Selasa, 24 April 2012

Rabu, 25 April 2012

Rabu, 25 April 2012
PEKAN PASKAH III (P)
Pesta St. Markus, Pengarang Injil
Bacaan I : 1Ptr. 5:6b–14
Mazmur : 89:2–3.6–7.16–17; R: 2a
Bacaan Injil : Mrk. 16:15–20



Lalu Yesus berkata kepada mereka, ”Pergilah ke seluruh dunia, beritakan­lah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” Sesudah Tuhan Yesus berbicara de­mikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.

Renungan

Santo Markus adalah teman seperjalanan Santo Paulus. Tampaknya sebagai orang muda ia mampu merekam apa yang dilihat dan didengarnya, dan menulisnya. Dibandingkan de­ngan ketiga Injil lainnya, Injil Markuslah yang paling singkat. Inti pokok keempat Injil sama, yaitu melawan kuasa setan dengan kuasa Allah.
Di zaman ini kuasa setan terasa semakin ganas. St. Petrus mengatakan: ”Lawanmu, iblis yang terus mencari mangsa!” Orang yang hidup di kota-kota dengan dinamika dan tuntutan hidup tinggi yang membuat orang mudah stres dan tersinggung, sulit mengampuni, mudah menghukum dan sulit berbelas kasih. Masalah kecil menjadi besar dan banyak orang ingin tampil sebagai pahlawan. Kuasa setan mudah menyusup ke dalam hidup mereka.
Iblis hanya dikalahkan oleh Allah. Kuasa Allah menjadi efektif dalam diri orang yang percaya. Percaya pada Allah levelnya bukan konsep, tetapi kualitas hati, rasa, dan mental. ”Rendah­kan­lah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat....” Kualitas iman itu terlihat dalam perbuatan orang percaya. Dalam nama Yesus mereka mampu mengusir setan-setan dan menyembuhkan orang sakit dengan menumpangkan tangan. Sekalipun minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka. Hanya dalam iman yang kuat, kuasa setan akan dikalahkan.

Doa
Tuhan Yesus, kuatkanlah imanku agar mampu mengalahkan kuasa setan yang terus mengaum hendak menerkam aku. Amin.

Senin, 23 April 2012

Selasa, 24 April 2012

Selasa, 24 April 2012
PEKAN PASKAH III (P)
St. Fidelis dr Sigmaringen; Sta. Rosa Virginia Pelletier; Sta. Maria Ufrasia Pelletier
Bacaan I : Kis. 7:51–8:1a
Mazmur : 31:3cd–4.6ab.7b.8a.17.21ab; R: 6a
Bacaan Injil : Yoh. 6:30–35




Maka kata mereka kepada-Nya, ”Tan­da apakah yang Engkau perbuat, su­paya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari surga.” Maka kata Yesus kepada mereka, ”Aku ber­kata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari surga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari surga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari surga dan yang memberi hidup kepada dunia.” Maka kata mereka kepada-Nya, ”Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” Kata Yesus kepada mereka, ”Akulah roti hidup; barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”

Renungan

Apa beda antara orang biasa dengan para kudus? Bacaan pertama mengisahkan peristiwa pembunuhan Stefanus, martir pertama. Dalam kisah kematian Stefanus ini sangat kentara perbedaan antara orang biasa dan orang kudus. Untuk orang biasa, penderitaan sering dijadikan alasan untuk melukai kesucian jiwanya dengan mengeluh, menyalahkan orang lain dan menyalahkan Tuhan. Sebaliknya, bagi orang kudus seperti Stefanus, penderitaan, penghinaan bahkan siksaan tidak menodai kekudusan jiwanya. Dia tetap tenang dan tidak terbawa oleh emosi balas dendam. Dikatakan ’mukanya sama seperti muka seorang malaikat’ bahkan dia berdoa: ”Tuhan janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!”
Dalam situasi apa pun Stefanus tetap berfokus kepada Allah. Dia tidak haus nama baik, gengsi atau pujian. Ia telah makan roti hidup hingga memiliki hidup Allah sendiri. Sementara para pemuka agama Yahudi berfokus pada egoismenya sendiri. Rasa gengsi sangat tinggi sehingga mereka mudah tersinggung dan terluap dengan membunuh orang-orang benar dan baik.


Doa
Tuhan Yesus, biarlah aku makan roti hidup, yaitu diri-Mu sendiri agar aku memiliki hidup kekal. Amin.


sumber : ziarah batin 2012

Jumat, 20 April 2012

Sabttu, 21 April 2012

Sabttu, 21 April 2012
Pekan Paskah II (P),

St. Anselmus; St. Simon bar Sabbae;
St. Konradus dr Parzham

Bacaan I : Kis. 6:1–7
Mazmur : 116:12–13,15–16bc,17–18; R: 1Kor. 10:16
Bacaan Injil : Yoh. 6:16–21

Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang. Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus ber­jalan di atas air mendekati perahu itu. Maka keta­­­kutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada me­reka: ”Aku ini, jangan takut!” Mereka mau me­naik­kan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.

Renungan

Badai laut itu menakutkan, namun badai kehidupan jauh lebih menggetarkan. Kalau kita sedang diterpa masalah hidup, dikhianati orang yang kita cintai, ditipu orang, digosipkan teman, dsb., rasanya sakit dan menakutkan. Ketika dikuasai oleh ketakutan, kita panik. Dalam kepanikan orang tidak bisa menggunakan akal sehat atau mendengarkan suara hati. Itulah yang dialami oleh para rasul di tengah laut yang sedang diterpa topan dan gelombang laut. Kepanikan itu musnah ketika ada suara yang penuh kuasa: ”Ini Aku, jangan takut!”

Suara itu seperti bagai sebuah tonggak besi kokoh yang bisa kita andalkan agar kita tidak diombang-ambingkan oleh perasaan. Suara itu berasal dari luar tetapi juga sekaligus dari dalam hati kita yang terdalam. Suara yang penuh kuasa itu seperti merengkuh seluruh kerapuhan kita dan kita menjadi sejuk, tenang, dan damai
.
Semakin kita tenang, semakin suara itu menguasai kita dan kita bersatu dengan si pemilik suara itu. Bersatu dengan Dia berarti hidup dalam kuasa kasih-Nya. Inilah tujuan hidup kita. Seperti perahu para Rasul seketika itu juga sampai ke pantai yang dituju bersama Yesus, demikian juga hidup kita berlabuh dalam kasih-Nya yang penuh kuasa.

Doa: Tuhan Yesus, trima kasih atas sabda-Mu yang penuh kuasa. Dengan tinggal tenang dan percaya pada sabda-Mu, badai kehidupan tidak akan menggetarkan aku. Amin.

sumber : ziarah batin 2012

Kamis, 19 April 2012

Jumat, 20 April 2012

Jumat, 20 April 2012
Pekan Paskah II (P)
St. Teodorus Trichinas; Sta. Oda
Bacaan I : Kis. 5:34–42
Mazmur : 27:1.4.13–14; R: 4ab
Bacaan Injil : Yoh. 6:1–15







Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mukjizat-mukjizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus, ”Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya, ”Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya, ”Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Kata Yesus, ”Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ”Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mukjizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: ”Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.” Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

Renungan
Kita mengenal banyak orang Katolik yang ”shopping”. Di mana pun ada kegiatan rohani, orang itu pasti hadir. Bahkan tak jarang ikut aktif dalam aneka seminar atau kebaktian yang diselenggarakan oleh Gereja non Katolik, namun cara hidupnya tidak lebih baik. Seperti seorang pemburu, orang ini senantiasa berburu, tetapi tidak atau kurang menikmati hasil buruannya.
Dalam Injil hari ini dikatakan ”orang banyak berbondong-bondong....”—mereka sedang berburu. Apa perintah Yesus? ”Suruhlah orang-orang itu duduk!” Duduk adalah sikap diam, tenang, terbuka dan pasrah. Mereka diminta untuk tidak terus bergerak, berburu, tetapi hening, dan apa yang terjadi? Yesus memberi mereka makan.
Duduk adalah sikap taat untuk menerima anugerah Allah dan meresapkannya sehingga menjadi kenyang. Anugerah Allah berlimpah tanpa batas. Kita tinggal menyadari dan menikmatinya.

Doa
Tuhan Yesus, ajarilah aku memiliki sikap tenang, duduk dan menikmati kasih-Mu. Jangan biarkan aku terus mencari tanpa tujuan. Amin.

sumber : ziarah iman 2012

Rabu, 18 April 2012

Kamis, 19 April 2012

Kamis, 19 April 2012
Pekan Paskah II (P)
St. Leo IX, Paus; Sta. Tarbula; St. Elfege; St. Werner; Sta. Agnes Montepulciano
Mazmur : 34:2.9.17–18.19–20; R: 7a
Bacaan Injil : Yoh. 3:31–36




Yohanes Pembaptis memberikan kesaksi­an tentang Yesus di hadapan murid-muridnya: ”Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari surga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barang siapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barang siapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”

Renungan
Hidup kekal adalah hidup abadi, yaitu hidup yang tidak ada batas dan sekatnya. Bila diumpamakan, hidup kekal itu seperti sebuah garis panjang tanpa ujung dan bukan sebuah kotak dengan sekat-sekat.
Hidup kekal akan menjadi milik kita bila kita percaya kepada Anak Allah, yaitu Tuhan Yesus. Percaya berarti mengandalkan hidup pada-Nya, I trust in Him. Kualitasnya tidak hanya pada tataran konsep, tetapi pada kualitas hati. Bila sumber hidup adalah hati maka seluruh sikap, rasa, cara pikir dan perilaku kita tidak menganut hukum parsial: salah atau benar; sukses atau gagal; menang atau kalah, dsb. Tetapi, mengikuti hukum ”harmoni”—semua dimensi hidup, baik yang positif maupun negatif memiliki makna keselamatan.
Semua yang dialami dalam hidup ini mewahyukan kuasa dan kasih Allah. Demikian juga motivasi tindakan atau hidupnya adalah kasih, bukan mencari kesuksesan atau pujian. Sebaliknya, ”Barang siapa tidak taat kepada Anak Allah, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”
Tuhan Yesus, Engkau telah memberi teladan bagaimana hidup menurut hukum kasih. Ajarilah aku untuk setia pada hukum itu hingga aku memiliki hidup kekal. Amin.


sumber : ziarah batin 2012

Selasa, 17 April 2012

Rabu, 18 April 2012

Rabu, 18 April 2012
Pekan Paskah II (P)

St. Eleutherius, Paus;
B. Maria dr Inkarnasi

Bacaan I : Kis. 5:17–26
Mazmur : 34:2–3.4–5.6–7.8–9; R: 7a
Bacaan Injil : Yoh. 3:16–21


Dalam percakapannya dengan Niko­demus, Yesus berkata: ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barang siapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barang siapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barang siapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barang siapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”

Renungan

Kalau Anda memberi karena diminta, itu bukan kasih. Tetapi kalau Anda memberi sebelum diminta dan pemberianmu itu tepat dengan kebutuhannya, itulah kasih. Kasih sejati senantiasa ada unsur eros dan agape; merasa memiliki dan rela memberikan dirinya.

”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal!” Inilah kasih sejati!

Penyakit yang paling serius sedang menimpa umat manusia sekarang adalah merasa ”tidak dicintai!” Allah yang empunya kita, tahu akan kebutuhan itu maka Dia memberikan Putra-Nya untuk mencintai manusia. Dia memberi diri-Nya bukan karena kita minta, tetapi karena Dia tahu akan kebutuhan kita.
Hanya kasih Allah yang bisa diandalkan dan tidak mengecewakan. Kasih ini memampukan kita berbuat baik dan benar. Marilah kita berusaha, hari demi hari, agar hanya kasih Allah yang menjadi sumber hidup dan perbuatan kita!

 Doa: Tuhan Yesus, kasih-Mu tanpa syarat dan tanpa batas. Kuatkanlah kepercayaanku akan kasih-Mu itu. Amin.

sumber : ziarah batin 2012

Kamis, 12 April 2012

Jumat, 13 April 2012

Jumat, 13 April 2012
OKTAF PASKAH (P)
St. Martinus I, Paus; Sta. Margaretha dr Metola
Bacaan I : Kis. 4:1–12
Mazmur : 118:1–2.4.22–24.25–27a; R: 22
Bacaan Injil : Yoh. 21:1–14





Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka, ”Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya, ”Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka, ”Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Jawab mereka, ”Tidak ada.” Maka kata Yesus kepada mereka, ”Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus, ”Itu Tuhan.” Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. Kata Yesus kepada mereka: ”Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka: ”Marilah dan sarapanlah.” Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: ”Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.

Renungan
Cinta itu membuka pandangan. Membuat hati lebih mudah mengenal kehadiran Allah di mana-mana. Murid yang dikasihi Yesus cepat mengenali siapa pribadi itu, dia berkata kepada Petrus: ”Itu Tuhan!” Pengenalan ini menggerakkan murid-murid lain untuk segera mendekati Yesus dan menikmati kebersamaan dengan Dia.
Ketulusan hati untuk mencintai sesama dan Allah tidak hanya berguna bagi diri sendiri, tetapi mampu menggerakkan orang lain untuk datang kepada Allah. Setiap kali kita mampu berkata: ”Itu Tuhan” maka kita menggerakkan banyak orang untuk mengarahkan hidupnya pada Allah sumber segalanya.

Doa
Tuhan, ajarilah dan mampukanlah aku untuk mencintai sesama dan menjadi peka akan kehadiran-Mu dalam peristiwa sehari-hari sehingga aku bisa membawa banyak orang untuk menyembah-Mu. Amin. 


sumber :ziarah batin 2012

Rabu, 11 April 2012

Kamis, 12 April 2012

Kamis, 12 April 2012
OKTAF PASKAH (P)

St. Yulius I, Paus;
St. Sabas dr Goth

Bacaan I : Kis. 3:11–26
Mazmur : 8:2a.5.6–7.8–9; R: 2ab
Bacaan Injil : Luk. 24:35–48



Lalu kedua orang itu pun menceritakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka, ”Damai sejahtera bagi kamu!” Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka, ”Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka, ”Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka, ”Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.
Kata-Nya kepada mereka, ”Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”

Renungan

Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, ”ketelanjangan” atau kelemahan manusiawi dirasa sebagai ancaman. Setiap orang berusaha menutupi kelemahannya dengan aneka cara. Ada ketakutan, ”jangan-jangan orang lain memanfaatkan kelemahanku untuk menjatuhkan aku!” Beranggapan bahwa kebahagiaan atau damai sejahtera tidak akan dialami selama masih memiliki kelemahan.

Penampakan Tuhan Yesus hendak memutus logika itu. Tanpa ragu dan malu Dia mengatakan: ”Damai sejahtera bagi kamu! Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini...”. Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan kepada mereka tangan dan kaki-Nya yang berlubang bekas paku. Damai sejahtera hanya dapat kita nikmati dan wartakan kalau kita realistis, berani menerima luka-luka atau kelemahan diri.

Dengan mengakui dan menerima kelemahan diri, kita mengakui bahwa satu-satunya yang suci dan perkasa hanya Allah. Hanya Dia sumber damai sejahtera dan kebahagiaan sejati. Sikap seperti ini merupakan ungkapan bahwa kita sungguh beriman. Orang yang sungguh beriman akan dengan tulus mengakui serta menerima kekurangan dan kelemahan diri tanpa direpotkan olehnya.

Doa: Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk jujur mengakui kelemahan diriku dan senantiasa hanya mengandalkan keperkasaan dan belas kasih-Mu. Amin.

sumber : ziarah batin 2012

Selasa, 10 April 2012

Rabu, 11 April 2012

Rabu, 11 April 2012
OKTAF PASKAH (P)

Pw St. Stanislaus dr Krakow;
St. George Gervase

Bacaan I : Kis. 3:1–10
Mazmur : 105:1–2.3–4.6–7.8–9; R: 3b
Bacaan Injil : Luk. 24:13–35



Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Yesus berkata kepada mereka, ”Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya, ”Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?” Kata-Nya kepada mereka, ”Apakah itu?” Jawab mereka, ”Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.”
(Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)

Renungan

Hidup adalah sebuah perjalanan. Terkadang dua langkah maju selangkah mundur. Terkadang senang, terkadang susah. Semua membutuhkan proses dan kesabaran. Para murid Yesus yang berasal dari Emaus berjalan pulang kampung. Mereka mengalami goncangan jiwa karena Guru mereka wafat secara tidak terhormat. Muka tunduk menatap tanah. Berjalan tanpa saling memandang. Sedih. Mereka sibuk dengan pikiran dan perasaannya masing-masing.

Syukurlah mereka masih mau berdialog dengan orang ”asing” yang bertanya kepada mereka tentang peristiwa yang menimpa mereka. Hati yang diliputi oleh kecewa, marah, dan sedih tidak mampu melihat dan merasakan kehadiran Yesus sepanjang perjalanan hidup, padahal Tuhan tetap setia menyertai mereka, membuka dialog dan mengobarkan hati mereka dengan cerita sejarah keselamatan sampai dengan menggunakan kata-kata keras: ”Hai kamu orang bodoh...!” Dan Dia tetap rela untuk makan bersama mereka.

Tatkala mereka mengundang Yesus, menyediakan kursi kosong bagi-Nya dan menikmati kebersamaan dalam sukacita, mata hati mereka terbuka bahwa senyatanya Yesus senantiasa menyertai perjalanan mereka. Dalam makan bersama pun bukan mereka yang menjamu Yesus, tetapi Dia yang menjamu mereka dengan memberikan hidup-Nya.

Doa: Tuhan, berilah aku iman yang kuat, keyakinan yang mantap, bahwa dalam situasi apa pun Engkau senantiasa menyertai perjalananku. Terima kasih, Tuhan, atas kesetiaan-Mu. Amin.

sumber :ziarah batin 2012

Senin, 09 April 2012

Selasa, 10 April 2012

Selasa, 10 April 2012
OKTAF PASKAH (P)
St. Vinsensius dr Lerins; Yehezkiel, Nabi
Bacaan I : Kis. 2:36–41
Mazmur : 33:4–5.18–19.20.22; R: 5b
Bacaan Injil : Yoh. 20:11–18


Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia me­n­je­nguk ke dalam kubur itu, dan tam­pak­lah olehnya dua orang malaikat berpa­kai­an putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya, ”Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka, ”Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus ber­diri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu ada­lah Yesus. Kata Yesus kepadanya, ”Ibu, me­nga­pa engkau menangis? Siapakah yang eng­kau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya, ”Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Kata Yesus kepadanya, ”Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani, ”Rabuni!”, artinya Guru. Kata Yesus kepadanya, ”Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid, ”Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.

Renungan
Mata hati kita sering dibutakan oleh perasaan sedih, cemas, bingung dan perasaan negatif lainnya. Perasaan negatif itu melumpuhkan kemampuan untuk melihat kebenaran. Pandangannya tidak lagi objektif. Malaikat tidak dilihatnya sebagai malaikat; Tuhan Yesus dipandangnya sebagai tukang kebun. Ketika Yesus bertanya ”siapakah yang engkau cari?” Maria pun tidak bisa menjawabnya. Kesadarannya pulih kembali ketika Yesus secara pribadi memanggil namanya: ”Maria!”
Panggilan yang personal itulah yang menghentikan ”puting beliung perasaan negatifnya” dan membangunkan kesadarannya bahwa Yesus hadir didekatnya. Tampaknya, saking gembiranya, dia ingin memegang dan menggenggam Tuhan Yesus. Namun, Tuhan mengingatkan: ”Jangan memegang Aku!” Tuhan tidak mungkin kita genggam dan kuasai.
Pengalaman disapa oleh Tuhan secara pribadi adalah bekal yang cukup kuat dan penuh daya untuk menjadi saksi kebangkitan. Pengalaman itu akan kita miliki kalau kita keluar dari aneka perasaan negatif dan berfokus pada Allah sendiri.

Doa
Tuhan Yesus, sapalah aku dengan namaku seperti Engkau menyapa Maria Magdalena agar aku mempunyai pengalaman indah, mendalam, dan kuat tentang kasih-Mu sehingga aku layak menjadi saksi-Mu. Amin. 


sumber : ziarah batin 2012

Rabu, 04 April 2012

Kamis, 5 April 2012

Kamis, 5 April 2012
Kamis Putih (P)

St. Vinsensius Ferreri;
Sta. Yuliana dr Kornillon

Bacaan I : Kel. 12:1–8.11–14
Mazmur : 116:12–13.15–16bc.17–18; R: 1Kor. 10:16
Bacaan II : 1Kor. 11: 23–26
Bacaan Injil : Yoh. 13:1–15



Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya, ”Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” Jawab Yesus kepadanya, ”Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” Kata Petrus kepada-Nya, ”Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus, ”Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” Kata Simon Petrus kepada-Nya, ”Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” Kata Yesus kepadanya: ”Barang siapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.”Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia.
Karena itu Ia berkata: ”Tidak semua kamu bersih.”Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”

Renungan

Dalam perjamuan malam terakhir, Yesus membungkukan tubuh-Nya, membasuh kaki para murid-Nya dan menyekanya. Sebuah tindakan yang selayaknya dilakukan oleh seorang pela­yan, bukan Guru dan Tuhan. Tetapi, kali ini yang melakukan adalah Dia yang mahasuci. Sung­guh tindakan rendah hati yang tiada tara, tujuannya: ”agar kita mendapat bagian dalam diri-Nya!”

Merayakan Ekaristi khususnya pada hari Kamis Putih ini adalah merayakan kerendahan hati Tuhan untuk keselamatan kita. Dia tidak hanya membasuh kaki, tetapi lebih dari itu, yaitu memberikan seluruh hidup-Nya. Hidup ilahi-Nya dicurahkan pada kita agar kita menjadi bagian dari hidup-Nya. Ingat akan jasa baik Yesus ini, betapa jahatnya bila kita egois, merendahkan orang lain, merasa diri benar dan tidak rela berbagi dengan sesama.

Doa: Tuhan Yesus, apalagi yang kurang? Engkau telah memberikan segala-galanya untukku. Ajarilah aku untuk memberi dan tidak menuntut seperti Engkau. Amin. 

sumber : ziarah batin 2012

Selasa, 03 April 2012

Rabu, 4 April 2012

Rabu, 4 April 2012
Pekan Suci (U)

St. Isidorus dr Sevilla;
St. Benediktus Moor; St. Platon

Bacaan I : Yes. 50:4–9a
Mazmur : 69:8–10.21bcd–22.31.33–34; R: 14cb
Bacaan Injil : Mat. 26:14–25



Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata, ”Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk me­­nye­­rahkan Yesus. Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata, ”Di mana Eng­kau kehendaki kami mem­pe­r­siap­­kan per­jamuan Paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus, ”Pergi­lah ke kota kepada si Anu dan kata­­kan kepa­da­nya: Pesan Guru: waktu-Ku ham­pir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau mera­ya­kan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.” Lalu murid-murid-Nya mela­kukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah. Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mere­ka sedang makan, Ia berkata, ”Aku ber­­ka­ta kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”

Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah me­re­ka seorang demi seorang kepada-Nya: ”Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab: ”Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangan­­nya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menye­rahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis ten­tang Dia, akan tetapi celakalah orang yang oleh­nya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahir­kan.” Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: ”Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: ”Engkau telah menga­ta­kannya.”

Renungan

Konon, ketika Leonardo da Vinci diminta menggambarkan Perjamuan Malam Terakhir, ia memerlukan model-model untuk melukiskan wajah Yesus dan para murid-Nya. Leonardo da Vinci mengalami kesulitan menemukan model Yesus karena orang tersebut harus memancarkan sifat-sifat Yesus. Setelah lama mencari, ia akhirnya menemukan seseorang yang tepat.

Selanjutnya, cukup mudah mencari model untuk Petrus, Yakobus, Andreas, dan murid lainnya. Tetapi, ketika ia harus melukiskan wajah Yudas, Leonardo da Vinci lagi-lagi mengalami kesulitan. Namun, setelah lama mencari, akhirnya ia berhasil mendapatkan seseorang yang tepat, yang ia temukan di suatu ruang pengadilan. Si terdakwa yang dituduh sebagai pembunuh, penipu, pengkhianat itu menjadi model yang tepat bagi Leonardo da Vinci untuk melukiskan wajah Yudas. Orang itu pun dibawanya ke Kapel Sixtina. Ketika Leonardo da Vinci sedang melukis wajah Yudas, tiba-tiba si penjahat itu menangis. Leonardo da Vinci terkejut, lalu menanyakan mengapa dia menangis. Penjahat itu berkata, ”Apakah tuan sudah lupa sama saya? Beberapa tahun lalu saya juga pernah duduk di sini untuk menjadi model wajah Yesus.”
Pengkhianatan kepada Yesus oleh pengikut-pengikut-Nya masih terjadi sampai hari ini. Saat ini di sini kita bersemangat mengatakan ”Ya Tuhan, aku mengasihi-Mu”, namun di luar sana berlaku seperti tidak mengenal Yesus. Dosa telah mengubah seseorang yang telah suci dibaptis menjadi seorang pengkhianat.

Doa:Tuhan Yesus, aku berjanji sekali lagi untuk tidak akan mengkhianati-Mu. Amin.

sumber : ziarah baton 2012

Senin, 02 April 2012

Selasa, 3 April 2012

Selasa, 3 April 2012
Pekan Suci (U)

St. Richard dr Chichester;
St. Yosef, Mrt.; St. Sixtus I, Paus

Bacaan I : Yes. 49:1–6
Mazmur : 71:1–2.3–4a.5–6ab.15.17; R: 15
Bacaan Injil : Yoh. 13:21–33.36–38



Setelah Yesus berkata demikian Ia sa­ngat terharu, lalu bersaksi, ”Aku ber­kata ke­pa­damu, sesungguhnya se­orang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Murid-murid itu memandang seorang kepa­da yang lain, me­reka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. Seorang di antara murid Yesus, yaitu mu­rid yang dikasihi-Nya, bersan­dar dekat ke­pa­da-Nya, di sebelah kanan-Nya. Kepada mu­rid itu Simon Petrus memberi isyarat dan ber­ka­ta, ”Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!”
Murid yang duduk dekat Yesus itu ber­pa­ling dan berkata kepada-Nya, ”Tuhan, siapa­kah itu?” Jawab Yesus, ”Dialah itu, yang kepa­da­nya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Sesudah berkata demi­kian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas mene­rima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus ber­kata kepa­da­nya, ”Apa yang hendak kau­perbuat, perbuat­lah dengan segera.” Tetapi tidak ada seorang pun dari antara me­reka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk peraya­an itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.
Sesu­­dah Yudas pergi, berkatalah Yesus: ”Seka­­rang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)

Renungan

Sewaktu umur 13 tahun, Shinta mengalami musibah; ketika sedang berenang, tiba-tiba dia tidak sadarkan diri—ia menderita penyakit ayan. Berbagai upaya telah ditempuh untuk menyembuhkannya, tetapi selalu gagal. Kini dia sudah berumur 30 tahun. Awalnya Bu Maria, orang tua Shinta, frustrasi, malu, marah dan memberontak pada Tuhan, mengapa masalah seperti ini menimpa keluarganya. Sebulan sekali pastor mengunjungi Shinta dan memberikan komuni. Suatu ketika pastor berkata: ”Saya sedang mengunjungi Tuhan Yesus yang menderita!” Ibu Maria tersentak mendengar kalimat itu sambil memandang wajah Shinta yang tenang, teduh dan memancarkan kepasrahan. Saat itu hatinya terasa diubah dan matanya dicelikkan. Shinta bukanlah beban keluarga, tetapi sarana bagi mereka untuk mencintai Yesus yang menderita. Sejak saat itu Ibu Maria merasa gembira boleh melayani Tuhan Yesus dalam diri anaknya yang tak berdaya.
Tuhan Yesus mengatakan: ”Allah dipermuliakan dalam diri-Nya yang menderita, tergantung di kayu salib!” Penderitaan dan aneka masalah atau penyakit yang menimpa manusia bukanlah tanda hukuman dari Allah, tetapi tanda kerapuhan manusia. Dalam kerapuhan manusia itu kemuliaan Allah mudah dinyatakan. Hanya orang rendah hati yang mampu merasakan kemuliaan Allah yang nyata dalam hidup kita yang lemah dan rapuh. Ini kebahagiaan tanpa syarat.

Doa: Tuhan, ajarilah aku untuk senantiasa merayakan hidup dan bukan meratapinya karena Engkau menyatakan keagungan dan kemuliaan-Mu dalam diriku! Amin. 

sumber : ziarah batin 2012