Senin, 06 Februari 2012

Selasa, 7 Februari 2012

Selasa, 7 Februari 2012
Pekan Biasa V (H)
St. Rikardus; Sta. Koleta; B. Anselmus Polanco; B. Rosalie Rendu; B. Pius IX, Paus
Bacaan I : 1Raj. 8:22–23.27–30
Mazmur : 84:3.4.5.10.11; R: 2
Bacaan Injil : Mrk. 7:1–13





Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka me­li­hat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan de­ngan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat isti­adat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Ba­nyak warisan lain lagi yang mereka pegang, um­pa­manya hal mencuci cawan, kendi dan per­kakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepa­da-Nya: ”Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?” Ja­wab-Nya kepada mereka: ”Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku de­ngan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abai­kan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” Yesus berkata pula kepada mereka: ”Sungguh pandai kamu mengesampingkan pe­rintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah ber­­ka­ta: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibu­nya harus mati.” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)


Renungan

Di sebuah Rumah Sakit terkenal selalu disediakan cairan pembersih tangan hampir di setiap sudut ruangan. Tujuannya jelas, untuk menjaga kebersihan dan kesehatan pengunjung. Tradisi mencuci tangan sebelum makan, mencuci gelas piring dan perkakas yang habis digunakan adalah sesuatu yang amat baik. Orang-orang Farisi yang amat terbiasa dengan tradisi baik itu, tidak tahan melihat murid-murid Yesus makan dengan tangan najis alias dengan tangan yang tidak dicuci terlebih dahulu. Mereka pun melontarkan kritik. Bukankah kritikan mereka beralasan dan positif? Mengapa Yesus marah dan balik mengecam mereka sebagai munafik?
Tampaknya bukan masalah cuci tangan yang membuat Yesus murka. Yang dikemukakan Yesus adalah soal prioritas. Yesus mengecam orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena mereka lebih mengutamakan adat istiadat yang lemah daripada perintah Allah yang utama. Perintah Allah untuk mengasihi sesama, khususnya yang miskin dan tak berdaya justru diabaikan.
Kita boleh dan wajib melaksanakan aturan hukum manapun yang mewajibkan kita, namun hukum Allah hendaknya selalu menjadi yang utama dan tidak boleh diabaikan.

Doa
Tuhan yang mahabaik, ingatkanlah aku senantiasa untuk mengutamakan perintah-Mu daripada aturan-aturan manusia yang kurang berarti. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar