Selasa, 28 Desember 2010

Rabu, 29 Desember 2010 (ZIARAH BATIN 2010)-Bacaan Injil : Luk 2:22-35

Rabu, 29 Desember 2010 Hari ke-5 Oktaf Natal
St. Tomas Becket dr Canterbury; St. Kaspar Del Bufalo
Bacaan I: 1Yoh 2:3-11
Mazmur : 96:1-2a.2b-3.5b-6; R:11a
Bacaan Injil : Luk 2:22-35


Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: ”Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: ”Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: ”Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri –, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”



Renungan

Simeon adalah seorang tua yang saleh. Perjumpaannya dengan kanak-kanak Yesus merupakan puncak dari pengalaman imannya. Bagi Simeon, berjumpa dengan Yesus adalah segalanya. Memiliki Yesus berarti kepenuhan hidup. Tidak ada lagi yang perlu dikejar atau diperjuangkan dalam hidupnya. Mati adalah pilihan hidup yang sempurna, demi persatuan kekal dengan Tuhan yang adalah keselamatan yang sesungguhnya.

Kita harus belajar dari perjuangan hidup Simeon. Memiliki banyak hal, mencapai tingkat kedewasaan insani yang tertinggi, dan mencapai puncak karier tertentu, semua itu bukanlah apa-apa bagi kita kalau kita belum memiliki Allah. Marilah kita memberikan diri kita kepada Allah agar Dialah yang menjadi segalanya dalam hidup kita. Kalau kita sudah bersatu dengan Allah, mati pun menjadi sebuah peristiwa yang pantas kita syukuri dan kita hadapi dengan cinta.

Doa: Ya Tuhan, bangkitkanlah dalam diriku kerinduan untuk senantiasa mencari Engkau. Nyatakanlah kuasa-Mu yang menyelamatkanku, kapan pun sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.

sumber:ZIARAH BATIN 2010 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar