Pekan Biasa XI
Pw St. Antonius dr Padua, ImPujG. (P)
Bacaan I: 2Kor. 6:1–10
Mazmur : 98:1,2–3ab,3cd–4; R: 2a
Bacaan Injil : Mat. 5:38–42
”Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
Renungan
Dalam beberapa kali rapat Dewan Pastoral Paroki, ada kesan bahwa pengurus yang ekonominya tidak terlalu baik sering kali tidak mendapat kesempatan untuk berpendapat. Kalaupun diberi kesempatan, pendapat mereka kerap kali ditanggapi dengan sinis dan apriori. Sementara sangat lain sikapnya kalau yang berpendapat adalah para pengurus yang mapan ekonominya, yang punya jabatan/status, yang pandai dan cerdas.
Itulah sebuah peristiwa hidup yang masih diwarnai ”pilih kasih”. Selama sikap itu bercokol dalam diri kita, karya kita tidak lagi berpusat pada Yesus yang telah bangkit dan hidup, tetapi berpusat pada diri sendiri. Santo Paulus mewaspadai sikap ini kepada rekan-rekan sekerjanya di Korintus, agar mereka tidak mengandalkan diri sendiri melainkan mengandalkan kasih karunia Allah yang telah mereka terima sehingga mereka akan tetap sabar dalam segala penderitaan, kesesakan, kesukaran, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjaga-jaga dan berpuasa.
Kesabaran dalam penderitaan itulah yang diwartakan Yesus agar orang mampu mengasihi orang yang menyakitinya, ”memberi pipi kiri bila pipi kananmu ditampar, serahkanlah jubahmu juga kalau orang mengingini bajumu”. Di balik pesan itu, orang beriman ditantang untuk tidak memusatkan hidupnya pada diri sendiri, tetapi pada Allah. Hidup yang berpusat pada diri sendiri lebih suka menggenggam erat harga diri kita. Sebaliknya, hidup yang mengandalkan Allah akan tertantang untuk melepaskan harga diri yang kita genggam erat.
Doa: Bapa, kuatkanlah aku dengan Roh-Mu agar mampu bersandar pada kerahiman dan kemurahan hati-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar