Kamis, 27 Oktober 2011
Pekan Biasa XXX (H) St. Frumensius
Bacaan I: Rm. 8:31b–39
Mazmur : 109:21–22,26–27,30–31; R: 26b
Bacaan Injil : Luk. 13:31–35
Pada
waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus:
”Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh
Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka: ”Pergilah dan katakanlah kepada si
serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari
ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari
ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab
tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.
Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari
dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu
mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan
anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya
rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata
kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu
berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!”
Renungan
Yesus
masih dalam perjalanan ke Yerusalem sebagai tujuan akhir
perjalanan-Nya. Yerusalem adalah tempat para nabi dibunuh. Yesus yang
mengerti diri-Nya juga sebagai nabi melihat nasib-Nya akan berakhir di
Yerusalem. Ketika para rasul menghalangi dia untuk pergi ke Yerusalem
karena mereka tahu bahwa dia pasti akan dibunuh di sana, Yesus dengan
tegas menghardik mereka. Dia tidak takut sedikit pun akan apa yang
menjadi risiko pilihan hidup-Nya. Dia tidak menunjukkan sikap kompromi
kepada orang-orang yang menjadi lawan-Nya. Dia secara terbuka memanggil
Herodes sebagai serigala.
Menjadi nabi dan menyerukan
suara kenabian memang menanggung risiko berat. Kita menjadi musuh
banyak orang. Oleh karena itu, begitu sering kita memperhalus inti
pewartaan kita dengan lebih diplomatis dan malah berkompromi dengan
orang-orang yang menentang kita dengan mengorbankan kebenaran. Begitu
sering kita tidak mengatakan kebenaran hanya karena mau menyenangkan
orang lain. Kita begitu takut untuk tidak disenangi orang. Paulus—dalam
suratnya kepada umat di Tesalonika—mengingatkan kita supaya
”berbicara” bukan untuk menyenangkan hati manusia, tetapi menyenangkan
hati Allah (bdk. 1Tes. 2:4).
Doa: Ya Tuhan, berilah
aku kekuatan dan keberanian untuk mewartakan hanya kebenaran. Apa pun
yang terjadi, kuserahkan segalanya dalam perlindungan-Mu. Amin.
sumber : ziarah batin 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar