Pekan Biasa XII (H) St. Silverius, Paus
Bacaan I: Kej. 12:1–9
Mazmur : 33:12–13,18–19,20,22
Bacaan Injil : Mat. 7:1–5
”Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Renungan
Apakah yang Anda rasakan kalau diajak untuk mencari alamat rumah seorang sahabat di sebuah kota yang baru kali ini Anda kunjungi, dan alamat rumah itu pun tidak lengkap, hanya di sebutkan di sebuah kampung? Apalagi ditambah tidak ada nomor telepon yang dapat dihubungi? Mungkin Anda bisa merasakan jengkel, berkeluh kesah, capek pikiran, apalagi harus tanya sana-sini. Apa yang Anda alami tidaklah seberapa dengan pengalaman Abraham, yang berani percaya kepada Allah untuk pergi dari Haran menuju Tanah Kanaan, yang jaraknya ribuan kilometer, apalagi ditambah umur Abraham yang sudah 75 tahun. Bagaimanakah Abraham membuat ”situasi yang penuh ketidakpastian” itu tetap menjadi ”saat istimewa untuk tetap berharap pada kekuatan Allah” sehingga ia pun percaya akan janji Allah, akan negeri yang diberikan kepada keturunannya.
Kesediaan Abraham untuk ”berani melangkah dari Haran ke Tanah Kanaan” dalam segala ketidakpastiannya, itulah pribadi orang beriman, yang berani berharap daripada pribadi yang mudah apriori sebelum semuanya dijalankan. Orang yang berharap kepada Tuhan itulah orang yang percaya. Demikianlah juga orang yang percaya kepada sesamanya, ia tidak mudah menghakimi kelemahan orang lain, melainkan ia akan belajar berharap, bahwa saudaranya, selemah apa pun, akan dapat bangkit dari kerapuhannya, karena Allah pasti menyertainya.
Doa: Bapa, berilah aku kehendak yang kuat agar tidak mudah apriori kepada-Mu, tetapi setia pada kehendak-Mu. Dengan demikian, aku pun mampu melihat pengharapan-Mu dalam diri sesamaku, yang lemah sekali pun. Amin
sumber:Ziarah Batin 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar