Senin, 30 Januari 2012

Selasa, 31 Januari 2012~Pw St. Yohanes Bosco, Im.

Selasa, 31 Januari 2012
Pekan Biasa IV

Pw St. Yohanes Bosco, Im. (P)
Sta. Marcella; St. Aidan

Bacaan I : 2Sam. 18:9–10.14b.24–25a.30–19:3
Mazmur : 86:1–2.3–4.5–6; R: 1a
Bacaan Injil : Mrk. 5:21–43


Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bon­dong datang lalu mengerumuni Dia. Se­d­ang Ia berada di tepi danau, datanglah se­orang ke­pala rumah ibadat yang bernama Yairus. Keti­ka ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di de­pan kaki-Nya dan memohon dengan sa­ngat kepada-Nya: ”Anakku perempuan se­dang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letak­kanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia sela­mat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama se­kali tidak ada faedahnya malah sebaliknya ke­ada­annya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: ”Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”
Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: ”Siapa yang menja­mah jubah-Ku?” Murid-murid-Nya menjawab: ”Eng­kau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?” Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perem­puan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas diri­nya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala se­suatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perem­puan itu: ”Hai anak-Ku, imanmu telah menye­lamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”
(Bacaan selengkapnya lihat Alkitab ....)


Renungan

Injil hari ini mengisahkan tentang dua penyembuhan oleh Yesus, yakni anak perempuan dari Yairus, seorang pegawai Bait Allah, dan seorang wanita yang sudah menderita pendarahan selama dua belas tahun. Dalam kedua kisah ini ada iman yang tampak. Yairus, ayah dari anak perempuan yang sakit berat, mendekati Yesus serta memohon, sambil tersungkur, agar Yesus meletakkan tangan-Nya supaya anaknya yang sedang sakit berat dapat sembuh. Yairus sungguh beriman. Ia mempercayakan anaknya kepada daya penyembuhan Yesus. Sedangkan wanita yang menderita pendarahan mempunyai iman yang luar biasa kepada Yesus. Ia percaya bahwa cukuplah menjamah jubah Yesus maka ia akan sembuh. ”Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh” (Mrk. 5:28). Buah dari iman yang mendalam adalah penyembuhan, pemulihan raga dan jiwa. ”Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” (Mrk. 5:34).

Melalui kisah ini kita diajak untuk tidak ragu dan segan memohon penyembuhan dari Yesus. Syarat­nya, iman yang tulus dan kuat. Yesus mampu berbuat apa saja bagi orang yang percaya!

Doa: Tuhan Yesus Kristus, jamahlah hidupku dengan kuasa-Mu yang menyelamatkan; sembuhkan dan pulihkan aku supaya aku hidup seutuhnya. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Kamis, 26 Januari 2012

Sabtu, 28 Januari 2012~Pw St. Thomas dr Aquino, ImPujG

Sabtu, 28 Januari 2012
Pekan Biasa III
Pw St. Thomas dr Aquino, ImPujG. (P) St. Karolus Agung; St. Petrus Nolaskus; Manfredus
Bacaan I : 2Sam. 12:1–7a.10–17
Mazmur : 51:12–13.14–15.16–17; R: 12a
Bacaan Injil : Mrk. 4:35–41







Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: ”Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka me­ninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya mem­ba­ngunkan Dia dan berkata kepada-Nya: ”Guru, Engkau tidak perduli kalau kita bi­nasa?”Ia pun bangun, menghardik angin itu dan ber­ka­ta kepada danau itu: ”Diam! Tenang­lah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: ”Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”

Renungan
Kecerobohan atau kekeliruan dalam hal kecil dapat mengakibatkan sesuatu yang fatal dalam kehidupan atau pekerjaan kita. Inilah yang dialami oleh Daud. Kecerobohan, kesalahan dan ketidakbijaksanaannya mengambil istri Uria menjadi istrinya dengan mengorbankan Uria di medan perang menyebabkan kegelisahan, ketidaktenangan dan penderitaan batin yang berkelanjutan.
Namun, Tuhan itu selalu baik. Ia mengirim Natan untuk menegur dan memperingatkan Daud akan kesalahannya dan meminta dia menyesal dan bertobat. Tuhan tidak mau membiarkan Daud jatuh dari satu kesalahan ke kesalahan lain, dari satu kekeliruan ke kekeliruan lain. Natan menghantar Daud, tahap demi tahap, dalam proses penyadaran akan dosa dan menuju penyesalan. Daud terbuka menerima teguran Allah melalui Natan disertai sikap penyesalan. Daud lalu menyesal dan minta ampun! Dia sadar bahwa Allah itu memang kaya dalam kerahiman (bdk. Ef. 2:4). Demikian, ia tetap mendapat tempat di hati Allah.
Dengan tangan terbuka Allah senantiasa mempersilahkan kita untuk bertobat agar kita menemukan kembali apa yang terbaik dalam diri kita, menemukan kembali anugerah-anugerah dan buah-buah Roh Kudus yang telah ditanamkan di dalam diri kita, seperti ”kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal. 5:22–23). Untuk itu, Tuhan akan mengingatkan kita dengan berbagai cara, bahkan berupa badai dan taufan sekalipun, agar kita kembali kepada-Nya.

Doa
Tuhan Yesus, ketika aku keliru dan ceroboh, tegurlah aku, agar aku sadar, menyesal dan bertobat. Rahmatilah aku dengan kerahiman-Mu yang melim­pah. Amin.


sumber : ziarah batin 2012

Jumat, 27 Januari 2012~Sta. Angela Merici; St. Gabriel dr Bunda Berdukacita

Jumat, 27 Januari 2012
Pekan Biasa III (H)

Sta. Angela Merici; St. Gabriel dr Bunda Berdukacita;
St. Robertus, Alberikus, dan Stefanus

Bacaan I: 2Sam. 11:1–4a.5–10a.13–17
Mazmur : 51:3–4.5–6a.6bc–7.10–11; R: lh.3a
Bacaan Injil : Mrk. 4:26–34



Lalu kata Yesus: ”Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang mena­burkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terja­di­nya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sen­dirinya mengeluarkan buah, mula-mula tang­kainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, se­bab musim menuai sudah tiba.” Kata-Nya lagi: ”Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian me­reka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak ber­­kata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala se­suatu secara tersendiri.
Renungan
Ketika para misionaris datang ke daerah-daerah misi, seperti misalnya Papua, mereka tidak hanya mewartakan Injil tentang Yesus Kristus, tetapi juga mengangkat harkat dan martabat orang-orang setempat, melalui pendidikan, kesehatan, pemberdayaan manusia, dsb. Mereka menjadi sadar bahwa mereka tidak dapat mengharapkan hasil yang instan, mereka tidak akan langsung melihat dan merasakan hasil karya mereka. Ada seorang misionaris Belanda yang memberi nasihat kepada misionaris muda Indonesia sebagai berikut: ”Bekerja di sini jangan harap akan melihat hasil kerjamu.
Butuh waktu 100 tahun untuk melihat hasil kerja sekarang.”
Dalam Injil Yesus mengajar tentang Kerajaan Allah dengan menggunakan perumpamaan tentang penabur benih (bdk. Mrk. 4:26–29) dan biji sesawi (bdk. Mrk. 4:30–34). Pesan kedua per­umpamaan ini ialah benih dan biji sesawi tumbuh tanpa banyak disadari dan butuh waktu yang cukup untuk menjadi besar dan membawa hasil. Perlu kesabaran sambil memelihara de­ngan baik agar lingkungannya memberi kesuburan bagi pertumbuhannya. Demikian juga dengan iman dan Kerajaan Allah. Perlu waktu, usaha, kesabaran dan penciptaan lingkungan yang baik agar iman dan Kerajaan Allah bertumbuh dan berkembang, lalu menghasilkan buah-buahnya. Maka pentinglah kita tidak terburu-buru, perlu bersabar dan bertekun. Dalam pertumbuhan itu bukan kita sendiri yang berperan tetapi kita perlu memberi ruang pada Allah yang memberi kehidupan itu.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, tumbuh-kembangkanlah benih iman dalam diriku agar mem­bawa buah-buah kebaikan dan cinta kasih kepada orang-orang lain dan lingkungan sekitar di mana aku berada. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Rabu, 25 Januari 2012

Kamis, 26 Januari 2012~Pw St. Timotius dan Titus, Usk.

Kamis, 26 Januari 2012
Pekan Biasa III

Pw St. Timotius dan Titus, Usk. (P)
Sta. Paula; St. Stefanus Harding;
St. Robertus Molesmes

Bacaan I: 2Tim. 1:1–8 atau Tit. 1:1–5
Mazmur : 96:1–2a,2b–3,7–8a,10
Bacaan Injil : Mrk. 4:21–25



Lalu Yesus berkata kepada mereka: ”Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.
Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan ter­singkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Lalu Ia berkata lagi: ”Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”

Renungan

Salah satu perlambangan yang dipakai oleh Kitab Suci adalah cahaya dan pelita. Dalam masyarakat kuno, pelita mempunya fungsi vital. Walaupun kecil, pelita dapat menerangi tempat yang lebih luas. Pelita juga membuat orang melihat, melakukan aktivitas, pekerjaan, menerangi jalan, dsb. Bagi orang-orang Yahudi, cahaya mengekspresikan keindahan, kebenaran dan kebaikan Allah. ”Di dalam terang-Mu kami melihat cahaya” (Mzm. 36:10). ”Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm. 119:105).
Iman Kristiani kita adalah cahaya bagi dunia, yakni bagaikan suatu pelita yang tidak dapat disembunyikan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, tetapi harus ditaruh di atas kaki dian supaya bercahaya ke sekitarnya, yakni kepada orang-orang lain dan lingkungan hidup.

Demikian, Firman Tuhan tidak boleh disimpan, tetapi harus disiarkan. Iman yang kita terima, pengetahuan dan penghayatan kita tentang Yesus tidak untuk disimpan bagi diri sendiri, tetapi harus bercahaya memengaruhi orang-orang lain dan lingkungan di mana kita hidup dan bekerja. Kekayaan hidup iman kita harus dibagikan (sharing) dengan murah hati kepada orang-orang lain, agar mereka pun mengalami dicintai oleh Allah.

Menjadi orang Kristen tidak cukup menjadi orang baik, tetapi harus juga menjadi terang bagi orang-orang lain serta pembagi Kabar Gembira dengan kata dan perbuatan.

Doa: Tuhan, Engkau menghantar aku dengan cahaya kebenaran-Mu yang menyelamatkan. Penuhilah hati dan budiku dengan cahaya kebenaran-Mu. Semoga aku sanggup meman­carkannya kepada orang-orang lain dengan kata dan perbuatan. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Selasa, 24 Januari 2012

Rabu, 25 Januari 2012~Pesta Pertobatan St. Paulus, Rasul

Rabu, 25 Januari 2012
Pekan Biasa III

Pesta Pertobatan St. Paulus, Rasul (P)

Bacaan I: Kis. 22:3–16 atau Kis. 9:1–22
Mazmur : 117:1.2. Ref: Mrk. 16:15
Bacaan Injil : Mrk. 16:15–18


Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”

Renungan

Kisah pertobatan St. Paulus, rasul, mengubah garis dan orientasi hidupnya. Pengalaman perjumpaannya dengan Yesus dalam perjalanan ke kota Damsyik sungguh eksistensial, yakni menyentuh seluruh keberadaannya. Suatu perjumpaan yang mengubah segala-galanya. Dari seorang penganiya dan pengejar pengikut-pengikut Kristus menjadi rasul agung Kristus. Sebelum menerima Yesus, ia membanggakan diri sebagai orang Yahudi sejati dan pelaksana hukum Musa. Tidak mengherankan ia marah dengan ajaran dari para murid Yesus. Ia tidak keberatan ketika Stefanus dirajam.

Tidak ada persiapan apa-apa dari Paulus untuk menerima Yesus, tidak ada pengajaran atau katekismus atau retret. Semuanya terjadi secara tiba-tiba. Inisiatif berasal dari Allah. Allah jugalah yang menghendaki perubahan radikal dalam hidup Paulus.

Namun, barangkali kematian heroik dari Stefanus menumbuhkan benih-benih keraguan pada keyakinannya sendiri dan sekaligus menimbulkan pertanyaan tentang siapakah Yesus itu yang mampu membuat orang seperti Stefanus begitu setia menjadi murid-Nya, sampai rela mengorbankan nyawanya?
Pertobatan St. Paulus turut mengajak kita untuk merefleksikan saat-saat Allah mau berjumpa dengan kita dengan rahmat-rahmat yang disediakan-Nya. Ada saat Allah menjumpai kita dengan membawa rahmat pertobatan. Ada saat Allah menjumpai kita dengan rahmat pembebasan. Ada saat Allah menjumpai kita dengan rahmat sukacita. Ya, setiap saat Allah mau menjumpai kita karena cinta dan belas kasih-Nya yang begitu luas dan dalam.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, berikanlah aku hati yang mau bertobat dan menerima sukacita yang berasal dari-Mu. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Jumat, 20 Januari 2012

Sabtu, 21 Januari 2012~Pw Sta. Agnes, Prw.Mrt

Sabtu, 21 Januari 2012
Pekan Biasa II

Pw Sta. Agnes, Prw.Mrt. (M);
St. Augurius dan Eulogius

Bacaan I: 2Sam. 1:1–4.11–12.19.23–27
Mazmur : 80:2–3.5–7; R: 4b
Bacaan Injil : Mrk. 3:20–21




Kemudian Yesus masuk ke sebuah ru­mah. Maka datanglah orang banyak ber­kerumun pula, sehingga makan pun me­reka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.

Renungan
Hubungan antara Saul dan Daud tidak selalu diwarnai oleh ketulusan hati. Ada saat Saul membenci Daud karena umat Israel lebih mengelu-elukan Daud. Mereka bersorak: ”Saul mengalahkan beribu-ribu musuh tetapi Daud berlaksa-laksa.” Saul merasa diremehkan; dia sakit hati, sangat marah dan menaruh dendam, sampai berniat untuk membunuh Daud.

Di pihak lain Daud punya sikap berbeda. Ia mempunyai hati yang tulus. Walaupun Daud mempunyai kesempatan untuk membunuh Saul, namun Daud tidak melakukannya karena ia mencintai Saul, yang juga adalah orang yang diurapi Allah (bdk. 1Sam. 24:7). Cinta dan ketulusan hati Daud sangat kentara ketika ia mendengar bahwa Saul dan sahabat karibnya Yonatan gugur di medan perang. Ia sungguh merasa sedih. Ratapan sedihnya diungkapkannya dengan kata-kata yang sangat menyentuh: ”Betapa gugur para pahlawan di tengah-tengah pertempuran! Yonatan mati terbunuh di bukit-bukitmu. Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib daripada cinta perempuan” (2Sam. 1:25–26).

Tidak dapat dipungkiri bahwa rasa iri, marah dan dendam kadangkala meliputi kita, misalnya saat kita merasa diremehkan atau disaingi. Daud mengajarkan kepada kita untuk memiliki kualitas-kualitas hati seperti ketulusan, kesejatian, cinta dan belarasa, yang perlu untuk membangun relasi kita baik dengan sesama maupun dengan Tuhan, walaupun ada saat kita disakiti atau diperlakukan tidak baik.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, berilah aku hati yang tulus, penuh semangat persaudaraan, agar aku selalu berkenan kepada-Mu dan sesamaku. Amin.

Kamis, 19 Januari 2012

Jumat, 20 Januari 2012

Jumat, 20 Januari 2012
Pekan Biasa II (H)

St. Fabianus, Paus; St. Sebastianus;
St. Eutimos Agung; B. Cyprianus Michael Tansi;
St. Yohanes Pembaptis dr Triguerie

Bacaan I: 1Sam. 24:3–21
Mazmur : 57:2.3–4.6.11; R:2a
Bacaan Injil : Mrk. 3:13–19



Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dike­hendaki-Nya dan mereka pun da­tang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia.


Renungan
Yesus naik ke atas bukit. Tidak disebutkan nama bukitnya. Yang lebih penting adalah simbolisme dan pemaknaannya, bukan lokasinya. Dalam Kitab Suci bukit atau gunung merupakan tempat kudus yang dikaitkan dengan kehadiran Allah. Di sana orang mengalami kehadiran-Nya. Di sana orang mengalami persatuan dengan Dia.
Di saat-saat penting kehidupan publik-Nya Yesus naik ke atas bukit: ketika Ia mau menetapkan kedua belas murid pilihan-Nya, ketika menyampaikan Khotbah Bahagia, pada saat Transfigurasi dan setelah memberi makan 5000 orang ... Di sana Yesus menyatukan diri dengan Bapa untuk memilah-milah kehendak-Nya (discernment).
Kali ini, sebelum mengambil keputusan penting tentang kedua belas murid pilihan-Nya, yang akan menjadi lingkar dalam (inner circle) pelayanan-Nya, Ia naik ke atas bukit. ”Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan untuk menerima dari Dia kuasa mengusir setan” (Mrk. 3:14). Mereka menjadi orang-orang yang diurapi oleh Tuhan dan diberi kuasa-kuasa pelayanan. Keterpilihan mereka bukan merupakan suatu privilese untuk dinikmati melainkan suatu tugas untuk dipenuhi.
Sesungguhnya, ketika Allah memanggil seseorang, Ia mempunyai suatu maksud khusus baginya. Kita pun dipanggil dan diutus oleh Allah melalui cara kita masing-masing untuk suatu maksud khusus Allah.


Doa: Tuhan Yesus Kristus, kuatkan dan bahagiakanlah aku dalam memenuhi panggilan dan perutusan yang Kaupercayakan kepadaku. Amin.

sumber:ziarah batin 2012

Rabu, 18 Januari 2012

Kamis, 19 Januari 2012

Kamis, 19 Januari 2012
Pekan Biasa II (H)

B. Yakobus Sales dan Wilhelmus Saultemoche;
St. Marius; St. Gerlakus; St. Gottfried

Bacaan I: 1Sam. 18:6–9;19:1–7
Mazmur : 56:2–3.9–10a.10b–11.12–13; R: 5bc
Bacaan Injil : Mrk. 3:7–12


Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: ”Engkaulah Anak Allah.” Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.
Renungan
Banyak orang suka berkerumun penuh rasa ingin tahu ketika ada sesuatu kejadian atau peristiwa yang menarik perhatian, misalnya ketika ada kejadian pembunuhan, kecelakaan, bom dijinakkan atau meledak, dsb. Mereka datang ingin mendapatkan sesuatu. Hal seperti itu punya magnet atau daya tarik luar biasa.
Ketika nama tenar Yesus sudah menyebar ke segala penjuru, karena apa yang mereka dengar tentang perbuatan-perbuatan-Nya, orang-orang berbondong-bondong datang ingin melihat dan berjumpa dengan Dia. Mereka datang bukan hanya dari Galilea, di mana Yesus tinggal dan berkarya, tetapi juga dari Yerusalem dan Yudea di selatan, dari seberang Sungai Yordan, bahkan dari wilayah-wilayah Tirus dan Sidon yang masih kafir. Di satu pihak jumlah besar ini tentu membesarkan hati, namun di pihak lain Yesus tahu bahwa mereka belum siap untuk memahami identitas-Nya atau siapa Dia sesungguhnya. Pemahaman dan sikap mereka terhadap Yesus masih dangkal. Mereka datang hanya didorong oleh kebutuhan-kebutuhan sesaat. Mereka belum sepenuhnya menjadi pengikut-pengikut-Nya. Mereka datang untuk mendapatkan sesuatu, belum siap untuk memberi atau sharing. Namun, Yesus tidak menolak mereka. Ia berbelarasa.
Yesus mengajarkan kita untuk tidak tergoda dengan popularitas ketika kita disanjung dan dielu-elukan. Ia memberi teladan kepada kita untuk selalu sadar akan mandat perutusan yang dipercayakan oleh Bapa-Nya, yakni menghantar semua orang mengalami kasih dan kebaikan Allah. Ia mengundang kita untuk tidak sekadar ikut Dia, tetapi untuk menjadi pengikut-Nya yang sejati dan menerima Dia sebagai jalan, kebenaran, dan kehidupan.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, dampingilah aku selalu untuk mengagungkan nama-Mu dan mengimani Engkau sebagai jalan, kebenaran, dan kehidupan. Amin.

Selasa, 17 Januari 2012

Rabu, 18 Januari 2012~Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani

Rabu, 18 Januari 2012
Pekan Biasa II (H)
Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani
Sta. Priska; Sta. Margaretha dr Hongaria
Bacaan I : 1Sam. 17:32–33.37.40–51
.
Mazmur : 144:1.2.9–10; R: 1a
Bacaan Injil : Mrk. 3:1–6

Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: ”Mari, berdirilah di tengah!” Kemudian kata-Nya kepada mereka: ”Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: ”Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah ta­ngannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.

Renungan
Dari waktu ke waktu kita dihadapkan pada suatu pilihan yang dilematis, tetapi keputusan harus diambil. Skala prioritas turut dipertimbangkan. Dalam kontroversi dengan orang-orang Farisi, yang mengamat-amati setiap gerak dan perkataan-Nya, Yesus memberikan petunjuk yang jelas untuk memilih, yakni pro kehidupan. Ia memilih untuk berbuat baik dan menyelamatkan nyawa orang yang mati sebelah tangannya daripada berkutat dengan peraturan Sabat yang kaku.

Sementara itu kaum Farisi hanya mencari-cari alasan untuk mempersalahkan Dia; mereka tidak punya keprihatinan akan nilai kehidupan yang jauh lebih tinggi daripada suatu peraturan. Mereka terdiam tanpa bisa membantah Yesus.
Kisah pertarungan antara Daud dan Goliat membeberkan bagaimana Daud—ketika itu ia belum dilantik menjadi raja—dihadapkan pada situasi sulit. Dia, yang masih muda belia, ber­hadapan dengan Goliat, seorang raksasa yang ditakuti. Ketika mengajukan diri kepada Saul untuk bertarung melawan Goliat, Saul meragukannya. ”Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu .... Sebab engkau masih muda, sedang Goliat sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit” (1Sam. 17:33). Namun, Daud telah berketetapan hati, tidak punya keraguan, untuk melawan Goliat. Yang diandalkan oleh Daud bukanlah kekuatan manusiawi, tetapi Allah yang menyertainya. Andalan Daud adalah Tuhan. Inilah kualifikasi penting bagi seorang raja yang akan memerintah atas nama Allah. Dalam melawan Goliat, Daud pun memegang tongkat, yang akan menjadi lambang pemerintahannya.

Demikian Tuhan mengajarkan kita untuk mengedepankan perbuatan baik serta keselamatan sesama kita dan senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal ikhwal kehidupan kita.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, sadarkanlah aku selalu untuk mengandalkan Engkau dan senantiasa memilih untuk berbuat baik bagi sesamaku. Amin.

Senin, 16 Januari 2012

Selasa, 17 Januari 2012 (Pw St. Antonius, Abbas (P)

Selasa, 17 Januari 2012
Pekan Biasa II
Pw St. Antonius, Abbas (P)
B. Rosaline Villeneuve; St. Sulpisius
Bacaan I: 1Sam. 16:1–13 Mazmur : 89:20.21–22.27–28; R: 21a
Bacaan Injil : Mrk. 2:23–28

Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan semen­tara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: ”Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Jawab-Nya kepada mereka: ”Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia ma­suk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu—yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam—dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?” Lalu kata Yesus kepada mereka: ”Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”

Renungan
Ada dua prinsip yang dapat dipetik dari Injil hari ini tentang hari Sabat. Pertama, segala peraturan dibuat untuk manusia dan bukan sebaliknya. Peraturan bukanlah tujuan dalam dirinya sendiri, tetapi untuk kebaikan manusia. Bagi kaum Yahudi, kebajikan ada demi meme­nuhi hukum. Bagi Yesus, pengamalan hukum hanya menjadi sempurna apabila hukum itu mengabdi demi kebaikan orang-orang lain dan diri sendiri. Kedua, Yesus sebagai Putra Allah tidak dibatasi oleh peraturan-peraturan manusiawi, seberapa pun tingginya. Hanya ada satu hukum utama ialah kasih. Allah adalah kasih itu, maka Ia pun tidak mungkin mengingkari hakikat diri-Nya. Setiap peraturan ada untuk mengabdi pada hukum yang utama itu.

Ketika Saul tidak lagi mengabdi Allah dengan benar, tetapi lebih mengabdi kepentingannya sendiri, Allah menolak dia sebagai raja dan menggantikannya dengan Daud. Allah menjatuhkan pilihan kepada Daud, bukan kepada anak-anak Isai yang lain. Allah melihat hati manusia, sedangkan manusia melihat apa yang ada di depan mata atau tampilan luar. Kaum Farisi mementingkan praktik luaran, tetapi melupakan prinsip cinta kasih dan kedalaman hati.

Kita pun diajak untuk merefleksikan panggilan kita sendiri dan keterpilihan kita oleh Allah untuk mengabdi pada Dia dan cinta kasih-Nya. Allah mengkhususkan kita untuk tugas khas yang dipercayakan-Nya kepada kita.

Doa: Tuhan Allah yang mahabaik, mampukanlah aku untuk mengabdi Engkau sepenuh hati dan untuk memenuhi panggilan menjadi pelaku cinta kasih. Amin.

sumber:ziarah batin 2012

Jumat, 13 Januari 2012

Sabtu, 14 Januari 2012

Sabtu, 14 Januari 2012
PEKAN BIASA I (H)
St. Feliks dr Nola; B. Petrus Donders;
B. Odorikus dr Pordenone
Bacaan I: 1Sam. 9:1–4.17–19;10:1aMazmur : 21:2–3.4–5.6–7; R: 2a
Bacaan Injil : Mrk. 2:13–17

Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: ”Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia.

Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: ”Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: ”Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Renungan
Nasib seseorang sering kali tidak bisa direncanakan. Perjumpaan tak terduga dengan seseorang atau dengan suatu peristiwa tertentu dapat mengubah haluan hidup dan memberi makna baru. Pada awal April 2011 Briptu Norman Kamaru tiba-tiba menjadi terkenal dan masuk dalam kalangan selebriti gara-gara melantunkan lagu Chaiya-Chaiya disertai goyangan India dan tersebar melalui youtube. Dalam sekecap hidupnya berubah!

Saul disuruh ayahnya untuk mencari keledai-keledai betina yang hilang. Di tengah upaya pencarian yang gagal, Saul bertemu dengan Samuel untuk meminta petunjuk. Perjumpaannya ini mengubah hidupnya. Saul diurapi oleh Samuel menjadi raja sesuai perintah Tuhan. ”Sungguh, Tuhan telah mengurapi engkau menjadi raja atas umat-Nya Israel. Engkau akan memegang tampuk pemerintahan atas umat Tuhan” (1Sam. 10:1).

Dari seorang anak peternak, Saul menjadi raja! Lewi yang duduk di rumah cukai mengalami hal yang serupa. Yesus datang menjumpai dia dan memanggil dia untuk mengikuti-Nya. ”Ikutilah Aku!” Kiranya Lewi tidak pernah menyangka akan mengalami hal seperti ini. De facto seluruh haluan hidupnya berubah. Dari pemungut cukai, yang terlanjur dicap sebagai pendosa, menjadi murid Yesus yang diutus untuk mewartakan kabar sukacita-Nya. Kita juga mencatat bahwa di dalam kedua kisah ini ada Tuhan yang mengambil inisiatif dan yang berkarya.

Baiklah kita merefleksikan orang-orang atau peristiwa-peristiwa yang mengubah hidup kita masing-masing dan memberi makna baru bagi haluan hidup kita serta bagaimana Tuhan bekerja di dalam semuanya itu.

Doa: Tuhan yang mahabaik, karya-Mu sungguh agung dan tidak terduga. Aku bersyukur karena Engkau berkenan menuntun hidupku menjadi baru di dalam Dikau. Amin.

sumber:ziarah batin 2012

Selasa, 10 Januari 2012

Rabu,11 Januari 2012

Rabu,11 Januari 2012
PEKAN BIASA I (H)
St. Aleksander, Paus; St. Petrus Balsamus; St. Teodorus Cenobiarch
Bacaan I : 1Sam. 3:1–10.19–20
Mazmur : 40:2.5.7–8a.8b–9.10; R: 8a.9a
Bacaan Injil : Mrk. 1:29–39





Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mer­tua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia mem­bangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemu­dian pe­rempuan itu melayani mereka. Menje­lang ma­lam, sesudah matahari terbenam, diba­wa­lah kepada Yesus semua orang yang men­derita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah se­­luruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyem­buhkan banyak orang yang menderita ber­­macam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-se­tan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.
Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tem­pat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: “Semua orang mencari Engkau.” Jawab-Nya: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku mem­be­ritakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.” Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.

Renungan
Yesus seorang yang amat sibuk. Membaca kutipan Injil hari ini kita dapat membayangkan kesibukan luar biasa dari Yesus yang penuh aktivitas: mengajar di rumah ibadat, mengadakan kunjungan ke rumah ibu mertua Simon yang sedang menderita sakit demam, menghadapi banyak orang yang menderita berbagai macam penyakit dan yang kerasukan setan. ”Semua orang mencari Engkau” (Mrk. 1:37). Mereka semua dilayani oleh Yesus dengan baik tanpa bersungut-sungut dan disembuhkan. Semua diterima dan disapa-Nya. Namun, dalam kelelahan karya pun Yesus tetap menyempatkan diri untuk mencari tempat yang sunyi untuk berdoa.
Kita juga mungkin menghadapi kesumpekan pekerjaan kita. Ada pekerjaan ini dan itu. Kadang kita mungkin merasa tidak berdaya untuk menyelesaikan semuanya. Kita menghitung-hitung waktu dan fasilitas yang ada. Belum lagi orang lain yang datang untuk meminta kita mengulurkan tangan atau mengerjakan sesuatu. Yesus memberi contoh kepada kita. Dengan tenang Ia menghadapi aktivitasnya. Yang penting ialah kita mengerjakan semuanya dengan baik, dan orang yang mendatangi kita dilayani dengan hati.
Kita dipanggil Tuhan untuk maksud melayani dan berbuat baik. Apakah kita pernah merefleksikan panggilan Tuhan itu? Barangkali Tuhan mendatangi kita, tetapi kita tidak me­nge­nali suara-Nya yang memanggil, seperti pengalaman Samuel. Ketika akhirnya kita sadar, kita berucap: ”Bersabdalah, ya Tuhan, hamba-Mu mendengarkan” (1Sam. 3:10).

Doa
Tuhan Yesus Kristus, terima kasih atas panggilan dan kepercayaan-Mu untuk me­ng­utus aku melayani sesamaku. Dampingilah aku untuk mengerjakan segalanya dengan baik. Amin.

Senin, 09 Januari 2012

Selasa, 10 Januari 2012

Selasa, 10 Januari 2012
PEKAN BIASA I (H)
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)
St. Gregorius X, Paus; St. Agatho, Paus; St. Petrus Orseola; St. Gregorius Nyssa
Bacaan I : 1Sam. 1:9–20Mazmur : 1Sam. 2:1.4–5.6–7.8abcd; R: 1a
Bacaan Injil : Mrk. 1:21b–28

Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera ma­suk ke dalam rumah ibadat dan me­ngajar. Mereka takjub mendengar pe­ng­ajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.
Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: ”Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hen­dak membinasakan kami? Aku tahu siapa Eng­kau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus meng­har­diknya, kata-Nya: ”Diam, keluarlah dari padanya!” Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit de­ngan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka mem­perbin­cang­kannya, katanya: ”Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di se­lu­ruh Galilea.


Renungan
”Hatiku bersukaria karena Tuhan, Penyelamatku.” Inilah refrein Mazmur tanggapan hari ini. Patutlah kita bersukaria karena kita mengalami kuasa Allah yang menaungi, membebaskan dan menyelamatkan. Dalam bacaan pertama, Hana mengalami kuasa Allah melalui pengabulan doanya di Bait Suci. Doa khusuk, penuh iman dan disertai nazar, yang dipanjatkan kepada Allah mempunyai kuasa untuk mengubah yang mustahil secara manusiawi menjadi mungkin. Hana, yang sudah lama merindukan seorang anak, diberi seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Samuel, yang berarti ”Aku telah memintanya dari Tuhan.” Doa dari hati mempunyai daya kekuatan yang besar.
Dalam bacaan Injil disebutkan bahwa Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa. Mengajar dan menyembuhkan adalah kegiatan-kegiatan utama misi Yesus. Ketika Yesus mengajar, mengkomunikasikan pesan-pesan-Nya serta visi-Nya tentang kehidupan, para pendengar-Nya sangat terkesan, karena tidak seperti para ahli Taurat, Yesus berbicara penuh kuasa dan wibawa. Ia tidak sekadar menafsirkan dan memberi makna pada Kitab Suci, tetapi lebih dari itu kuasa pengajaran-Nya memberdayakan dan membebaskan, menyejukkan dan melegakan. Pengajaran-Nya tidak opresif dan menakutkan. Kuasa-Nya menjangkau seorang yang kerasukan roh jahat dan membebaskannya.
Mempercayakan diri kepada kuasa Yesus yang memberdayakan dan membebaskan adalah sikap kita yang tepat untuk mendengarkan ajaran-Nya serta mengalami penyembuhan dan pembebasan dari beban-beban kehidupan kita sehari-hari. Kita pun dapat berseru: ”Hatiku bersukaria karena Tuhan, Penyelamatku.”

Doa
Tuhan Yesus Kristus, sabda-Mu adalah hidup dan kebenaran. Semoga kuasa-Mu tetap menaungi dan menyelamatkan aku yang berpasrah kepada-Mu. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Jumat, 06 Januari 2012

Sabtu, 7 Januari 2012

Sabtu, 7 Januari 2012
HARI BIASA MASA NATAL (P)
St. Raymundus dr Penafort; St. Lusianus
Bacaan I: 1 Yoh. 5:14–21
Mazmur : 149:1–2.3–4.5.6a.9b; R: 4a
Bacaan Injil : Yoh. 2:1–12








Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika me­­re­ka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata ke­­pa­da-Nya: ”Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya: ”Mau apakah engkau dari pa­da-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Tetapi ibu Yesus ber­kata kepada pelayan-pelayan: ”Apa yang dika­takan kepadamu, buatlah itu!”


Di situ ada enam tempayan yang disediakan un­tuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus ber­kata kepada pelayan-pelayan itu: ”Isilah tem­payan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: ”Sekarang ce­­dok­lah dan bawalah kepada pemimpin pes­ta.” Lalu mereka pun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu—dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya—ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: ”Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya. Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya dan murid-murid-Nya, dan mereka tinggal di situ hanya beberapa hari saja.

Renungan
Bagi orang beriman doa merupakan sesuatu yang esensial dan tidak terpisahkan dari hidupnya. Melalui doa kita mengakui kekuasaan dan kebaikan Allah serta kebutuhan dan ketergantungan kita. Oleh karena itu, dalam kebutuhan manusiawi kita Dia kita puji, sembah, muliakan. Kepada-Nya kita mengucap syukur dan menyampaikan permohonan-permohonan kita.

Rasul Yohanes meyakinkan kita bahwa ”Allah mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya” (1Yoh. 5:14). Sering kali kita lebih cenderung meminta agar doa-doa kita dikabulkan menurut selera, kemauan atau kehendak kita, seakan-akan kita memaksa Allah untuk memenuhi permintaan kita. Ketika kita meminta sesuatu menurut kehendak-Nya, kita mengungkapkan kepasrahan dan iman kita kepada Dia yang kita akui berkuasa dan mahabaik kepada kita. Ia mengetahui waktu yang tepat bagi kita.

Ketika Yesus dan ibu-Nya, Maria, hadir di pesta nikah di Kana, Maria peka akan kebutuhan anggur yang baru. Ia datang kepada Putra-Nya dan berkata: ”Mereka kehabisan anggur.” Maria tidak berkata banyak. Kata-katanya singkat dan padat. Ia memasrahkan semuanya kepada Yesus. Yesus memahami kebutuhan yang ada. Ia tahu tindakan apa yang harus diambil dan kapan. Yesus dan Maria hadir tepat pada waktunya di Kana dan juga di tengah kebutuhan-kebutuhan kita sebagai murid-murid-Nya dan anak-anaknya.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, kuatkanlah iman dan harapanku bahwa Engkau dan Bunda Maria senantiasa hadir memenuhi kebutuhan-kebutuhanku. Amin.

sumber: ziarah batin 2012

Kamis, 05 Januari 2012

Jumat, 6 Januari 2012

Jumat, 6 Januari 2012
HARI BIASA MASA NATAL (P)
Kaspar, Melkior, dan Balthasar (Tiga Raja) B. Didakus Yosef dr Sadiz
Bacaan I : 1Yoh. 5:5–13
Mazmur : 147:12–13.14–15.19–20; R: 12a 
Bacaan Injil : Mrk. 1:7–11

Inilah yang diberitakannya: ”Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.” Pada waktu itu da­tanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: ”Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”

Renungan

Pada suatu hari, tiga Romo berdiskusi tentang kelelawar-kelelawar yang menghinggapi Gereja mereka masing-masing. Mereka saling berbagi cerita tentang cara ampuh untuk mengusir kelelawar-kelelawar itu dari dalam Gereja karena dianggap mengganggu. Romo A berkata: ”Saya mengambil senapan lalu menembaki mereka satu per satu; banyak yang mati, tetapi masih banyak yang tetap hidup.” Romo B berkata: ”Saya sudah menyemprot mereka dengan pestisida, tetapi mereka malahan bertambah banyak.” Romo C menimpali dengan berkata: ”Saya sudah bebas dari masalah kelelawar.” ”Apa yang kaubuat?” tanya kedua rekan Romo lain penuh rasa ingin tahu. ”Saya baptis mereka; sesudah itu saya tidak melihat mereka lagi di dalam Gereja. Mereka sudah pergi keluar.”
Injil hari ini mengisahkan tentang baptisan Yohanes dengan air dan baptisan Yesus dengan Roh: ”Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus” (Mrk. 1:8). Baptisan mempunyai dimensi misioner atau perutusan. Mereka yang dibaptis tidak sekadar menjadi anggota Gereja, tetapi diutus untuk pergi memberi kesaksian tentang cinta dan kebaikan Allah. Ada banyak anggota umat yang penuh kesetiaan dan komitmen menjalankan tugas perutusan yang luhur ini. Namun, kita masih menemukan mereka yang sudah dibaptis, tetapi hanya menjadi baptisan KTP, jarang ke Gereja atau berdoa; mereka menjadi baptisan nominal, yakni hanya nama saja. Ada juga baptisan yang tidak terbentuk dalam nilai-nilai dan kebajikan-kebajikan Kristiani. Mereka tidak peduli dengan ajaran-ajaran dan kewajiban-kewajiban sebagai orang-orang yang dibaptis. Ada pula yang acuh tak acuh, tidak mau tahu dan tidak mau terlibat dengan perutusan Gereja.
Baptisan mengingatkan kita akan martabat sebagai anak-anak Allah yang mendapat tugas perutusan untuk pergi ”memberitakan Injil ke seluruh dunia agar segala bangsa menjadi murid-murid-Nya” (Mat. 28:19; Mrk. 16:15).

Doa
Tuhan Yesus Kristus, penuhilah aku dengan Roh-Mu dan nyalakanlah hatiku dengan sukacita Injil, agar aku sanggup memberi kesaksian tentang cinta dan kebaikan-Mu. Amin.

sumber:ziarah batin 2012

Rabu, 04 Januari 2012

Kamis, 5 Januari 2012
HARI BIASA MASA NATAL (P)
St. Simeon Stylites Tua;
St. Yohanes Nepomuk Neumann; B. Karolus Houben
Bacaan I: 1Yoh. 3:11–21
Mazmur : 100:1–2.3.4.5; R: 1
Bacaan Injil : Yoh. 1:43–51

Pada keesokan harinya Yesus memu­tus­kan untuk berangkat ke Galilea. Ia ber­temu dengan Filipus, dan berkata ke­pa­danya: ”Ikutlah Aku!” Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus. Filipus bertemu de­ngan Natanael dan berkata ke­padanya: ”Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.”

Kata Natanael kepadanya: ”Mung­­kinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Kata Filipus kepadanya: ”Mari dan lihat­lah!” Yesus melihat Natanael datang kepa­da-Nya, lalu berkata tentang dia: ”Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!”

Kata Natanael ke­pada-Nya: ”Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: ”Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” Kata Natanael kepada-Nya: ”Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” Yesus menjawab, kata-Nya: ”Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.” Lalu kata Yesus kepadanya: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”

Renungan
Sikap skeptis berupa rasa curiga, tidak mudah percaya dan bersikap hati-hati atas tindakan orang lain sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Di zaman-Nya, Yesus juga menghadapi sikap skeptis dari Natanael, yang bahkan memberi komentar sinis: ”Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yoh. 1:46). Tampaknya Natanael tidak menyukai Nazaret, tidak mau tahu tentang apa yang terjadi di sana dan tidak mau berhubungan dengan orang-orang di sana. Baginya tidak mungkin seorang Mesias datang dari kota kecil yang tidak terkenal.

Kita juga bisa tergoda mengikuti sikap Natanael, yakni menolak orang-orang lain atau mengambil jarak dari mereka, karena mereka berasal dari kalangan, suku, daerah atau posisi yang kita tidak sukai. Kadangkala menolak, meragukan atau tidak percaya akan kelebihan dan kemampuan orang lain. Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari si A atau si B, atau dari daerah atau suku C atau D?

Rekannya Filipus mengambil strategi yang lebih bijaksana, yakni mengundang Natanael untuk ”mari dan lihatlah!” (Yoh. 1:47), yakni untuk mengalami secara pribadi siapakah Yesus itu. Ketika berjumpa dengan Yesus secara langsung, Natanael menemukan dalam diri-Nya hal-hal yang melampaui harapan dan impiannya. Yesus mengetahui pemikiran dan kedalaman hatinya dan mewahyukan kepadanya keinginannya yang terdalam, yakni mengenal Dia secara pribadi. Yesus menghantar Natanael pada iman yang baru. Yesus juga menyukai sifat dan sikapnya yang penuh ketulusan dan tidak berpura-pura. ”Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” (Yoh. 1:47).

Doa: Tuhan Yesus Kristus, berikanlah aku hati yang murni dan tulus, untuk semakin mengenal Engkau; jauhkanlah aku dari sikap berpura-pura dan munafik. Amin.

Senin, 02 Januari 2012

Selasa, 3 Januari 2012
Pesta Nama Yesus yang Tersuci

st. Anterus, Paus; St. Fulgensius

Bacaan I: 1Yoh. 2:29–3:6
Mazmur : 98:1.3c–4.5-6; R: 3cd
Bacaan Injil : Yoh. 1:29–34


Pada keesokan harinya Yohanes meli­­hat Yesus datang kepadanya dan ia ber­ka­ta: ”Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sen­diri pun mula-mula tidak mengenal Dia, te­tapi untuk itulah aku datang dan membaptis de­ngan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.” Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ”Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.”


Renungan

Dari waktu ke waktu kita senang memperkenalkan seseorang kepada orang lain, entah dia anggota keluarga kita, kenalan atau sahabat kita. Diharapkan semakin kita mengenal seseorang semakin kita mencintainya pula.

Dalam Injil hari ini Yohanes pertama-tama memperkenalkan Yesus sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Yohanes memperkenalkan misi Yesus sebagai hamba Yahweh yang menderita, yang menanggung dosa banyak orang (Yes. 53:7, 12). Kedua, Yesus dilukiskan sebagai pribadi yang dipenuhi oleh Roh Kudus. ”Aku melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Roh itu tinggal di atas-Nya.” Yesus ini juga yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dengan daya Roh yang sama Yesus melayani.
Sebagai murid-murid-Nya kita juga diundang untuk terus-menerus mengintensifkan pengenalan kita akan pribadi Yesus yang kaya dan misi-Nya yang luas serta memperkenalkan Dia kepada saudara-saudari kita. Ketika kita melakukan hal ini kita ikut serta dalam pelayanan-Nya dan oleh karenanya kita pun diberi daya Roh Kudus-Nya. Pelayanan kita menjadi tidak bermakna kalau terpisah dari Roh.

Doa: Tuhan Yesus, penuhilah aku dengan Roh Kudus-Mu agar aku mampu semakin lebih mengenal Engkau dan semakin berdaya untuk memperkenalkan Engkau dan perutusan-Mu kepada semakin banyak orang. Amin.

sumber: ziarah batin 2012