Pekan Biasa V (H)
Hari Orang Sakit Sedunia
SP Maria dr Lourdes; St. Gregorius II, Paus; St. Saturninus
Bacaan I : Kej. 3:1–8
Mazmur : 32:1–2,5,6,7; R: 1a
Bacaan Injil : Mrk. 7:31–37
Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: ”Efata!”, artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: ”Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.”
Renungan
Hari ini adalah hari doa untuk orang-orang sakit sedunia. Para orang sakit didoakan dan menerima sapaan Yesus. ”Ia menjadikan segala-galanya baik. Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara” (Mrk. 7:37). Demikianlah komentar orang-orang yang menyaksikan secara langsung bagaimana Yesus menyembuhkan seorang tuli dan gagap dengan memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu serta mengucapkan ”Efata” (terbukalah). Dengan berbuat demikian, Yesus mengidentifikasikan diri-Nya dengan penyakit dan penderitaan orang itu, membangkitkan imannya dan menyembuhkannya.
Tentang makna Yesus memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, Santo Gregorius Agung, pada Abad ke-6 berkomentar, ”Roh disebut jari Allah. Ketika Tuhan memasukkan jari-Nya ke telinga orang yang bisu tuli itu, Dia membukakan jiwanya pada iman melalui anugerah-anugerah Roh Kudus.” Yesus membangkitkan iman orang itu. Dia memperlakukan orang itu dengan penuh kebaikan serta bela rasa. Demikian Dia juga mengajak kita untuk berlaku sama terhadap orang-orang lain, khususnya mereka yang menderita dan membutuhkan sentuhan kasih. Ia mengajak kita untuk mengakui kuasa Allah dan bersikap rendah hati.
Yang bekerja adalah kuasa Tuhan, bukan kuasa manusia. Ketika manusia merasa mampu mengerjakan segala sesuatu maka godaan untuk menyaingi dan menyamai kuasa Allah muncul. Godaan inilah yang dibisikkan ular kepada Hawa yang menjadi malapetaka turun-temurun: ”...pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (Kej. 3:4–5). Bisikan ular, yang melambangkan setan dan penolakan pada kehendak Allah, memang bisa sungguh menggiurkan. Iman adalah senjata utama melawan bisikan setan.
Doa
Tuhan Yesus Kristus, bukalah telingaku untuk mendengarkan Sabda-Mu dan mulutku untuk mewartakan kebaikan dan cinta kasih-Mu yang mengagumkan kepada semua orang yang aku jumpai. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar