Pekan Biasa XX (H)St. Yohanes Eudes; St. Ludovikus;
Ezekhiel Moreno; Guerikus Abas
Bacaan I: Rut 1:1,3–6,14b–16,22
Mazmur : 146:5–6,7,8–9bc–10; R: 2a
Bacaan Injil : Mat. 22:34–40

Renungan
Melalui mesin pencari kata di internet kita bisa menemukan jutaan link yang membahas entry kata ”kasih” atau ”cinta kasih”. Selain itu, ada juga ribuan tembang bertema ”cinta” dan ”kasih” bisa kita unduh melalui situs pengoleksi lagu di internet. Luar biasa pemahaman manusia tentang kata yang satu ini. Namun, coba bandingkan dengan berita di radio, televisi, dan koran setiap hari, apakah pemahaman manusia tentang kasih itu sungguh mampu diwujudkan atau hanya sekadar pemanis bibir? Pertengkaran, perkelahian dan kekerasan terjadi di mana-mana. Kerusuhan, bahkan juga peperangan silih berganti mewarnai muka bumi ini. Jangan-jangan, ”cinta kasih” hanya bersifat verbalistik. Mudah diucapkan dan didiskusikan, bahkan mudah juga dinyanyikan dengan melodi yang indah.
”Kalau begitu, hukum manakah yang terbesar?” tanya seorang ahli Taurat kepada Yesus untuk mencobai-Nya. Jawaban Yesus tampaknya ”standar-standar” saja, persis seperti yang sudah diajarkan turun-temurun oleh nenek moyang bangsa Yahudi: mengasihi Allah dengan segala-galanya, lalu mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Ini bukanlah hal baru. Kitab Rut dalam Bacaan Pertama juga selintas memperlihatkan cinta kasih yang sejati melalui sikap Rut terhadap Naomi.
Persoalan kita adalah bagaimana menjadikan yang ”standar-standar” itu berbuah nyata dalam tindakan konkret sehari-hari. Di sinilah kelebihan Yesus, menjadikan yang ”standar-standar” itu menjadi luar biasa karena dipraktikkan dalam hidup-Nya sendiri. Bahkan Ia memuliakan nilai kasih yang dipraktikkan-Nya itu dengan mengampuni sesama-Nya saat meregang nyawa tergantung di salib. Itulah cinta kasih yang sejati.
Doa: Yesus Tuhan Penyelamatku, sanggupkan aku untuk mempraktikkan ajaran cinta kasih-Mu dalam tindakanku sehari-hari. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar