Pekan Biasa XXIII (H) St. Petrus Klaver; B. Frederik Ozanam
Bacaan I: 1Tim. 1:1–2,12–14
Mazmur : 16:1,2a,5,7–8,11; R: lih. 5a
Bacaan Injil : Luk. 6:39–42

Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Renungan
Mengapa hidup kita lambat untuk menjadi sempurna? Sebab, kita punya kebiasaan kurang bagus seperti ini: cepat melihat kekurangan orang lain, tetapi lambat untuk melihat dan mengakui kekurangan kita sendiri. Kita selalu merasa lebih baik dan lebih sempurna dari orang lain.
Kebiasaan dan sikap seperti inilah yang dikecam oleh Yesus dalam Injil hari ini. Melalui sebuah perumpamaan, Yesus mengecam gaya hidup orang Farisi yang suka menunjukkan kesalahan orang lain, sementara mereka sendiri tidak menyadari dan mengakui kekurangannya sendiri. Mereka begitu sibuk memperhatikan dan menilai hidup sesamanya, sedangkan hidup mereka sendiri terabaikan. Orang-orang Farisi adalah kumpulan orang-orang yang merasa punya hak untuk menilai kehidupan orang lain. Itulah gaya hidup orang-orang munafik yang dikecam oleh Yesus hari ini.
Hidup kita tidak akan menjadi sempurna karena menunjukkan kekurangan sesama kita—apalagi mengadili sesama kita. Hidup yang sempurna justru dimulai saat orang berani dan jujur menyadari, mengakui, dan kemudian memperbaiki kekurangannya sendiri.
Orang yang sungguh beriman tidak akan menggunakan banyak waktunya untuk menilai orang lain, melainkan untuk memperhatikan dan memperbaiki hidupnya.
Doa: Ya Yesus, Engkau tidak berkenan dengan orang yang munafik. Hindarkanlah hidupku dari kemunafikan. Amin.
sumber :Ziarah batin 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar