Senin, 17 Januari 2011

Selasa, 18 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 2:23–28

Selasa, 18 Januari 2011
Pekan Biasa II (H)
Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani Sta. Priska; Sta. Margaretha dr Hongaria

Bacaan I: Ibr. 6:10–20
Mazmur : 111:1–2,4–5,9,10c; R: 5b
Bacaan Injil : Mrk. 2:23–28


Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: ”Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Jawab-Nya kepada mereka: ”Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu – yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam – dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?” Lalu kata Yesus kepada mereka: ”Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat”.


Renungan

Manusia memiliki karakter yang bermacam-macam. Ada orang yang sungguh bisa taat pada aturan yang sudah ditetapkan. Ia akan menjaga diri sedemikian rupa agar tidak melanggar aturan itu. Namun, di sisi ekstrem yang lain, ada orang yang sangat suka melanggar peraturan. Tiada hari baginya tanpa melanggar peraturan.

Sepintas lalu dalam teks Injil hari ini seakan-akan Yesus berpihak pada sisi anak-anak nakal yang suka melanggar peraturan. Benarkah demikian? Kita harus sangat sadar bahwa Yesus juga dididik dalam keluarga Yahudi yang taat dengan segala macam peraturan agama dan masyarakat. Ia tentu bukan tipe anak nakal yang suka melanggar peraturan. Yesus sama sekali tidak memprovokasi untuk melanggar hari Sabat. Yesus menawarkan suatu prinsip baru yang harus berada di atas segala peraturan dunia ini, yaitu cinta kasih kepada sesama.

Kadang kala banyak peraturan agama dibuat dengan sangat bagus pada zaman yang lampau tanpa mengindahkan prinsip cinta kasih yang seharusnya melandasi semua itu. Lebih baik menolong orang lapar, menyembuhkan orang sakit, dan masih banyak tindakan yang Yesus lakukan untuk mempertegas bahwa hukum cinta kasih di atas segalanya.

Kerap kali dalam hidup kita pun, kita bersikap seperti orang Farisi yang sudah merasa suci dengan menjalankan secara harfiah apa yang tertulis dalam peraturan agama, tanpa kita melihat keadaan sesama di sekeliling kita yang membutuhkan uluran kasih.


Doa: Ya Tuhan, ajarilah aku untuk menjadi murid-murid-Mu yang taat dan peka untuk menolong sesama yang membutuhkan. Amin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar