Pekan Biasa VII (H) St. Nemesius; St. Eleuterius
Bacaan I: Im. 19:1–2,17–18
Mazmur : 103:1–2,3–4,8,10,12–13; R: 8a
Bacaan II : 1Kor. 3:16–23
Bacaan Injil : Mat. 5:38–48

Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”
Renungan
Setelah sistem politik pemerintahan apartheid Afrika Selatan runtuh, pejuang kulit hitam, Nelson Mandela, dibebaskan dari penjara di Robben Islands yang dihuninya sebagai tahanan politik selama lebih dari 20 tahun. Massa penjemputnya, yang mengadakan rally, menantikan suatu pidato, yang mereka perkirakan akan berisi balas dendam kepada penguasa dan kaum kulit putih, yang sudah lama mendiskriminasikan kaum kulit hitam. Namun, sungguh mengagumkan bahwa pidato awalnya, pada 11 Februari 1990, selepas dari penjara justru mengangkat tema pengampunan.
Katanya demikian: ”Kita sudah seharusnya belajar saling mengampuni karena ketika Anda bermaksud untuk mengampuni seseorang maka Anda sudah menyembuhkan sebagian penderitaannya; dan ketika Anda sungguh-sungguh mengampuni maka Anda menyembuhkannya secara sempurna .... Dengan mengampuni, Anda mempertahankan identitas pribadi Anda, keunikan Anda, dan diri Anda yang sesungguhnya.”
Dalam pengajaran-Nya, Yesus mengingatkan para pengikut-Nya untuk berbuat melampaui kebiasaan umum pada waktu itu, yakni tidak bertindak dengan prinsip lama: mata ganti mata, gigi ganti gigi. Yesus mengajarkan mereka untuk tidak membalas dendam dengan dendam, kekerasan dengan kekerasan. Yang harus dikedepankan adalah pendekatan hukum kasih, misalnya orang juga harus mengasihi, mengampuni, dan mendoakan musuh.
Doa: Tuhan, lebih mudah membalas dendam daripada mengampuni. Berikanlah aku suatu hati yang bersih dari balas dendam dan rela mengampuni sesama. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar