Kamis, 27 Januari 2011
Pekan Biasa III (H)Sta. Angela Merici; St. Gabriel dr Bunda Berdukacita;
St. Robertus, Alberikus, dan Stefanus
Bacaan I: Ibr. 10:19–25
Mazmur : 24:1–2,3–4ab.5–6; R: 6
Bacaan Injil : Mrk. 4:21–25
Lalu Yesus berkata kepada mereka: ”Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”Lalu Ia berkata lagi: ”Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”
Renungan
Seorang guru Sekolah Dasar bertanya kepada murid-murid-Nya, ”Kalau ada pengemis di depan pintu rumah, diberi sedekah atau tidak?” Para murid bergantian menjawab. Ada yang bilang sebaiknya diberi karena kasihan; yang lain bilang tidak perlu karena orang itu pura-pura; yang lain lagi mengatakan lihat dulu seperti apa orangnya. Masing-masing menjawab dengan ukurannya sendiri-sendiri seturut apa yang ditanamkan oleh orangtua mereka.
Yesus senantiasa berbelaskasihan kepada manusia. Yang sakit disembuhkan; yang kerasukan setan dipulihkan; yang buta melihat; yang sesat dipanggilnya kembali. Ukuran apakah yang Yesus pakai? Dia memberikan Diri sehabis-habisnya agar saudara-saudaranya, kita semua, hidup. Kalau bisa dikatakan maka ukurannya adalah seluas samudra, setinggi langit, dan sedalam lautan.
Sadar atau tidak sadar, kita masing-masing mempunyai ukuran terhadap diri kita dan orang lain. Barangkali kita melihat bahwa kalau orang itu naik mobil mewah termasuk orang kaya; kalau pakaiannya lusuh termasuk orang kampung; kalau pakai sandal jepit maka orang miskin; dan seterusnya. Apa yang berapi-api kita kecam pada diri orang lain terkadang merupakan proyeksi gambaran diri kita yang negatif, bukan kenyataan diri orang itu sesungguhnya. Maka, sekalipun orang tersebut berbuat baik, ia selalu negatif di mata kita. Ini sungguh tidak adil. Tuhan sendiri secara objektif menilik hati manusia, melihat seberapa besar cinta kepada-Nya dan kepada sesama.
doa:Tuhan Yesus, ajarilah aku mengukur orang lain bukan dari penampilan lahiriah semata, tetapi dari kedalaman hatinya. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar