Selasa, 04 Januari 2011

Rabu, 5 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 6:45–52

Rabu, 5 Januari 2011
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)


St. Simeon Stylites Tua; St. Yohanes Nepomuk Neumann;
B. Karolus HoubenBacaan I: 1Yoh. 4:11–18
Mazmur : 72:2,10–11,12–13; R: lih. 11
Bacaan Injil : Mrk. 6:45–52


Sesudah itu Yesus segera memerintah­­kan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: ”Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.



Renungan

Seorang bapak berbagi pengalaman demikian. Penerbangan dari Jakarta menuju Manado baru saja berangkat. Di ketinggian tertentu para pramugari menyediakan makanan ringan. Akan tetapi, tiba-tiba pesawat turun mendadak. Jerit ketakutan semua penumpang serentak berkumandang seiring kantung-kantung udara bergelayutan. Sang bapak sempat merasa takut, jantungnya berdegup keras, tetapi kemudian ia ingat, ”Yesus, kalau ini saatku, aku sudah siap.” Kesadaran itu membuatnya tenang, tidak takut lagi.

Mengapa seseorang bisa tenang dalam situasi mencekam? Pertama, karena iman dan percaya kepada Tuhan. Yesus sendiri berkata, ”Aku ini, jangan takut!” Orang yang percaya berarti menyerahkan diri pada Sang Pemilik hidup, Raja semesta alam, yang berkuasa menenangkan badai gelombang. Kedua, karena selama hidup berbuat kasih. Orang yang berbuat kasih menunjukkan ”Allah tetap di dalam kita”. Orang yang saling mengasihi tidak perlu takut, karena selalu ada bersama Allah Sang Maha Pengasih.

Sebaliknya, orang yang takut adalah mereka yang hanya mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. Pikiran dan hatinya diwarnai dengan sikap negatif dan kecemburuan sehingga ia tidak pernah tenang. Ada lagi orang yang takut karena tidak berbuat kasih. Perkataan dan perbuatannya ditujukan untuk mencelakakan orang lain. Mari kita bertanya, adakah ketakutan dalam diriku?

Doa: Tuhan Yesus, bersama-Mu aku tenang. Singkirkanlah ketakutan yang ada dalam diriku. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar