St. Nikolaus dr Myra
Bacaan I: Yes 35:1-10
Mazmur : 85:9ab-10.11-12.13-14; R: Yes 35:4d
Bacaan Injil : Luk 5:17-26
Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: ”Hai saudara, dosamu sudah diampuni.” Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: ”Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: ”Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu —: ”Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: ”Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan.”
Renungan
Si lumpuh mendapatkan kemurahan Tuhan dengan dua mahkota iman sekaligus: dosanya diampuni dan kelumpuhannya disembuhkan. Pengalaman dosa dan pengalaman rahmat itu berjalan beriringan. Dosa merusak cita rasa seseorang akan jamahan rahmat, maka anugerah pengampunan menjadi semacam oase dalam perjalanan hidup yang gersang.
Kesiapsediaan untuk menerima pengampunan berarti membuka pintu hati untuk mereguk rahmat. Kita harus berani mengambil sikap seperti si lumpuh yang mempercayakan dirinya pada kehendak baik para sahabatnya dan menerima setiap tawaran rahmat yang datang dari Yesus. Tilamnya adalah tempat pergumulan imannya. Tilam itu mempertemukan dia dengan sahabat-sahabatnya dan dengan Yesus sendiri. Dia membawa kembali tilam itu ke rumahnya tanpa membebani lagi seorang pun yang sudah mempertemukan dirinya dengan Yesus.
Kita tidak boleh melupakan begitu saja pengalaman-pengalaman hidup yang getir (seperti si lumpuh di atas tilamnya). Kita harus membawa pengalaman itu sebagai suatu proses pendewasaan iman yang menghidupkan (seperti si lumpuh yang membawa pulang tilamnya ke rumahnya). Dukungan yang kita dapatkan dari sesama seharusnya menguatkan perjuangan kita.
Doa: Ya Tuhan, ajarilah aku untuk siap sedia menerima rahmat pengampunanmu dan sembuhkanlah aku dari berbagai ”penyakit rohaniku”. Amin.
sumber: Ziarah Batin 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar