Selasa, 18 Oktober 2011
Pekan Biasa XXIX Pesta St. Lukas, Pengarang Injil (M)
Bacaan I: 2Tim. 4:10–17b
Mazmur : 145:10–11,12–13ab,17–18; R: 12
Bacaan Injil : Luk. 10:1–9
Kemudian
dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu
mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat
yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: ”Tuaian memang
banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang
empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian
itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke
tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau
kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam
perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu:
Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak
menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya.
Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam
rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab
seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah
rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di
situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah
orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka:
Kerajaan Allah sudah dekat padamu.
Renungan
Para
murid Yesus dipanggil untuk diutus. Untuk apa kita diutus dan
bagaimana kita diutus telah dengan jelas dikatakan dalam Injil. Dan yang
menarik juga bahwa Yesus sendiri telah melihat situasi di mana kita
diutus. Kita diutus bagai domba di tengah serigala. Domba selalu
menunjukkan sikap kelembutan dan kepasrahan pada gembalanya. Domba itu
diutus bukan ke padang belantara yang hijau dengan kesejukan air yang
tenang, melainkan ke tengah dunia serigala yang mengusik keberadaannya.
Bagaimana dia merasa aman di tengah serigala? Dia tidak akan menghamba
kepada serigala, dia juga tidak akan menjadi seperti serigala, tetapi
tetap menjadi domba yang setia dengan perutusannya.
Pada
Pesta Santo Lukas Pengarang Injil, kita diajak untuk merenungkan
perutusan kita. Lukas menulis Injilnya dan Kisah Para Rasul di
masa-masa yang penuh dengan tantangan. Banyak murid yang menjadi martir
demi pewartaan Injil. Namun, tidak satu pun dari mereka yang mengambil
jalan kekerasan untuk membela Injil. Kerajaan Allah diwartakan tanpa
kekerasan dan paksaan, tetapi dengan penuh kesabaran dan
kelemahlembutan. Bagaikan domba yang tidak punya pembela di tengah
serigala yang siap sedia menerkam mangsanya, mereka hanya mengandalkan
kekuatan dan perlindungan pada Sang Gembala Utama.
Doa: Ya Tuhan, berilah aku kelembutan hati dalam mewartakan Injil-Mu yang suci dan peliharalah aku dalam kasih-Mu. Amin.
sumber:ziarah batin 2011
Saya ijin membaca blog nya ya...
BalasHapusSangat suka...
JOgja DC