Kamis, 18 Agustus 2011

Jumat, 19 Agustus 2011 (Ziarah Batin 2011)

Jumat, 19 Agustus 2011
Pekan Biasa XX (H)
St. Yohanes Eudes; St. Ludovikus;
Ezekhiel Moreno; Guerikus Abas

Bacaan I: Rut 1:1,3–6,14b–16,22
Mazmur : 146:5–6,7,8–9bc–10; R: 2a
Bacaan Injil : Mat. 22:34–40


Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkum­pullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: ”Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang ter­utama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesama­mu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”


Renungan

Melalui mesin pencari kata di internet kita bisa menemukan jutaan link yang membahas entry kata ”kasih” atau ”cinta kasih”. Selain itu, ada juga ribuan tembang bertema ”cinta” dan ”kasih” bisa kita unduh melalui situs pengoleksi lagu di internet. Luar biasa pemahaman manusia tentang kata yang satu ini. Namun, coba bandingkan dengan berita di radio, televisi, dan koran setiap hari, apakah pemahaman manusia tentang kasih itu sungguh mampu diwujudkan atau hanya sekadar pemanis bibir? Pertengkaran, perkelahian dan kekerasan terjadi di mana-mana. Kerusuhan, bahkan juga peperangan silih berganti mewarnai muka bumi ini. Jangan-jangan, ”cinta kasih” hanya bersifat verbalistik. Mudah diucapkan dan didiskusikan, bahkan mudah juga dinyanyikan dengan melodi yang indah.

”Kalau begitu, hukum manakah yang terbesar?” tanya seorang ahli Taurat kepada Yesus untuk mencobai-Nya. Jawaban Yesus tampaknya ”standar-standar” saja, persis seperti yang sudah diajarkan turun-temurun oleh nenek moyang bangsa Yahudi: mengasihi Allah dengan segala-galanya, lalu mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Ini bukanlah hal baru. Kitab Rut dalam Bacaan Pertama juga selintas memperlihatkan cinta kasih yang sejati melalui sikap Rut terhadap Naomi.

Persoalan kita adalah bagaimana menjadikan yang ”standar-standar” itu berbuah nyata dalam tindakan konkret sehari-hari. Di sinilah kelebihan Yesus, menjadikan yang ”standar-standar” itu menjadi luar biasa karena dipraktikkan dalam hidup-Nya sendiri. Bahkan Ia memuliakan nilai kasih yang dipraktikkan-Nya itu dengan mengampuni sesama-Nya saat meregang nyawa tergantung di salib. Itulah cinta kasih yang sejati.

Doa: Yesus Tuhan Penyelamatku, sanggupkan aku untuk mempraktikkan ajaran cinta kasih-Mu dalam tindakanku sehari-hari. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar