Senin, 16 Januari 2012

Selasa, 17 Januari 2012 (Pw St. Antonius, Abbas (P)

Selasa, 17 Januari 2012
Pekan Biasa II
Pw St. Antonius, Abbas (P)
B. Rosaline Villeneuve; St. Sulpisius
Bacaan I: 1Sam. 16:1–13 Mazmur : 89:20.21–22.27–28; R: 21a
Bacaan Injil : Mrk. 2:23–28

Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan semen­tara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: ”Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Jawab-Nya kepada mereka: ”Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia ma­suk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu—yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam—dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?” Lalu kata Yesus kepada mereka: ”Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”

Renungan
Ada dua prinsip yang dapat dipetik dari Injil hari ini tentang hari Sabat. Pertama, segala peraturan dibuat untuk manusia dan bukan sebaliknya. Peraturan bukanlah tujuan dalam dirinya sendiri, tetapi untuk kebaikan manusia. Bagi kaum Yahudi, kebajikan ada demi meme­nuhi hukum. Bagi Yesus, pengamalan hukum hanya menjadi sempurna apabila hukum itu mengabdi demi kebaikan orang-orang lain dan diri sendiri. Kedua, Yesus sebagai Putra Allah tidak dibatasi oleh peraturan-peraturan manusiawi, seberapa pun tingginya. Hanya ada satu hukum utama ialah kasih. Allah adalah kasih itu, maka Ia pun tidak mungkin mengingkari hakikat diri-Nya. Setiap peraturan ada untuk mengabdi pada hukum yang utama itu.

Ketika Saul tidak lagi mengabdi Allah dengan benar, tetapi lebih mengabdi kepentingannya sendiri, Allah menolak dia sebagai raja dan menggantikannya dengan Daud. Allah menjatuhkan pilihan kepada Daud, bukan kepada anak-anak Isai yang lain. Allah melihat hati manusia, sedangkan manusia melihat apa yang ada di depan mata atau tampilan luar. Kaum Farisi mementingkan praktik luaran, tetapi melupakan prinsip cinta kasih dan kedalaman hati.

Kita pun diajak untuk merefleksikan panggilan kita sendiri dan keterpilihan kita oleh Allah untuk mengabdi pada Dia dan cinta kasih-Nya. Allah mengkhususkan kita untuk tugas khas yang dipercayakan-Nya kepada kita.

Doa: Tuhan Allah yang mahabaik, mampukanlah aku untuk mengabdi Engkau sepenuh hati dan untuk memenuhi panggilan menjadi pelaku cinta kasih. Amin.

sumber:ziarah batin 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar