Rabu, 29 Juni 2011

Kamis, 30 Juni 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 9:1–8

Kamis, 30 Juni 2011
Pekan Biasa XIII (H) St. Bertrandus; St. Theobaldus; Sta. Giacinta Marescotti; B. Raymundus Lullus
Bacaan I: Kej. 22:1–19
Mazmur : 115:1–2,3–4,5–6,8–9; R: 9
Bacaan Injil : Mat. 9:1–8

Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ”Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: ”Ia menghujat Allah.” Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: ”Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu —: ”Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun lalu pulang.Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.



Renungan

Apakah Abraham begitu saja menerima permintaan Allah untuk mempersembahkan anaknya yang tunggal, Ishak, sebagai persembahan kurban bakaran bagi-Nya? Di balik kisah itu, pastilah sudah terjadi ”pergumulan batin” luar biasa yang dialami Abraham. Pergumulan batin itu mungkin dapat disusun begini, ”Mengapa Allah meminta Abraham untuk mengurbankan Ishak, anak semata wayangnya yang dikurbankan, sementara Allah memilihnya untuk menjadi Bapa para bangsa dan memberikan keturunannya sebanyak bintang di langit? Padahal, Abraham sendiri pastilah punya domba jantan untuk dikurbankan sebagai persembahan bagi Allah.”

Ketaatan Abraham kepada Allah sungguh luar biasa! Kehendaknya bergesekan dengan kehendak bebas Allah. Namun, ia memilih taat kepada Allah, meskipun dengan risiko kehilangan anak satu-satunya yang kelak menjadi ahli warisnya. Keberanian untuk tidak menggenggam erat ”kehendaknya sendiri”, itulah yang membuat Allah pun akhirnya menghentikan tindakan Abraham untuk membunuh Ishak, anaknya, sebagai kurban bagi-Nya. Dari peristiwa itulah, Abraham semakin mengenal, siapakah Allah yang ia imani.

Yesus tidak pernah berhenti memperkenalkan siapakah Allah yang ditaati-Nya, sampai Dia pun tidak mundur, kalaupun pengampunan dosa yang diberikan-Nya kepada orang lumpuh justru dikecam oleh orang Farisi sebagai ”hujatan kepada Allah”! Pantang mundurnya Yesus rasanya memberikan keyakinan, ”Janganlah takut dalam situasi apa pun untuk mewartakan kebenaran siapakah Allah yang kita imani.”

Doa: Bapa, curahkanlah Roh-Mu agar dalam situasi apa pun aku pantang mundur untuk memperkenalkan Engkau dalam kata dan tindakan kasihku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar