Jumat, 08 April 2011

Senin, 11 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 8:1–11

Senin, 11 April 2011
Pekan Prapaskah V (U)
Pw St. Stanislaus dr Krakow;St. George Gervase
Bacaan I: Dan. 13:41c–62
Mazmur : 23:1–3a,3b–4,5,6; R: 4ab
Bacaan Injil : Yoh. 8:1–11


Tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepa­da-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mem­bawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zina. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: ”Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zina. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus mem­bungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus ber­tanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: ”Barang siapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, ”Hai perempuan, di mana­kah mereka? Tidak adakah seorang yang meng­hukum engkau?” Jawabnya: ”Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus, ”Aku pun tidak meng­hukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”


Renungan

Dengan membungkuk dan menulis di tanah, agaknya Yesus menghindari jebakan yang dipasang terhadap-Nya. Perempuan itu membisu, kehabisan kata, dan kehilangan kehormatan di hadapan orang-orang yang merasa diri benar dengan pongahnya. Mungkin, mereka lagi menikmati keinginan mereka yang tidak kesampaian. Kenikmatan mereka akan mencapai puncaknya seandainya perempuan itu dirajam sampai mati.

Kita perlu memohon kebijaksanaan agar dapat memilih dengan benar sikap dan tindakan yang harus diambil. Tindakan mesti bebas dari amarah atau dendam atau kepentingan pribadi semata. Pedomannya: ”Yang terbaik dikedepankan, kepentingan umum didahulukan, dan kemarahan disurutkan.” Kepuasan pribadi tidak akan otomatis terpenuhi, tetapi kepuasan sejati ada karena masyarakat umum damai dan sejahtera dalam kebenaran. Sikap itu akan kita miliki bila kita membiarkan Yesus hadir dan mengatur diri kita.

Doa: Tuhan, tanamkanlah semangat pengampunan dalam diriku dan beranikanlah aku belajar baik seperti Engkau. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar