Pekan Prapaskah I (U)Sta. Lousia de Marrillac;
St. Klemens Maria Hofbauer
Bacaan I: Yes. 55:10–11
Mazmur : 34:4–5,6–7,16–17,18–19; R: 18b
Bacaan Injil : Mat. 6:7–15

Renungan
Sepasang suami istri sudah enam tahun menikah. Mereka belum juga dikaruniai seorang anak pun. Berbagai cara telah mereka tempuh untuk mendapatkan anak: pergi ke dokter spesialis ternama, memakan ramuan-ramuan yang disarankan, bahkan sampai mendatangi sejumlah paranormal dan dukun sakti. Akan tetapi, hasilnya nihil: anak yang diharapkan tak kunjung datang. Akhirnya, dalam keputusasaan, mereka berziarah ke Gua Maria Sawer Rahmat di desa Cigugur, Kuningan. Apa yang terjadi? Sebulan kemudian sang istri dinyatakan hamil. Pasangan ini tidak henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan yang mengabulkan jeritan hati mereka.
Cerita dengan nada yang hampir sama sering kita baca di media massa. Kesaksian seperti kisah di atas memang baik dan bisa mengharukan. Namun, barangkali kita bertanya, ”Apakah Tuhan hanya bekerja lewat peristiwa yang luar biasa?” Pertanyaan lebih lanjut, ”Apakah kita hanya berterima kasih dan mensyukuri doa kita yang terkabul? Bagaimana seandainya doa kita ’tidak dikabulkan’ Tuhan?”
Santo Paulus pernah memberi kesaksian yang terdengar aneh. Ia justru mensyukuri atas doanya yang tidak terkabul. Ia mensyukuri kesulitan dan kelemahan yang harus ia tanggung. Kebesaran Tuhan tidak hanya terungkap atas terkabulnya doa kita, tetapi atas kekuatan yang Dia berikan sehingga kita mampu menghadapi kesulitan hidup. Doa memang mempunyai banyak dimensi. Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus menjadi pola dan pegangan hidup kita.
Doa: Bapa, aku bersyukur dan berterima kasih atas penyertaan-Mu sehingga aku dapat melalui segala kesulitan hidup dengan baik. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar