Selasa, 3 April 2012
Pekan Suci (U)
St. Richard dr Chichester;
St. Yosef, Mrt.; St. Sixtus I, Paus
Bacaan I : Yes. 49:1–6
Mazmur : 71:1–2.3–4a.5–6ab.15.17; R: 15
Bacaan Injil : Yoh. 13:21–33.36–38
Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi,
”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan
menyerahkan Aku.” Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain,
mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. Seorang di antara murid
Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di
sebelah kanan-Nya. Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan
berkata, ”Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!”
Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya,
”Tuhan, siapakah itu?” Jawab Yesus, ”Dialah itu, yang kepadanya Aku
akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Sesudah berkata
demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada
Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia
kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya, ”Apa yang hendak
kauperbuat, perbuatlah dengan segera.” Tetapi tidak ada seorang pun
dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus
mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas ada yang
menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk
perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. Yudas menerima
roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.
Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: ”Sekarang Anak Manusia
dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah
dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam
diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.” (Bacaan
selengkapnya lihat Alkitab....)
Renungan
Sewaktu umur 13 tahun, Shinta mengalami musibah; ketika sedang berenang,
tiba-tiba dia tidak sadarkan diri—ia menderita penyakit ayan. Berbagai
upaya telah ditempuh untuk menyembuhkannya, tetapi selalu gagal. Kini
dia sudah berumur 30 tahun. Awalnya Bu Maria, orang tua Shinta,
frustrasi, malu, marah dan memberontak pada Tuhan, mengapa masalah
seperti ini menimpa keluarganya. Sebulan sekali pastor mengunjungi
Shinta dan memberikan komuni. Suatu ketika pastor berkata: ”Saya sedang
mengunjungi Tuhan Yesus yang menderita!” Ibu Maria tersentak mendengar
kalimat itu sambil memandang wajah Shinta yang tenang, teduh dan
memancarkan kepasrahan. Saat itu hatinya terasa diubah dan matanya
dicelikkan. Shinta bukanlah beban keluarga, tetapi sarana bagi mereka
untuk mencintai Yesus yang menderita. Sejak saat itu Ibu Maria merasa
gembira boleh melayani Tuhan Yesus dalam diri anaknya yang tak berdaya.
Tuhan Yesus mengatakan: ”Allah dipermuliakan dalam diri-Nya yang
menderita, tergantung di kayu salib!” Penderitaan dan aneka masalah atau
penyakit yang menimpa manusia bukanlah tanda hukuman dari Allah, tetapi
tanda kerapuhan manusia. Dalam kerapuhan manusia itu kemuliaan Allah
mudah dinyatakan. Hanya orang rendah hati yang mampu merasakan kemuliaan
Allah yang nyata dalam hidup kita yang lemah dan rapuh. Ini kebahagiaan
tanpa syarat.
Doa: Tuhan, ajarilah aku untuk senantiasa merayakan hidup dan
bukan meratapinya karena Engkau menyatakan keagungan dan kemuliaan-Mu
dalam diriku! Amin.
sumber : ziarah batin 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar