Jumat, 16 September 2011

Sabtu, 17 September 2011 (ziarah batin 2011)

Sabtu, 17 September 2011
Pekan Biasa XXIV (H)
St. Robertus Bellarminus; Sta. Hildegardis; St. Albertus dr Yerusalem; St. Martinus dr Finojosa
Bacaan I : 1Tim. 6:13–16
Mazmur : 100:2,3,4,5; R: 2c
Bacaan Injil : Luk. 8:4–15


Ketika orang banyak berbondong-bon­dong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan. …
Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab: ”Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”


Renungan

Tumbuh atau tidaknya sebuah tanaman tidak hanya tergantung pada benih yang ditaburkan, melainkan juga ditentukan oleh kualitas tanahnya.

Proses pertumbuhan tanaman seperti itu dijadikan Yesus untuk menggambarkan situasi hati manusia ketika menerima Sabda Allah. Hati manusia adalah tanah atau lahan tempat benih ditaburkan, sedangkan Sabda Allah adalah benih yang ditaburkan dalam hati manusia. Sabda Allah yang ditaburkan pasti berkualitas baik. Namun, hati manusia yang menerimanya kadang kurang baik. Yesus melukiskan hati manusia seperti tanah yang ada dipinggir jalan, tanah yang berbatu-batu, tanah di tengah semah duri, dan tanah yang baik. Keadaan tanah, tempat benih itu jatuh akan menentukan hasilnya. Demikian juga, kesuburan hati manusia akan menentukan tumbuhnya benih Sabda Allah yang telah ditaburkan. Tidak semua Sabda Allah yang ditaburkan dalam hati manusia dapat bertumbuh dan berbuah.
Hidup orang beriman sangat tergantung dari firman Allah. Maka, sangat penting bagi orang beriman untuk memelihara dan mengembangkan firman Allah yang telah ditaburkan dalam hatinya.

Doa
Ya Tuhan, Engkau telah menaburkan benih-benih kebaikan dalam diriku. Bantulah aku untuk dapat memelihara dan meneruskannya kepada sesamaku. Amin.

sumber :Ziarah Batin 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar