

Setelah tamu itu pulang, ia memanggil beberapa anak buahnya untuk mencari tokek. Setiap tokek ia hargai Rp 400.000,-. Menurut perhitungannya, ia pasti dapat keuntungan sebesar Rp 900.000,- per ekor. Beberapa anak buahnya itu pun mengerjakan tugas itu dengan baik. Apalagi iming-iming Rp 400.000,- untuk setiap ekor tokek akan sangat memberi mereka tambahan penghasilan. Setelah menyadap karet, mereka langsung mencari tokek. Hasilnya luar biasa. Mereka memenuhi permintaan bos mereka: 10 ekor tokek.

Dalam hidup ini banyak orang tergiur oleh penghasilan yang besar tanpa memikirkan akibat-akibatnya. Kisah tadi merupakan salah satu contoh bahwa orang yang rakus sering ingin mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Ia tidak peduli akan begitu banyak kekayaan yang sudah dimilikinya. Ia ingin mengumpulkan lagi dan lagi. Akibatnya, ia kehilangan apa yang dimilikinya.
Banyak orang tidak puas akan apa yang sudah dimilikinya. Karen itu, usaha untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta kekayaan terus-menerus terjadi. Orang tidak peduli apakah cara-cara yang digunakan itu halal atau tidak. Yang penting, banyak harta bisa dikumpulkan untuk kepentingan diri sendiri.
Sebagai orang beriman, tentu kita ingin hidup damai dan tenteram. Kedamaian dan ketenteraman itu dapat tercipta kalau kita memiliki hati yang murni. Hati yang bersih dari kelekatan terhadap barang-barang duniawi akan membantu kita untuk memiliki damai dan ketenteraman yang sesungguhnya.
Untuk itu, orang beriman mesti memiliki iman yang besar kepada Tuhan. Artinya, orang beriman menggantungkan seluruh suka dan duka hidupnya pada Tuhan. Hanya Tuhan yang mampu memberikan kedamaian dan ketenteraman dalam hidup ini.
Mari kita berusaha untuk selalu menggantungkan hidup pada Tuhan. Dengan demikian hidup kita menjadi damai dan tenteram. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/11/menemukan-kedamaian-yang-sesungguhnya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar