Rabu, 27 Juli 2011
Pekan Biasa XVII (H)
B. Maria Magdalena Martinengo; B. Titus Brandsma
St. Pantaleon; St. Aurelius dan Sta. Natalia
Bacaan I: Kel. 34:29–35
Mazmur : 99:5,6,7,9
Bacaan Injil : Mat. 13:44–46
”Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”
Renungan
Sekarang ini banyak kita jumpai foto aura. Menurut orang-orang yang pernah foto aura, ketika orang sedang bahagia maka cahaya yang ada di sekitarnya berwarna putih, sedangkan orang yang sedang mengalami stres, sedih, atau marah cahaya yang ada di sekitarnya buram atau gelap. Tanpa melakukan foto aura pun kita bisa melihat raut wajah seseorang. Orang yang baik diperlihatkan dengan raut wajah yang manis dan tatapan mata yang ramah, sedangkan orang jahat akan tampak dari raut wajah yang menyebalkan dan tatapan mata yang licik.
Musa dalam Bacaan Pertama hari ini wajahnya bercahaya sampai menyilaukan mata bangsa yang dipimpinnya. ”Ketika Musa turun dari Gunung Sinai—kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu—tidakkah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan Tuhan” (Kel. 34:29). Cahaya kemuliaan yang terpantul di wajahnya adalah karena ia dekat dan bersatu dengan Tuhan. Musa selalu berelasi dan berkomunikasi dengan Tuhan, maka wajahnya menampakkan seri kemuliaan Allah. Cahaya itu adalah wajah Allah yang dibawa Musa kepada bangsanya. Sebagai pemimpin bangsa, Musa menghadirkan kemuliaan wajah Allah.
Kemuliaan Tuhan bagai mutiara yang amat berharga untuk kita. Bila kita ingin memperoleh kemuliaan Tuhan maka kita juga harus mendekatkan diri dan selalu berelasi dan berkomunikasi dengan Dia. Bahkan segala hal yang menghalangi kita untuk mendekatkan diri dan berkomunikasi dengan Dia perlu dibuang dan ditinggalkan. Namun, kemuliaan wajah Tuhan bukan untuk kemuliaan kita sendiri, melainkan untuk kebaikan dan kebahagiaan serta keselamatan sesama yang kita jumpai. Setelah kita memperolehnya, kita membagikannya kepada semua orang; kita menjadi pancaran wajah kasih-Nya bagi sesama.
Doa: Ya Tuhan, Engkau memerintahkan aku untuk menjadi cahaya dunia. Semoga cahaya kemuliaan wajah-Mu itulah yang aku bawa dalam diriku agar dunia mengalami terang keselamatan-Mu. Amin.
sumber:ziarah batin 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar