Rabu, 29 Februari 2012
Pekan Prapaskah I (U)
St. Gabriel Possenti; St. Leander
Bacaan I : Yun. 3:1–10
Mazmur : 51:3–4.12–13.18–19; R: 19b
Bacaan Injil : Luk. 11:29–32
Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus:
”Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu
tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi
Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe,
demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.
Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang
dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang
dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya
yang ada di sini lebih daripada Salomo! Pada waktu penghakiman,
orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan
menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka
mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini
lebih daripada Yunus!”
Renungan
Bobby Harimaipen, seorang pastor yang bijak, suatu saat
menasihati seorang umatnya yang pemabok. ”Apakah Pastor bisa menunjukkan
bagaimana caranya supaya saya berhenti minum?” tanya pemabok setengah
menantang. Pastor pun menjawab, ”Ah, gampang sekali resep supaya
berhenti minum. Itu semudah kita membuka telapak tangan!” Mendengar
kata-kata tersebut, sang pemabok berkata, ”Kalau benar semudah membuka
telapak tangan, tunjukkan dan saya bersumpah akan berhenti minum!”
Dengan tersenyum Pastor Bobby menjawab, ”Begini, setiap kali Anda
memegang botol atau gelas berisi minuman beralkohol, bukalah tangan Anda
sebelum gelas itu menyentuh bibir Anda!” Sejak saat itu sang pemabok
berhenti minum.
”Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menuntut
suatu tanda, tetapi mereka tidak akan diberi tanda…!” sabda Yesus.
Tak selamanya tawaran pertobatan itu diterima. Ada banyak
alasan untuk menolak atau menghindarinya. Bahkan, orang-orang dalam
Injil menuntut tanda terlebih dahulu sebagai syarat pertobatan. Padahal
pertobatan adalah soal hati. Untuk bertobat, pertama-tama harus ada
kerelaan hati dan kemauan yang kuat, maka jalan akan terbuka lebar.
Apakah selama masa puasa ini, sudah ada kemauan kuat dalam diri kita
untuk bertobat?
Doa
Tuhan yang penuh belas kasih, luluhkan hatiku untuk mendengar ajakan pertobatan dari-Mu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar