Orang yang memiliki cita-cita dan ingin meraih cita-citanya itu juga memiliki peluang-peluang untuk maju. Namun ia selalu berusaha untuk menangkap peluang-peluang itu. Ia tidak membiarkan peluang-peluang itu datang kepada dirinya. Ia mesti mengejarnya sampai dapat.

Hidup yang penuh warna-warni ini menawarkan berbagai peluang kepada manusia. Soalnya, apakah manusia mampu menangkap peluang-peluang itu atau tidak? Untuk itu, manusia mesti memiliki kecerdasan dan kecerdikan serta ketulusan dalam hidup ini. Tiga hal ini dapat menjadi bekal bagi seseorang untuk menangkap setiap peluang yang lewat di depan matanya.

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk terus-menerus mencari dan menangkap peluang-peluang yang lewat di depan kita dengan kekuatan yang berasal dari Tuhan. Bagi orang beriman, kekuatan Tuhan itu menjadi andalan hidup. Kekuatan Tuhan itu mampu menghantar seseorang untuk sampai pada cita-cita yang sudah lama digantungkannya.

Mari kita berusaha menangkap peluang-peluang yang ada di hadapan kita dengan tulus. Kita berusaha bersama Tuhan yang menjadi kekuatan kita. Tuhan memberkati. **


Frans de Sales, SCJ

sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/11/berusaha-menangkap-peluang.html

Rabu, 23 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 20:17–28

Rabu, 23 Maret 2011
Pekan Prapaskah II (U)
St. Alfonsus Toribio dr Mongroveyo;
Sta. Sibilina Biscossi; St. Dismas

Bacaan I: Yer. 18:18–20
Mazmur : 31:5–6,14,15–16; R: 17b
Bacaan Injil : Mat. 20:17–28


Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada me­reka di tengah jalan: ”Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia ke­pa­da bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, su­paya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalib­kan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.”Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: ”Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: ”Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: ”Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu me­minum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: ”Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: ”Cawan-Ku me­­mang akan kamu minum, tetapi hal duduk di se­belah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberi­kan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” Mendengar itu marah­lah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.
Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."





Renungan

Seorang lelaki setengah baya menemui dokter THT. ”Dokter, istri saya mengatakan bahwa saya sudah tuli. Saya ingin memeriksakan pendengaran saya ini!” ujarnya. Untuk mengetes pendengarannya, dokter meminta lelaki itu berdiri sejauh lima meter. Kemudian dokter membunyikan sebuah garpu pada meja tulisnya. ”Apakah Bapak dapat mendengarnya?” tanya dokter. ”Jelas sekali Dokter,” sahut lelaki paruh baya itu dengan mantap. Selanjutnya dokter meminta lelaki itu berdiri lebih jauh, 10 meter. Ketika dites, ia masih dapat mendengar juga. Bahkan, ketika akhirnya lelaki itu berdiri sejauh 30 meter, ia masih juga bisa mendengar. Dokter kemudian berkata kepadanya, ”Pak, pendengaran Bapak baik sekali. Yang menjadi masalah adalah Bapak tidak mau mendengarkan istri Bapak!”

Yesus untuk ketiga kalinya memberitahukan bahwa Anak Manusia akan menderita dan akan mati disalib. Meski demikian, tampaknya para murid tidak mendengarkannya dengan sungguh. Mereka tidak mengerti dan tidak mau mengerti bahwa Anak Manusia harus menderita dan mati disalib. Langsung sesudah pemberitahuan Yesus tentang penderitaan Anak Manusia itu, dua murid Yesus, melalui ibu mereka, meributkan kedudukan pada Yesus. Mereka tetap memiliki bayangan bahwa Yesus akan menjadi penguasa dunia dan mereka berhak untuk mencicipi sebagian dari kekuasaan itu. Para murid yang lain pun tampaknya mempunyai gambaran yang keliru tentang Yesus, Sang Mesias.

Doa: Tuhan, sering kali aku asyik dengan bayangan sendiri daripada mendengarkan Firman-Mu. Ajarilah aku untuk dapat mendengarkan-Mu dengan sepenuh hati. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2011

Senin, 21 Maret 2011

Selasa, 22 Maret 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Selasa, 22 Maret 2011

Selasa, 22 Maret 2011
Pekan Prapaskah II (U)
St. Zakarias, Paus; Sta. Lea
Bacaan I : Yes. 1:10,16–20
Mazmur : 50:8–9,16bc,17,21,23; R: 23b
Bacaan Injil : Mat. 23:1–12

Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: ”Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”


Renungan


Seorang imam pernah berkata, ”Saya tahu adalah memalukan bahwa saya tidak melakukan apa yang saya khotbahkan. Akan tetapi, akan lebih memalukan lagi kalau saya mengkhotbahkan apa yang saya lakukan!” Kata-kata ini diucapkan dengan nada humor oleh seorang imam yang amat baik yang melakukan apa yang ia khotbahkan.

Kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat memiliki pengetahuan luas sekaligus kewenangan besar. Mereka kerap memberi khotbah kepada rakyat. Yesus tidak mengecam apa yang mereka ajarkan, melainkan contoh buruk mereka. ”Mereka mengikat beban berat lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya!”
Ada bahaya bahwa pemimpin spiritual dapat menyalahgunakan wewenangnya dan ia sendiri tidak melakukan apa yang diajarkannya. Belum lama terbetik berita, seorang pemimpin spiritual dilaporkan ke polisi karena melakukan beberapa kali pelecehan seksual terhadap murid-muridnya. Demikian juga, umat Katolik sempat dikejutkan dengan pemberitaan skandal seksual yang dilakukan oleh para imamnya. Kecaman Yesus terhadap kaum Farisi, tampaknya tetap aktual hingga saat ini.

Doa
Tuhan Yesus, engkau mengecam orang Farisi karena mereka tidak melakukan apa yang mereka sampaikan sendiri. Ingatkan aku senantiasa ya Tuhan agar aku dapat hidup jujur dengan diri sendiri sebelum aku memberi nasihat kepada orang lain. Amin.

sumber:ZIARAH BATIN 2011

Minggu, 20 Maret 2011

Senin, 21 Maret 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Luk. 6:36–38

Senin, 21 Maret 2011
Pekan Prapaskah II (U)

St. Noel Pinot; St. Serapion
Bacaan I: Dan. 9:4b–10
Mazmur : 79:8,9,11,13; R: 103:10a
Bacaan Injil : Luk. 6:36–38


”Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”


Renungan

Seekor anjing terjebak dalam sebuah ruangan kaca. Saat ia masuk ruangan itu, ia melihat ruangan itu penuh dengan anjing. Ia tidak sadar bahwa itu adalah bayangan dirinya yang terpantul dalam cermin kaca. Melihat ada anjing lain maka anjing ini mulai menyalak dan mengeluarkan taringnya. Tentu saja semua anjing dalam cermin itu melakukan hal yang persis sama: menyalak dan mengeluarkan taring. Begitu melihat semua anjing mengancamnya dengan wajah seram, takutlah anjing ini. Maka, mulailah ia berlari. Semua anjing dalam cermin itu pun berlari, seolah-olah mengejarnya. Anjing ini berlari semakin kencang sampai akhirnya kelelahan, jatuh, dan mati.

Sayang sekali anjing tadi harus mati konyol. Andaikan saat ia melihat anjing-anjing di ruang kaca itu ia mengibas-ibaskan ekornya tanda persahabatan, pastilah semua anjing di dalam kaca akan berbuat yang sama persis. ”Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu!” inilah Sabda Yesus. Nasihat Yesus ini berlaku bagi siapa pun. Apa pun yang kita lakukan kepada orang lain, pada gilirannya akan berakibat pada diri kita sendiri. Apabila kita murah hati dan rela membantu orang tanpa pamrih, yakinlah bahwa orang pun akan dengan rela hati membantu kita. Demikian sebaliknya, apabila kita berbuat jahat terhadap sesama.

Doa: Tuhan Yesus, engkau telah memberi nasihat berguna bagi hidupku. Bukalah hatiku untuk mendengarkan serta melaksanakan sabda-Mu dalam hidupku. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2011

Sabtu, 19 Maret 2011

Minggu, 20 Maret 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 17:1–9

Minggu, 20 Maret 2011
Pekan Prapaskah II (U)

B. Sebastianus dr Torino;
St. Fransiskus Maria dr Camporosso
Bacaan I: Kej. 12:1–4a
Mazmur : 33:4–5,18–19,20,22; R: 22
Bacaan II : 2Tim. 1:8b–10
Bacaan Injil : Mat. 17:1–9

Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes sau­daranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. Kata Petrus kepada Yesus: ”Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: ”Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: ”Berdirilah, jangan takut!” Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri.
Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: ”Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.”



Renungan

Ada seorang dokter yang sukses. Ia pandai, amat dikenal, dan kaya raya, padahal ia berasal dari keluarga sederhana. Dalam suatu wawancara, dokter ini menceritakan kisah suksesnya. Menurutnya, sewaktu ia masih kecil, ia pernah bertemu seorang dokter yang amat kaya dan disegani di kampungnya. Sebagai anak kecil, ia berpikir, ”Seandainya aku menjadi dokter seperti dia, pasti aku akan dihargai banyak orang, mempunyai banyak uang, dan hidup senang!”

Sejak itulah ia bercita-cita untuk menjadi dokter. Gambaran masa depan yang gemilang, menjadi pemicu baginya untuk bekerja keras. Semua kesulitan ia hadapi sampai akhirnya ia meraih cita-citanya untuk menjadi dokter yang sukses.

Injil Matius, Lukas, dan Markus menempatkan kisah penampakan di Gunung Tabor langsung sesudah pemberitaan pertama tentang penderitaan Yesus. Pemberitaan itu mengguncangkan para murid. Petrus dan murid-murid yang lain sulit menerima kenyataan itu. Namun, kemuliaan di Gunung Tabor yang mereka alami, memberi terang segalanya. Yesus memang akan mengalami penderitaan dan kematian, tetapi pengalaman itu bukan sekadar nasib sial yang harus diterima. Yesus menerima penderitaan-Nya dengan bebas karena dengan cara itulah Dia akan masuk ke dalam kemuliaan-Nya. Pengalaman Gunung Tabor dan Bukit Golgota adalah dua pengalaman yang tidak terpisahkan.

Doa: Ya Allah, terima kasih atas kesadaran berharga yang boleh aku alami. Aku tidak akan lagi gentar bila harus mengalami kesulitan dan penderitaan hidup. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Jumat, 18 Maret 2011

Sabtu, 19 Maret 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 1:16,18–21,24a

Sabtu, 19 Maret 2011
Hari Raya St. Yosef, Suami SP Maria (P)

Bacaan I: 2 Sam. 7:4–5a,12–14a,16
Mazmur : 89:2–3,4–5–27–29; R: 37
Bacaan II : Rm. 4:13,16–18,22
Bacaan Injil : Mat. 1:16,18–21,24a

Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.Kelahi­r­­an Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, ber­tunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isteri­nya di muka umum, ia bermaksud men­ceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ”Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”
Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf ber­buat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.



Renungan

Tidak ada banyak catatan tentang Santo Yosef. Injil hanya menulis beberapa peristiwa yang berkaitan dengan dirinya. Namun, dari catatan yang ada, kita mengenal Yosep sebagai lelaki yang jujur dan setia. Salah satu sifat Yosef yang menonjol adalah ”diam”, tidak banyak bicara.

Pada saat Yosef mendengar kabar bahwa tunangannya akan hamil dari Roh Kudus, ia tidak mengerti sepenuhnya. Ia tak mau berbuat gegabah. Ia memilih diam. Ada peribahasa mengatakan ”Diam itu emas”—ketika orang belum mengerti duduk persoalannya dan tidak tahu persis apa yang harus dilakukan maka sikap diam adalah yang terbaik. Diam adalah juga suatu kesempatan untuk mencerna persoalan lebih baik. Meskipun demikian, tidak selamanya diam itu emas. Misalnya, ketika seorang pemimpin mengetahui kebusukan para anggotanya, ia tidak bisa diam. Sikap diamnya akan membuat situasi semakin parah. Dalam hal ini, Santo Yosef telah memberi pelajaran bagaimana kita harus berdiam diri secara tepat. Berdiam diri sambil merefleksikan persoalan adalah suatu sikap yang amat baik.


Doa: Tuhan, hamba-Mu Santo Yosef telah memberi pelajaran yang berharga kepadaku, betapa sikap diam kerap lebih berguna daripada seribu bahasa. Ajarilah aku untuk tidak tergesa-gesa dalam bertindak, melainkan mau mencerna segala sesuatu dengan lebih baik. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Kamis, 17 Maret 2011

Jumat, 18 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 5:20–26

Jumat, 18 Maret 2011
Pekan Prapaskah I (U)
St. Salvator; St. Anselmus dr Lucca;
St. Syrillus dr Yerusalem; B. Martha

Bacaan I: Yeh. 18:21–28
Mazmur : 130:1–2,3–4ab,4c–6,7–8; R: 3
Bacaan Injil : Mat. 5:20–26

Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau ter­ingat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah per­­sem­bahanmu di depan mezbah itu dan pergi­lah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persem­bahanmu itu.
Segeralah berdamai dengan lawanmu se­la­ma engkau bersama-sama dengan dia di te­ngah jalan, supaya lawanmu itu jangan menye­rahkan engkau kepada hakim dan hakim itu me­nyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau mem­bayar hutangmu sampai lunas.”



Renungan

Ada sepasang suami istri. Mereka hidup rukun dan selalu bepergian berdua. Suatu hari terbetik berita, sang suami meninggal dunia karena bunuh diri. Tentu saja berita ini mengagetkan semua orang. ”Bagaimana mungkin bapak ini bunuh diri? Bukankah kehidupan rumah tangganya begitu harmonis?” begitu orang banyak bertanya-tanya. Rupanya jawabannya ada di dalam buku harian yang ditinggalkan sang almarhum. Dalam buku tersebut, lelaki itu menceritakan penderitaannya yang mendalam. Ia tidak tahan atas sikap-sikap istrinya yang selalu menang sendiri, egois, dan pemboros. Ia berusaha untuk tetap bertahan dan berlaku seolah-olah tidak ada masalah, tetapi akhirnya ia memilih mati bunuh diri.


Rupanya, apa yang tampak di muka umum selama ini tidak lebih sekadar formalitas alias basa-basi belaka. Pada lubuk hati yang terdalam, suami istri tersebut hidup dalam dunianya masing-masing. Hal yang sama dilakukan oleh kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat di zaman Yesus. Mereka menjalankan hukum hanya di permukaan saja. Hidup keagamaan mereka penuh dengan kemunafikan. Mereka merasa puas dianggap telah menjalankan segala aturan dan hukum.

Yesus mengingatkan kita untuk masuk pada inti sari suatu hukum. Tidak ada gunanya kita menaati hukum ”jangan membunuh”, kalau hubungan kita dengan sesama penuh dengan kebencian dan kemarahan.

Doa: Tuhan Allahku, doronglah aku agar selalu jujur mengikuti kata hatiku. Dengan demikian, aku tidak hidup dalam kepalsuan serta kepura-puraan. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Rabu, 16 Maret 2011

Kamis, 17 Maret 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 7:7–12

Kamis, 17 Maret 2011
Pekan Prapaskah I (U)
Yusuf dr Arimatea; St. Patrisius; St. Gertrudis dr Nivelles
Bacaan I: Est. 4:10a,10c–12,17–19

Mazmur : 138:1–2a,2bc–3,7c–8; R: 3a
Bacaan Injil : Mat. 7:7–12


”Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Renungan

Mira adalah seorang gadis yang cantik, tetapi ia belum memiliki pacar. Usianya sudah hampir 30 tahun. Suatu hari ia berpikir, ”Aku akan berdoa Novena setiap hari di hadapan patung Bunda Maria. Aku ingin berdoa dengan ujud khusus, supaya cepat dapat pacar. Bukankah Tuhan senantiasa mengabulkan doa kita ya?” Dengan penuh keyakinan, Mira mulai berdoa di hadapan patung Bunda Maria. Sembilan hari penuh Mira berdoa, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa doanya akan dikabulkan. Mira pun meneruskan doanya, setiap hari. Seminggu berlalu, sebulan, dua bulan … dan doanya tetap belum terkabulkan. Ketika setahun penuh doa Mira tidak terkabul juga maka marahlah Mira sampai-sampai Mira mengambil patung Bunda Maria dan melemparkannya keluar jendela.

Sering kali relasi kita dengan Tuhan dilandasi mental dagang: ada jasa ada imbalan. ”Saya sudah berdoa setiap hari, bahkan juga berderma. Jadi, Tuhan harus membalas jasa saya dong!” begitu pikiran kita. Bukankah Tuhan Yesus juga bersabda bahwa apa yang kita minta akan diberikan? Yesus benar bahwa Allah akan mengabulkan doa kita. Pertanyaannya, menurut ukuran siapa? Bukankah orangtua yang baik tidak akan memberikan minuman es pada anaknya yang sedang batuk dan sakit? Bukankah kita juga membaca bagaimana Bunda Maria bersikap? Ketika Bunda Maria bingung dan tidak mengerti atas rencana Allah, ia tetap berkata, ”Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.” Melalui Bunda Maria, kita belajar bahwa Tuhan itu Mahabaik. Dia pasti tahu apa yang terbaik untuk kita masing-masing, kendati kita tidak melihat rencana Allah itu.

Doa: Tuhan, tambahkan imanku seperti Bunda Maria: iman yang cukup sehingga aku tetap percaya dan bersyukur kepada-Mu atas apa pun yang aku terima. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2011

Selasa, 15 Maret 2011

Rabu, 16 Maret 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Luk. 11:29–32

Rabu, 16 Maret 2011
Pekan Prapaskah I (U)

Bacaan I : Yun. 3:1–10
Mazmur : 51:3–4,12–13,18–19; R: 19b
Bacaan Injil : Luk. 11:29–32

Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: ”Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bang­kit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”


Renungan

Lourdes adalah salah satu tempat penampakan Bunda Maria yang paling banyak dikunjungi orang. Jutaan peziarah dari mancanegara datang ke Lourdes setiap tahunnya. Ketika orang membaca atau melihat film tentang kisah penampakan Maria di Lourdes, umumnya orang berkomentar: ”Bernadette layak mendapat penampakan Bunda Maria. Bernadette adalah gadis yang amat saleh dan percaya kepada Tuhan!”

Bernadette mendapat ”tanda” Ilahi berupa penampakan Bunda Maria. Keseluruhan hidup Bernadette yang saleh menunjukkan bahwa ia memang layak. Kalau kita menyelidiki Kitab Suci, hal yang sama dapat kita temui. Tiga Raja dari Timur mendapat tanda kelahiran Yesus berupa bintang di langit. Dengan patuh dan tekun mereka mengikuti tanda itu. Ketika tanda itu sempat hilang, tiga raja tersebut berusaha setengah mati untuk mencarinya kembali. Dan lihatlah, bintang itu pun muncul kembali mengantar mereka kepada Yesus yang baru lahir. Sementara, Herodes yang berhati culas, berpura-pura ingin menyembah Tuhan, tidak pernah mendapatkan tanda apa pun.

Yesus tidak memberikan tanda kepada orang yang mengerumuninya. Dia bahkan mengecam mereka: ”Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda …!” Kata-kata Yesus mengungkapkan dengan jelas bahwa antara tanda dan orang yang diberi tanda mempunyai kaitan erat. Orang yang jahat, yang tidak memiliki keinginan tulus untuk menyembah Tuhan, memang tidak layak mendapatkan tanda apa pun dari Allah.

Doa: Tuhan yang penuh kasih, berikanlah aku iman yang cukup sehingga aku layak mendapatkan anugerah tanda kehadiran-Mu dalam hidupku ini. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Senin, 14 Maret 2011

Selasa, 15 Maret 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mat. 6:7–15

Selasa, 15 Maret 2011
Pekan Prapaskah I (U)
Sta. Lousia de Marrillac;
St. Klemens Maria Hofbauer

Bacaan I: Yes. 55:10–11
Mazmur : 34:4–5,6–7,16–17,18–19; R: 18b
Bacaan Injil : Mat. 6:7–15

”Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi ja­ngan­lah kamu seperti mereka, karena Bapa­mu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebe­lum kamu minta kepada-Nya. Karena itu ber­doalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Diku­duskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]Karena jikalau kamu mengampuni ke­sa­lahan orang, Bapamu yang di sorga akan meng­ampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”



Renungan

Sepasang suami istri sudah enam tahun menikah. Mereka belum juga dikaruniai seorang anak pun. Berbagai cara telah mereka tempuh untuk mendapatkan anak: pergi ke dokter spesialis ternama, memakan ramuan-ramuan yang disarankan, bahkan sampai mendatangi sejumlah paranormal dan dukun sakti. Akan tetapi, hasilnya nihil: anak yang diharapkan tak kunjung datang. Akhirnya, dalam keputusasaan, mereka berziarah ke Gua Maria Sawer Rahmat di desa Cigugur, Kuningan. Apa yang terjadi? Sebulan kemudian sang istri dinyatakan hamil. Pasangan ini tidak henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan yang mengabulkan jeritan hati mereka.

Cerita dengan nada yang hampir sama sering kita baca di media massa. Kesaksian seperti kisah di atas memang baik dan bisa mengharukan. Namun, barangkali kita bertanya, ”Apakah Tuhan hanya bekerja lewat peristiwa yang luar biasa?” Pertanyaan lebih lanjut, ”Apakah kita hanya berterima kasih dan mensyukuri doa kita yang terkabul? Bagaimana seandainya doa kita ’tidak dikabulkan’ Tuhan?”

Santo Paulus pernah memberi kesaksian yang terdengar aneh. Ia justru mensyukuri atas doanya yang tidak terkabul. Ia mensyukuri kesulitan dan kelemahan yang harus ia tanggung. Kebesaran Tuhan tidak hanya terungkap atas terkabulnya doa kita, tetapi atas kekuatan yang Dia berikan sehingga kita mampu menghadapi kesulitan hidup. Doa memang mempunyai banyak dimensi. Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus menjadi pola dan pegangan hidup kita.

Doa: Bapa, aku bersyukur dan berterima kasih atas penyertaan-Mu sehingga aku dapat melalui segala kesulitan hidup dengan baik. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Minggu, 13 Maret 2011

Senin, 14 Maret 2011 (ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mat. 25:31–46

Senin, 14 Maret 2011
Pekan Prapaskah I (U)
Sta. Matilda
Bacaan I: Im. 19:1–2,11–18
Mazmur : 19:8,9,10,15; R: Yoh. 6:64b
Bacaan Injil : Mat. 25:31–46


”Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gem­bala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab….)

Renungan

Bertemu artis atau tokoh-tokoh terkenal, apalagi bisa berfoto bersama adalah gejala umum di mana pun. Orang merasa senang dan bangga bisa bertemu orang terkenal. Mereka bisa menceritakan atau malah menunjukkan foto sebagai bukti bahwa mereka pernah bertemu. Sikap ini amat kontras dibandingkan saat orang bertemu seorang pengemis di jalanan yang kumal. Secara spontan, orang cenderung menghindar atau buru-buru melempar recehan dan berlalu jauh-jauh.

Siapa pun bisa bertemu dan memberi perhatian kepada orang terkenal atau orang yang ”menguntungkan”. Tidak ada yang istimewa, sebaliknya bertemu dan memberi perhatian orang tersisih: gelandangan, narapidana, dan janda miskin, barulah sesuatu yang mempunyai nilai. Yesus mengajak kita untuk memperhatikan justru orang-orang yang tersingkir, mereka yang tak punya apa pun yang bisa dibanggakan, dibandingkan orang yang tersohor.

Doa: Tuhan, terima kasih bahwa engkau telah mengingatkan aku untuk memberi perhatian dan kasih sayang kepada siapa pun yang lemah dan tidak berdaya. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Jumat, 11 Maret 2011

Minggu, 13 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 4:1–11

Minggu, 13 Maret 2011
Pekan Prapaskah I (U)
Sta. Eufrasia; B. Ludovikus dr Casoria
Bacaan I: Kej. 2:7–9; 3:1-7
Mazmur : 51:3–4,5–6a,12–13,14,17; R: lih. 3a
Bacaan II : Rm. 5:12–19 (Rm. 5:17–19)
Bacaan Injil : Mat. 4:1–11

Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: ”Jika Engkau Anak Allah, pe­rintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Tetapi Yesus menjawab: ”Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: ”Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangan­nya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Yesus berkata kepadanya: ”Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: ”Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Maka berka­ta­lah Yesus kepadanya: ”Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.


Renungan

Seorang pencuri pernah tertangkap tangan saat hendak mencuri di sebuah seminari. Rektor seminari yang terbangun karena gaduh, menemui pencuri yang sedang dikelilingi para frater. Ketika ditanya alasannya, pencuri itu mengatakan bahwa dirinya amat lapar dan bermaksud mencari makanan. Saat disodorkan sepiring nasi dengan lauk seadanya, pencuri langsung melahapnya. Ia memang terlihat sungguh kelaparan.

Lapar sering membuat orang kehilangan akal sehat dan pertimbangan-pertimbangan moral. Apa pun bisa dilakukan demi sesuap nasi. Rupanya, lapar tidak hanya terbatas pada makanan dan minuman. Manusia dapat pula mengalami lapar dan haus akan kekuasaan atau harta. Orang yang lapar dan haus kekuasaan, dapat melakukan apa pun demi meraih apa yang diinginkannya. Bahkan, tidak jarang ia harus menyikut kiri-kanan untuk melicinkan jalannya. Hal yang sama dapat menimpa mereka yang haus akan harta benda. Sering kita dengar, karena berebut harta warisan, sebuah keluarga yang semula rukun menjadi terpecah-belah.

Yesus, pada saat berada pada puncak kelaparan, karena berpuasa selama 40 hari, mendapat tiga kali godaan yang menggiurkan. Yesus telah memberi contoh, ketika kita memiliki keyakinan teguh pada penyelenggaraan Ilahi, kita dapat mengatasi kerapuhan manusiawi kita.

Doa: Tuhan Yang Mahabesar, berilah aku keyakinan teguh akan kebaikan dan perlindungan-Mu. Dengan demikian, ketika aku lemah, aku tidak goyah dan jatuh oleh godaan di sekitarku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Sabtu, 12 Maret 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Luk. 5:27–32

Sabtu, 12 Maret 2011
Hari Sabtu Sesudah Rabu Abu (U)
St. Gregorius l/Agung, Paus; St. Maximilianus;
St. Theofanus; Sta. Yustina dr Arezzo; B. Aloisius Orione

Bacaan I: Yes. 58:9b–14
Mazmur : 86:1-2,3–4,5–6; R: 11a
Bacaan Injil : Luk. 5:27–32

Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: ”Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: ”Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: ”Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”



Renungan

Kita sering mengadakan pesta. Tidak jarang pesta itu untuk menandai permulaan atau akhir suatu fase kehidupan, misalnya: pesta perkawinan, orang memulai hidup baru dalam berumah tangga; dan pesta kelulusan, mengakhiri suatu perjuangan dalam studi.

Lewi si pemungut cukai mengadakan pesta perjamuan untuk menandai pertobatannya. Ia telah memutuskan untuk bertobat: meninggalkan kehidupan penuh dosa dan mengikuti Yesus. Menyadari kesalahan hidup dan memutuskan untuk memperbaikinya adalah suatu keputusan yang berani sekaligus menggembirakan. Suatu keputusan yang pantas untuk dirayakan.


Yesus tanpa ragu ikut bergabung dengan pesta Lewi sang pendosa. Sikap Yesus bertolak belakang dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Mereka justru bersungut-sungut tidak senang. Mereka sendiri merasa bersih dan suci.
”Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa supaya mereka bertobat!” ujar Yesus. Lewat kata-kata, Yesus mengajak kita, para pengikut-Nya, untuk bersikap seperti diri-Nya. Orang yang bertobat harus kita dukung dan kita terima dengan tangan terbuka.

Doa: Bapa yang penuh kasih, ampunilah segala kelemahanku. Bantulah aku agar mempunyai keberanian untuk bertobat. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Kamis, 10 Maret 2011

Jumat, 11 Maret 2011 (ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mat. 9:14–15

Jumat, 11 Maret 2011
Jumat Sesudah Rabu Abu (U)
St. Sofronius; St. Pionisius;
St. Eulogius dan Leokrita

Bacaan I: Yes. 58:1–9a
Mazmur : 51:3–4,5–6a,18–19; R: 19a
Bacaan Injil : Mat. 9:14–15

Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: ”Menga­pa kami dan orang Farisi ber­puasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita se­la­ma mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”


Renungan

Konon, ketika Sidharta Gautama sedang bertapa dan berpuasa amat keras, lewatlah seorang pemusik. Sang pemusik ini menyanyikan sebuah lagu dengan syair sebagai berikut: ”Bila senar harpa diputar terlalu kuat maka senar akan putus.

Namun, bila senar diputar terlalu kendor, akan menghasilkan nada yang fals!” Mendengar syair tersebut, tersentaklah Sidharta. Seperti mendapat pencerahan, Sidharta tiba-tiba menyadari bahwa tubuh manusia itu ibarat senar harpa. Bila dipaksa berpuasa terlalu keras, tubuh akan menjadi sakit. Sebaliknya, bila kita terlalu memanjakan tubuh dengan membiarkan diri makan semau-mau kita, juga akan membuat tubuh kita tidak sehat.

Dewasa ini banyak orang, khususnya kaum wanita, berpuasa alias menghindari berbagai makanan dan minuman. Tujuan mereka satu, yaitu untuk menjaga kelangsingan tubuh. Bagi mereka, puasa hanyalah alat untuk memperoleh kesehatan serta keindahan tubuh.

Berpuasa memang bukan suatu keutamaan pada dirinya sendiri. Puasa merupakan alat untuk mencapai keutamaan bila kita memanfaatkannya secara benar. Puasa dapat menjadi sarana untuk melatih penguasaan diri dan semakin dekat dengan Tuhan. Lewat puasa, kekuatan rohani dapat kita nyatakan dalam kehidupan kita dalam bentuk karya amal kasih.

Doa: Tuhan, dengan bimbingan-Mu yang penuh kasih, tuntunlah aku agar dapat melanjutkan puasa yang telah aku mulai ini. Ajarlah aku juga untuk menjalankan puasa dengan hati ringan gembira dan memaknainya dengan perbuatan kasih. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Rabu, 09 Maret 2011

Kamis, 10 Maret 2011 Hari Kamis sesudah Rabu Abu

"Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya."

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?(Lukas (9:22-25))

Renungan


Di tengah ingar-bingar musik diskotik itu, di genggaman Bobby diselipkan bungkus plastik kecil berisikan beberapa butir pil. Si penyelip berbisik di telinga Bobby, "Teguklah dan masalahmu akan melayang pergi jauh." Dentuman musik seolah mengiringi pergulatan batin Bobby. Di benaknya terngiang suara lembut mamanya, "Bob, apa pun yang terjadi dalam hidupmu, setialah selalu pada Yesus." Namun, suara itu segera berganti dengan suara ketus mantan pacarnya yang baru putus dengannya, "Apaan kamu ini. Laki-laki banci! Kamu itu nerd dengan agamamu! Tentu saja aku lebih memilih having fun dengan Sam daripada menjadi kekasih orang kolot kayak kamu, bye!" Kemudian tanpa pikir panjang lagi, Bobby segera menegak semua pil itu di tangannya itu. Keesokan harinya ia ditemukan tewas di bawah meja diskotik dengan mulut berbusa.

Lewat mulut Musa, nabi-Nya, Allah berbicara dengan jelas kepada kit bahwa ada dua tawaran dalam hidup. Mereka yang memilih berkat akan hidup dan yang memilih kutuk akan mati. Allah mengundang kita pada kehidupan, "Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunannya" (ay.19). Allah adalah sumber kebaikan yang melimpah ruah, maka jika kita memilih kehidupan kita akan mendapatkan kebaikan yang melimpah ruah itu, juga ketika berada dalam situasi yang menyesakkan.

Itulah hidup kita. Kita selalu dan setiap hari dihadapkan pada dua pilihan besar: berkat atau kutuk, hidup atau mati. Mendiang Paus Yohanes Paulus II mengingatkan kita bahwa kita sedang ada di dalam pertempuran antara keduanya, yakni antara budaya kehidupan dan budaya kematian. Tentu saja budaya kematian akan tampil menarik dan selalu menjanjikan kemudahan, namun ujungnya pasti mengerikan.

Di sisi lain budaya kehidupan tampil biasa-biasa saja dan tidak selalu menjanjikan kemudahan, tapi ujungnya adalah keindahan hidup dan berkat yang melimpah. Orang muda banyak di hadapkan pada dua pilihan ini. Belajarlah dari pengalaman Bobby. Janganlah bingung dengan hiruk pikuk suara sumbang, peganglah Firman-Nya hari ini yang tegas, "Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup."

Doa:Ya Sumber Kehidupan, datanglah dan jadikan aku pewarta kehidupan di tengah budaya kematian yang mengelilingiku. Amin.


Oase Rohani 2011, Renungan dan Catatan Harian

Selasa, 08 Maret 2011

Rabu, 9 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 6:1–6,16–18

Rabu, 9 Maret 2011
RABU ABU (U)
St. Primus dan St. Felicianus; St. Efrem;
Sta. Fransiska Romana; St. Gregorius dr Nyssa
Bacaan I : Yl. 2:12–18
Mazmur : 51:3–4,5–6a,12–13,14,17; R: 3a
Bacaan II : 2Kor. 5:20–6:2
Bacaan Injil : Mat. 6:1–6,16–18


”Ingatlah, jangan kamu melakukan ke­wajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapa­mu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata ke­pa­damu: Sesungguhnya mereka sudah men­dapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upah­nya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. ”Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Se­sungguhnya mereka sudah mendapat upah­nya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang ber­puasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Renungan

Salah satu acara yang terkenal di kota Rio de Janeiro, Brasil, adalah karnaval. Jutaan orang dari mancanegara datang untuk menyaksikan acara yang menghabiskan banyak uang ini.

Semula karnaval diadakan satu hari sebelum hari Rabu Abu atau sebelum masa puasa. Karena banyak peminatnya, karnaval diadakan beberapa hari sebelumnya, tetapi tidak boleh sesudah Rabu Abu. Karnaval berasal dari kata Latin yang artinya ”Selamat tinggal daging”. Maksudnya adalah orang boleh makan (daging) sepuasnya sebelum masuk masa puasa yang dimulai pada hari Rabu Abu.

Kewajiban puasa dalam agama Katolik terasa terlalu ringan. Sebab, memang masa Prapaskah tekanannya bukanlah puasa, melainkan pertobatan. Karenanya, masa Prapaskah diawali dengan pengurapan abu, simbol kuat untuk pertobatan. Namun, tobat saja tidak cukup. Seperti kata Santo Agustinus, doa dan tobat kita harus dilengkapi dua hal lain, yaitu puasa dan aksi amal untuk sesama.Pada hari ini kita diurapi dengan abu, tanda pertobatan. Hendaknya hal ini bukan sekadar ritual belaka, melainkan tanda lahiriah untuk pertobatan yang nyata.

doa:Tuhan Yang Mahabaik, doronglah aku agar pada masa Prapaskah ini aku sungguh bertobat, meninggalkan kebiasaan buruk dan memupuk kebiasaan yang baik. Amin

sumber:Ziarah Batin 2011

Senin, 07 Maret 2011

Selasa, 8 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 12:13–17

Selasa, 8 Maret 2011
Pekan Biasa IX (H)
St. Yohanes de Deo; St. Yulianus dr Toledo;
St. Filemon dan Apolonios; St. Petrus Obazin

Bacaan I: Tob. 2:9–14
Mazmur : 112:1–2,7bc–8,9; R: 7c
Bacaan Injil : Mrk. 12:13–17


Kemudian disuruh beberapa orang Farisi dan Herodian kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan.Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: ”Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?” Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!” Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: ”Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: ”Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: ”Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” Mereka sangat heran mendengar Dia.

Renungan

Sistem perpajakan rupanya sudah lama ada. Caranya mungkin bisa berbeda-beda, tetapi prinsipnya sama: orang yang tinggal dalam suatu masyarakat, mempunyai kewajiban untuk ikut ambil bagian dalam masyarakat tersebut. Kaisar adalah penguasa wilayah. Pajak dikumpulkan dari rakyat atas namanya. Di Palestina pada masa itu, kaisar adalah simbol orang asing yang menguasai negara dengan cara paksa, cara kekerasan. Bisa dimengerti bahwa bagi orang Yahudi yang terjajah, membayar pajak kepada kaisar merupakan suatu penghinaan. Di lain pihak, melawan kaisar adalah tindakan yang mempunyai risiko besar. Pertanyaan soal membayar pajak adalah jebakan yang licik. Namun, Yesus dengan cepat mengetahui jebakan tersebut. Jawaban Yesus yang jitu membuat bungkam si penanya.

Bila kita bicara soal pajak, yang kita bayangkan pertama-tama adalah uang. Padahal, ada kontribusi lain yang tidak selalu berbentuk uang. Rasa tanggung jawab, rasa ikut memiliki dan memelihara adalah sesuatu yang lebih penting ketimbang sekadar membayar sejumlah uang. Yesus mengajarkan kepada kita bahwa kewajiban yang sama tidak hanya berlaku bagi negara, tetapi juga bagi Allah, dengan sebuah prinsip: memberi kepada orang yang menjadi haknya!

Doa: Tuhan, doronglah aku untuk senantiasa berlaku adil melaksanakan kewajibanku terhadap masyarakat dan terlebih lagi kepada-Mu. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Minggu, 06 Maret 2011

Senin, 7 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 12:1–12

Senin, 7 Maret 2011
Pekan Biasa IX
Pw Sta. Perpetua dan Felisitas, Mrt.(M)
Bacaan I: Tob. 1:1a,2a,3; 2:1b–8
Mazmur : 112:1–2,3–4,5–6; R: 1a
Bacaan Injil : Mrk. 12:1–12


Lalu Yesus mulai berbicara kepada mereka dalam perumpamaan: ”Adalah seorang membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Dan ketika sudah tiba musimnya, ia me­­nyuruh seorang hamba kepada penggarap-peng­garap itu untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka. Tetapi mereka me­nangkap hamba itu dan memukulnya, lalu me­nyu­ruhnya pergi dengan tangan hampa. Kemudi­an ia menyuruh pula seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan. Lalu ia menyuruh seorang hamba lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Dan banyak lagi yang lain, ada yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh. Sekarang tinggal hanya satu orang anaknya yang kekasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka, katanya: Anakku akan me­reka segani. Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita.Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur itu. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain. Tidak pernahkah kamu mem­baca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.” Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia.



Renungan

Saat renungan ini ditulis, kasus Gayus Tambunan, sedang ramai dibicarakan. Gayus, pegawai pajak biasa, telah menilep uang pajak milyaran rupiah. Orang pun tersentak dan terkaget-kaget bahwa pegawai sekelas Gayus mampu mengorupsi uang begitu banyak. Seolah-olah soal pajak adalah miliknya sendiri. Itulah juga yang terjadi pada para pekerja upahan di kebun anggur dalam Injil hari ini. Para petani tersebut menjadi serakah dan tidak tahu diri. Mereka jadikan seolah-olah ladang anggur itu milik mereka sendiri. Bahkan, anak yang empunya kebun pun mereka aniaya dan mereka bunuh.

Perumpamaan tentang para pekerja upahan di kebun anggur merupakan kritikan tajam Yesus pada sikap bangsa Israel. Yesus menunjukkan kesalahan bangsa Israel yang menjadikan Kerajaan Allah sebagai milik pribadi. Mereka menyepelekan Firman-Nya dan menolak menaati Putra-Nya, Yesus Kristus. Bahaya seperti ini dapat terus terulang. Para penguasa Gereja dapat saja menunjukkan sikap yang sama seperti para penggarap tanah yang jahat itu. Hal itu terjadi bila mereka menjalani kekuasaannya menurut pikiran mereka sendiri saja dan menolak Firman Allah.

Doa:Tuhan, bukalah hati dan budiku agar aku dapat selalu terbuka pada Sabda yang Kausampaikan kepadaku. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2011

Jumat, 04 Maret 2011

Minggu, 6 Maret 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 7:21–27

Minggu, 6 Maret 2011
Pekan Biasa IX (H)
St. Marsianus dr Konstantinopel;
St. Hesikios; St. Fridolin

Bacaan I: Ul. 11:18,26–28,32
Mazmur : 31:2–3a,3bc–4,17,25; R: 3b
Bacaan II : Rm. 3:21–25a,28
Bacaan Injil : Mat. 7:21–27


”Bukan setiap orang yang berseru ke­pada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu!
Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!
Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan da­tanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang men­diri­kan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”



Renungan

Pernah ada seorang pendakwah yang digemari banyak orang. Di mana pun ia berkhotbah, ribuan orang datang untuk mendengarkannya. Demikian juga wejangan-nya di radio didengarkan banyak orang. Pamornya merosot tajam sejak terkuak berita bahwa ia menikah lagi. Para penggemarnya, khususnya para ibu tidak mau lagi mendengarkannya. Mereka kecewa karena dia ternyata tega memadu istrinya yang setia.

Kata-kata tanpa didukung perbuatan akan menjadi kurang bermakna. Bahkan secara umum, perbuatan lebih dihargai daripada kata-kata. Itulah sebenarnya yang diingatkan Yesus dalam Injil hari ini. Bukan mereka yang berseru ”Tuhan, Tuhan!” yang akan masuk Kerajaan Allah, melainkan mereka yang mendengarkan Sabda Tuhan dan melaksanakannya. Orang seperti itu ibarat orang yang mendirikan rumah di atas fondasi yang kokoh. Kata-katanya selaras dengan perbuatannya.

Doa: Bapa Yang Mahabaik, ingatkanlah aku selalu agar tidak hanya pandai berkata-kata, melainkan pertama-tama melaksanakan kehendak-Mu. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Kamis, 03 Maret 2011

Jumat, 4 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 11:11-26

Jumat, 4 Maret 2011
Pekan Biasa VIII (H)
St. Kasimirus;
St. Lusius, Paus; B. Placida

Bacaan I: Sir. 44:1,9–13
Mazmur : 149:1–2,3–45–6a,9b; R: 4a
Bacaan Injil : Mrk. 11:11–26



Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya.Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya un­tuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: ”Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” Dan murid-murid-Nya pun mendengarnya. Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulai­lah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah.
Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: ”Bukan­kah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar ten­tang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk mem­binasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya.
Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota.Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya.Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: "Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering."Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.
 Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu."(Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.)



Renungan

Pada hari Minggu dan hari-hari raya, cukup sering datang permintaan izin untuk berjualan di sekitar gereja. Jualannya bervariasi, dari mulai benda-benda rohani sampai makanan dan minuman. Tidak lupa, dicantumkan juga catatan bahwa sebagian keuntungan akan diserahkan untuk kepentingan Gereja.

Itu adalah contoh sederhana yang membuktikan bahwa bisnis tidak mengenal situasi dan tempat. Yang penting, ada peluang memperoleh untung maka jadilah transaksi. Hal seperti itu juga yang terjadi di zaman Yesus. Keramaian Bait Allah dimanfaatkan oleh para pedagang. Alasan mereka masuk akal, yaitu membantu umat memperoleh barang persembahan dengan mudah. Selain bermacam-macam barang persembahan, dijual juga burung-burung merpati. Dan untuk ”membantu umat”, juga disediakan jasa penukar uang. Bisa dibayangkan bahwa suasana menjadi amat hiruk-pikuk. Yesus menjungkir-balikkan meja-meja penukar uang dan mengusir para pedagang. Alasan Yesus amat jelas, Dia ingin menyucikan dan mengembalikan rumah Allah pada fungsinya semula.

Apa yang terjadi pada zaman Yesus selalu dapat terulang kembali. Agama dan Tuhan sering ”dijual” demi kepentingan sekelompok kecil orang.


Doa: Tuhan, ajarilah aku untuk menghargai rumah-Mu dengan sepantasnya. Doronglah aku selalu untuk ikut bertanggung jawab dalam penggunaan bait-Mu yang kudus. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Rabu, 02 Maret 2011

Kamis, 3 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 10:46–52

Kamis, 3 Maret 2011
Pekan Biasa VIII (H)
St. Nikolo d`Albergati; St. Marinus; Sta. Kunigunde
Bacaan I: Sir. 42:15–25
Mazmur : 33:2–3,4–5,6–7,8–9; R: 6a
Bacaan Injil : Mrk. 10:46–52


Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan mu­rid-murid-Nya dan orang banyak yang ber­bondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: ”Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: ”Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan berkata: ”Panggillah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: ”Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.” Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus kepadanya: ”Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: ”Rabuni, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata Yesus kepadanya: ”Pergilah, imanmu telah me­nyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.


Renungan

Ada seorang pengemis buta yang selalu datang minta makan dan uang ke sebuah biara. Dia membawa tongkat putih yang bisa dilipat. Berbulan-bulan secara rutin pengemis buta ini datang meminta sedekah dan selalu diberi oleh penghuni biara. Suatu hari, salah seorang biarawan secara kebetulan bertemu si pengemis ini di bus kota. Ternyata si pengemis tidak buta. Biarawan ini tentu saja sangat heran. Karena penasaran, sang biarawan bertanya, ”Maaf, Bapak kan orang buta yang biasa datang mengemis di rumah kami?” Tentu saja orang buta itu terkejut dan malu. Kemudian ia menjawab dengan santai, ”Betul, tapi hari ini saya libur, tidak sedang kerja!”

Bartimeus adalah seorang yang sungguh buta matanya, tidak seperti pengemis buta gadungan itu. Bertahun-tahun Bartimeus tidak dapat melihat apa pun. Dunianya gelap gulita. Ia memang buta, tetapi ia memiliki mata iman yang baik. Dengan mata imannya pula, Bartimeus dapat melihat bahwa Yesus adalah Sang Mesias. Ia yakin bahwa Yesus dapat melakukan apa pun yang dimintanya. Keyakinan Bartimeus benar adanya. Yesus berkata, ”Imanmu telah menyelamatkan engkau!”

Umumnya kita beruntung karena memiliki mata yang awas, dapat melihat segala sesuatu dengan baik. Lebih beruntung lagi apabila kita memiliki mata iman seperti Bartimeus. Dengan mata iman yang baik, kita menjadi lebih mampu melihat kebaikan orang lain dan lebih-lebih mampu melihat kehadiran Tuhan dalam hidup kita.

Doa: Tuhan Yang Mahabaik, berilah aku iman yang kuat sehingga selalu mampu melihat kebesaran serta kebaikan-Mu dalam hidupku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Selasa, 01 Maret 2011

Rabu, 2 Maret 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 10:32–45

Rabu, 2 Maret 2011
Pekan Biasa VIII (H)
St. Agnes dr Praha;
St. Simplisius, Paus
Bacaan I : Sir. 36:1,4–5a,10–17
Mazmur : 79:8,9,11,13; R: Sir. 36:1b
Bacaan Injil : Mrk. 10:32–45



Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan.…Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebe­deus, mendekati Yesus dan berkata kepa­da-Nya: ”Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!” Jawab-Nya kepada mereka: ”Apa yang kamu ke­hendaki Aku perbuat bagimu?” Lalu kata me­reka: ”Perkenankanlah kami duduk da­lam ke­muliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.” Tetapi kata Yesus kepada mereka: ”Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapat­kah kamu me­minum cawan yang harus Kumi­num dan di­bap­tis dengan baptisan yang harus Kuterima?” Jawab mereka: ”Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: ”Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.”
Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu ber­kata: ”Kamu tahu, bahwa mereka yang dise­but pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyat­nya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”



Renungan


Mbok Supar mempunyai anak semata wayang. Sering ia menggendong anaknya itu, terutama saat sedang rewel atau menangis, sambil bersenandung, ”Talelo, lelo-lelo ledung. Jop meneng, ojo pijer nangis …!” Senandungnya itu ia nyanyikan supaya anaknya berhenti menangis.

Tidak jarang senandung ibu merupakan doa sekaligus harapan. Harapan agar anaknya kelak tumbuh menjadi orang yang sukses. Keinginan orangtua agar anaknya menjadi sukses adalah keinginan yang wajar. Karenanya, sebetulnya wajar pula bahwa Yakobus dan Yohanes meminta posisi yang mulia pada Yesus. Bahwa kemudian sepuluh murid yang lain menjadi marah, menunjukkan bahwa murid lain pun sebenarnya memiliki keinginan yang sama. Akan tetapi, setelah mengetahui keinginan Yakobus dan Yohanes, Yesus menanggapi demikian, ”Kamu tidak tahu apa yang kamu minta!” (Mrk. 10:38). Menjadi murid Kristus tampaknya tidak selalu sejalan dengan hukum yang berlaku di masyarakat. Yesus menuntut para murid-Nya untuk saling melayani, bukannya dilayani. Yesus sendiri memberi berbagai contoh, termasuk membasuh kaki para murid.

Sebenarnya masyarakat mengakui kebenaran ajaran Kristiani bahwa orang akan lebih menghargai serta membenarkan pemimpin yang berjiwa pelayanan daripada sebaliknya. Dalam kehidupan sehari-hari pun orang yang cepat tanggap atas kebutuhan orang lain lebih dihormati daripada mereka yang sibuk mencari kehormatan diri sendiri.


doa:Ya Allah, semoga aku lebih mau melayani daripada dilayani, lebih mau menghibur daripada dihibur. Semoga Sabda-Mu senantiasa menjadi terang bagi hidupku. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2011