Kamis, 7 Juli 2011
Pekan Biasa XIV (H)
St. Odo; B. Maria Romero Meneses
Bacaan I : Kej. 44:18–21,23b–29; 45:1–5
Mazmur : 105:16–17,18–19,20–21; R: 5a
Bacaan Injil : Mat. 10:7–15
”Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu.”
Renungan
”Non c’e pace senza perdono, non c’e perdono senza pace!—Tidak ada kedamaian tanpa pengampunan, tidak ada pengampunan tanpa kedamaian!” Itulah kata-kata inspiratif dari Paus Yohanes Paulus II yang sering dikutip orang ketika berbicara mengenai perdamaian dan pengampunan. Seruan Yusuf kepada saudara-saudaranya dalam bacaan pertama hari ini, ”Marilah dekat-dekat” (Kej. 45:4), memperlihatkan sikap mengampuni atas kejahatan saudara-saudaranya di masa lalu dan ajakan berdamai. Inilah salam damai dari Yusuf yang memecahkan kekakuan, menghilangkan ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, dan mendorong mereka untuk kembali bersatu sebagai saudara.
Upaya memulihkan hubungan persaudaraan yang retak atau terputus membutuhkan sebuah proses dan waktu. Demikian yang dialami Yusuf dan saudaranya. Kepergiannya ke Mesir merupakan sebuah proses panjang dan tidak mudah baginya untuk menjadi penyelamat bagi keluarganya. Yusuf berhasil menjadi penyelamat keluarga karena ia memiliki sikap mengampuni dan suka akan kedamaian.
Doa
Tuhan, jadikanlah aku jalan perdamaian dan kerukunan dalam keluarga dan masyarakat agar aku dapat menikmati keselamatan yang berasal dari-Mu. Bantulah aku menjauhkan penghalang perdamaian, yakni sikap tidak mau mengampuni. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar