Sabtu, 20 Agustus 2011
Pekan Biasa XXPw St. Bernardus, Abas, PujG. (P);
Samuel, Imam dan Hakim
Bacaan I: Rut. 2:1–3,8–11; 4:13–17
Mazmur : 128:1–2,3,4,5; R: 4
Bacaan Injil : Mat. 23:1–12
Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: ”Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Renungan
Dengan gagah, ketiga bocah Al, El, dan Dul, tampil di panggung memainkan gitar, bas, dan drum sambil bergaya seperti pemusik kawakan. Decak kagum membahana keluar dari mulut para penonton yang menyaksikannya, saat pembawa acara mengomentari penampilan mereka. ”Buah jatuh tak jauh dari pohonnya,” itulah pepatah yang bisa melengkapi penampilan ketiga anak pasangan Achmad Dani dan Maia Estianty itu. Kehebatan yang mereka miliki menurun dari bakat, kemampuan, dan jiwa seni kedua orangtuanya.
Di sekeliling kita ada banyak contoh serupa. Seniman memiliki anak-anak yang seniman juga. Bangsawan lahir dari sebuah keluarga bangsawan. Pewarisan seperti itu umumnya otomatis diturunkan secara genetik dari orangtua ke anak. Bacaan Pertama hari ini juga ingin menampilkan ”akar genetik” manusia Yesus, yang sering kali disebut sebagai keturunan Daud.
Pewarisan secara genetik akan lebih sempurna kalau diiringi pewarisan nilai-nilai luhur kehidupan yang berproses dalam hidup nyata sehari-hari. Misalnya: pengampunan, cinta kasih, kesederhanaan dan kerendahan hati, serta aneka nilai luhur lainnya yang dicontohkan dan diteladankan oleh yang lebih tua di dalam keluarga, atau di dalam komunitas setempat. Nilai-nilai luhur seperti itu, menurut Yesus, harus dicontohkan. Tak cukup hanya diajarkan dengan mulut sebagaimana yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.
Doa: Tuhan Yesus, dampingilah aku untuk berani memilah aneka contoh kehidupan yang ada di sekelilingku dan berani memilih yang terbaik sesuai ajaran-Mu. Amin.
sumber:Ziarah batin 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar