Kamis, 04 November 2010

Jumat, 05 November 2010 (Ziarah Batin 2010)-Luk 16:1-8

Jumat, 05 November 2010
Sta. Elizabeth dan St. Zakharias; B. Fransiska Amboisa; B. Guido M. Conforti
Bacaan I: Flp 3:17–4:1
Mazmur : 122:1-2.3-4a.4b-5; R:1
Bacaan Injil : Luk 16:1-8


"Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Ada seorang kaya yang mem­punyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apa­kah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai ben­dahara.Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, su­paya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.
Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.”(Luk 16:1-8)

Saudara-saudari terkasih dalam nama Tuhan Kita Yesus Kristus,

 Bendahara dalam perumpamaan Yesus adalah contoh orang yang dengan cerdik memanfaatkan kepercayaan yang diberikan oleh tuannya dalam bekerja. Ia mencari akal untuk menyelamatkan diri dari kesulitan. Cara-cara yang dipakai oleh si bendahara sungguh cerdik. Kendati berhenti bekerja, ia tetap mendapatkan tempat naungan untuk hidupnya. Oleh karena itu, ia dipuji oleh tuannya.

Perumpamaan tersebut tidak mengajak kita untuk bertindak curang dalam kehidupan, tetapi justru memperlihatkan kepada kita bagaimanakah seharusnya kita bertindak di saat-saat kita berhadapan dengan rahmat dan karunia dari Allah yang kita terima. Apakah kita juga cerdik dalam mencari cara agar rahmat dan karunia Allah dapat berdaya guna dalam kehidupan kita? Ataukah kita diam-diam saja? Kita seharusnya cerdik dalam hidup agar rahmat dan karunia Allah yang kita terima makin berkembang. Sebagai orang beriman kita tidak boleh diam tanpa inisiatif. Kita harus rajin mencari cara agar kehidupan kita makin baik di hadapan Allah. Dengan demikian, kita boleh berharap kita pun akan dipuji Allah kita.

Doa: Ya Allah, Bapa dan Tuhanku, berilah aku keberanian untuk mengambil langkah-langkah baru untuk mengembangkan diri. Bantulah aku agar makin bertumbuh dalam iman. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar