Senin, 2 Mei 2011
Pekan PASKAH IIPw St. Atanasius Agung, UskPujG. (P);
St. Boris; St. Sigismund
Bacaan I: Kis. 4:23–31
Mazmur : 2:1–3,4–6,7–9; R: 12d
Bacaan Injil : Yoh. 3:1–8
Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: ”Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” Yesus menjawab, kata-Nya: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.”Kata Nikodemus kepada-Nya: ”Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” Jawab Yesus: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.”.
Renungan
Saat hidup hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri, kita akan menemui jalan buntu karena keterbatasan manusiawi kita. Ingatlah kata-kata Tuhan Yesus, ”Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging dan apa yang dilahirkan dari Roh adalah Roh!” Kita semua adalah orang-orang yang sudah dilahirkan dari Roh. Mengapa kita hanya mengandalkan kemanusiawian kita dan tidak peduli terhadap Roh Tuhan yang ada di dalam diri kita?
Seperti halnya para rasul menjadi gentar karena ancaman yang mereka terima, kita pun dalam kehidupan ini sering mengalami kegentaran oleh aneka alasan. Namun, seperti juga para Rasul mendapatkan keberanian kembali karena mengandalkan Roh Tuhan, demikian pula kita dipanggil untuk mengandalkan Roh Tuhan dalam hidup kita sehingga kita berani melanjutkan kehidupan ini dengan penuh harapan kendati kita sudah berada di ambang batas kekuatan manusiawi.
Doa: Tuhan Yesus, terima kasih atas Roh Kudus yang Kauberikan bagiku. Tariklah diriku untuk selalu berserah diri kepada kuasa dan kasih Roh-Mu agar dalam gelapnya hidup aku mampu melihat cahaya, dalam kebuntuan aku menemukan jalan, dan dalam keputusasaan aku menemukan harapan. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Jumat, 29 April 2011
Minggu, 1 Mei 2011,Pekan PASKAH II (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 20:19–31
Minggu, 1 Mei 2011
Pekan PASKAH II (P)St. Yosef Pekerja; St. Yeremia;
St. Peregrinus Laziosi
Bacaan I: Kis. 2:42–47
Mazmur : 118:2–4,13–15,22–24; R: 1
Bacaan II : 1Ptr. 1:3–9
Bacaan Injil : Yoh. 20:19–31
Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ”Damai sejahtera bagi kamu!” Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi, ”Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ”Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ”Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ”Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”
Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ”Damai sejahtera bagi kamu!” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab….)
Renungan
Ketika diimpit masalah, tidak jarang keberadaan Tuhan dipertanyakan: ”Di mana Tuhan, mengapa Dia membiarkan diriku dalam kesulitan padahal aku sudah berdoa dan banyak berbuat baik?” Apakah benar Tuhan sungguh tidak mengetahui persoalan dan menjauh dari kehidupan kita? Yesus, Tuhan kita, selalu hadir dalam aneka situasi hidup kita, seperti Dia hadir dan menampakkan diri bagi para murid yang sedang dilanda ketakutan karena merasa ditinggalkan oleh Sang Guru. Beberapa kali Yesus sengaja menampakkan diri, tetapi tidak semua murid percaya dan menyadari kehadiran-Nya.
Kehadiran-Nya membawa damai sejahtera, bukan untuk melenyapkan persoalan hidup. Damai sejahtera yang diberikan Yesus menjadi kekuatan batin bagi kita untuk menghadapi aneka persoalan hidup. Kita dipanggil untuk hidup dalam damai sejahtera Tuhan dan membagikannya kepada sesama seperti para anggota Gereja perdana saling berbagi dan hidup sehati sepenanggungan. Bila kehadiran kita sebagai murid Yesus membawa damai sejahtera bagi orang lain, kita menghadirkan dan menampakkan Yesus sendiri sehingga berkat Paskah dapat dinikmati oleh banyak orang.
Doa: Tuhan Yesus, kubuka hatiku lebar-lebar untuk kehadiran-Mu dan penuhilah hidupku dengan damai sejahtera-Mu. Amin.
Pekan PASKAH II (P)St. Yosef Pekerja; St. Yeremia;
St. Peregrinus Laziosi
Bacaan I: Kis. 2:42–47
Mazmur : 118:2–4,13–15,22–24; R: 1
Bacaan II : 1Ptr. 1:3–9
Bacaan Injil : Yoh. 20:19–31
Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ”Damai sejahtera bagi kamu!” Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi, ”Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ”Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ”Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ”Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”
Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ”Damai sejahtera bagi kamu!” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab….)
Renungan
Ketika diimpit masalah, tidak jarang keberadaan Tuhan dipertanyakan: ”Di mana Tuhan, mengapa Dia membiarkan diriku dalam kesulitan padahal aku sudah berdoa dan banyak berbuat baik?” Apakah benar Tuhan sungguh tidak mengetahui persoalan dan menjauh dari kehidupan kita? Yesus, Tuhan kita, selalu hadir dalam aneka situasi hidup kita, seperti Dia hadir dan menampakkan diri bagi para murid yang sedang dilanda ketakutan karena merasa ditinggalkan oleh Sang Guru. Beberapa kali Yesus sengaja menampakkan diri, tetapi tidak semua murid percaya dan menyadari kehadiran-Nya.
Kehadiran-Nya membawa damai sejahtera, bukan untuk melenyapkan persoalan hidup. Damai sejahtera yang diberikan Yesus menjadi kekuatan batin bagi kita untuk menghadapi aneka persoalan hidup. Kita dipanggil untuk hidup dalam damai sejahtera Tuhan dan membagikannya kepada sesama seperti para anggota Gereja perdana saling berbagi dan hidup sehati sepenanggungan. Bila kehadiran kita sebagai murid Yesus membawa damai sejahtera bagi orang lain, kita menghadirkan dan menampakkan Yesus sendiri sehingga berkat Paskah dapat dinikmati oleh banyak orang.
Doa: Tuhan Yesus, kubuka hatiku lebar-lebar untuk kehadiran-Mu dan penuhilah hidupku dengan damai sejahtera-Mu. Amin.
Sabtu, 30 April 2011,OKTAF PASKAH(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 16:9–15
Sabtu, 30 April 2011
OKTAF PASKAH (P)St. Marianus dan Yakobus; St. Pius V, Paus;
St. Yosef–Benedik Cottolengo; B. Benediktus dr Urbino
Bacaan I: Kis. 4:13–21
Mazmur : 118:1,14–15,16ab,18,19–21; R: 21a
Bacaan Injil : Mrk. 16:9–15
Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
Renungan
Paskah adalah warta gembira yang mengagetkan dan sekaligus membuka cakrawala. Yesus yang bangkit tidak hanya membuka pintu kubur, tetapi sekaligus membuka jalan ke masa depan dengan segala kemungkinan tidak terbatas. Paskah memberikan peluang dan kekuatan menangkap inspirasi baru yang benar, sah, dan berbuah. Paskah adalah kejutan secara positif yang membebaskan dan memberdayakan. Inspirasi dan paham baru yang ditawarkan Paskah kiranya menjadi milik kita dan kita luaskan menjadi milik seluruh dunia dan bukan hanya sekelumit kaum elit saja. Paskah adalah menjadikan yang impossible jadi possible!
Seorang perempuan, yang jarang diakui secara publik justru dipilih Yesus menjadi untuk narasumber dan saluran warta yang menggemparkan itu. Mungkin saja kesebelas murid agak kecewa mengapa bukan mereka yang pertama-tama dipilih-Nya, melainkan kepada Maria Magdalena.
Doa: Yesus, kuatkanlah aku meluaskan Paskah-Mu kepada lingkunganku. Bersama Engkau yang bangkit, aku dapat mengubah dunia ini. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
OKTAF PASKAH (P)St. Marianus dan Yakobus; St. Pius V, Paus;
St. Yosef–Benedik Cottolengo; B. Benediktus dr Urbino
Bacaan I: Kis. 4:13–21
Mazmur : 118:1,14–15,16ab,18,19–21; R: 21a
Bacaan Injil : Mrk. 16:9–15
Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya.Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya.
Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
Renungan
Paskah adalah warta gembira yang mengagetkan dan sekaligus membuka cakrawala. Yesus yang bangkit tidak hanya membuka pintu kubur, tetapi sekaligus membuka jalan ke masa depan dengan segala kemungkinan tidak terbatas. Paskah memberikan peluang dan kekuatan menangkap inspirasi baru yang benar, sah, dan berbuah. Paskah adalah kejutan secara positif yang membebaskan dan memberdayakan. Inspirasi dan paham baru yang ditawarkan Paskah kiranya menjadi milik kita dan kita luaskan menjadi milik seluruh dunia dan bukan hanya sekelumit kaum elit saja. Paskah adalah menjadikan yang impossible jadi possible!
Seorang perempuan, yang jarang diakui secara publik justru dipilih Yesus menjadi untuk narasumber dan saluran warta yang menggemparkan itu. Mungkin saja kesebelas murid agak kecewa mengapa bukan mereka yang pertama-tama dipilih-Nya, melainkan kepada Maria Magdalena.
Doa: Yesus, kuatkanlah aku meluaskan Paskah-Mu kepada lingkunganku. Bersama Engkau yang bangkit, aku dapat mengubah dunia ini. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Kamis, 28 April 2011
Jumat, 29 April 2011,OKTAF PASKAH(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 21:1–14
Jumat, 29 April 2011
OKTAF PASKAH (P) Sta. Katarina dr Siena; St. Petrus dr Verona; St. Hugh/Hugo Agung
Bacaan I: Kis. 4:1–12
Mazmur : 118:1–2,4,22–24,25–27a; R: 22
Bacaan Injil : Yoh. 21:1–14
Renungan
Tantangan yang dirasakan amat berat dapat menciutkan semangat. Cita-cita dan keyakinan bisa ditanggalkan dan orang kembali pada kebiasaan lama, kalau tidak menjadi putus asa. Orang membutuhkan daya tahan menghadapi kesulitan. Tangguh juga tidak sendirinya menjamin bahwa segala usaha akan terlaksana dengan lancar. Selalu perlu memiliki sikap, keterampilan, dan kesanggupan melihat kemungkinan baru selain dari yang itu ke itu saja.
Yesus mengajak murid mencampakkan jala ke sebelah kanan. Pasti para murid kaget kalau bukan merasa dilecehkan. Sah-sah saja berharap akan hal yang lain, tetapi Yesus pasti memberikan alternatif terbaik. Selain penyertaan Yesus, kita pun membutuhkan semangat dari orang lain agar sanggup menghadapi tantangan dan kalau ada alternatif yang disodorkan kita berharap agar alternatif itu meyakinkan. Bersama Yesus kita selalu memperoleh alternatif yang membebaskan.
Doa: Yesus, dengan-Mu aku akan sukses, bersama-Mu aku bahagia dan karena-Mu aku tidak akan binasa. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
OKTAF PASKAH (P) Sta. Katarina dr Siena; St. Petrus dr Verona; St. Hugh/Hugo Agung
Bacaan I: Kis. 4:1–12
Mazmur : 118:1–2,4,22–24,25–27a; R: 22
Bacaan Injil : Yoh. 21:1–14
Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: ”Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya: ”Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: ”Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Jawab mereka: ”Tidak ada.” Maka kata Yesus kepada mereka: ”Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ”Itu Tuhan.” Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. Kata Yesus kepada mereka: ”Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka: ”Marilah dan sarapanlah.”Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: ”Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.
Renungan
Tantangan yang dirasakan amat berat dapat menciutkan semangat. Cita-cita dan keyakinan bisa ditanggalkan dan orang kembali pada kebiasaan lama, kalau tidak menjadi putus asa. Orang membutuhkan daya tahan menghadapi kesulitan. Tangguh juga tidak sendirinya menjamin bahwa segala usaha akan terlaksana dengan lancar. Selalu perlu memiliki sikap, keterampilan, dan kesanggupan melihat kemungkinan baru selain dari yang itu ke itu saja.
Yesus mengajak murid mencampakkan jala ke sebelah kanan. Pasti para murid kaget kalau bukan merasa dilecehkan. Sah-sah saja berharap akan hal yang lain, tetapi Yesus pasti memberikan alternatif terbaik. Selain penyertaan Yesus, kita pun membutuhkan semangat dari orang lain agar sanggup menghadapi tantangan dan kalau ada alternatif yang disodorkan kita berharap agar alternatif itu meyakinkan. Bersama Yesus kita selalu memperoleh alternatif yang membebaskan.
Doa: Yesus, dengan-Mu aku akan sukses, bersama-Mu aku bahagia dan karena-Mu aku tidak akan binasa. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Rabu, 27 April 2011
Kamis, 28 April 2011,OKTAF PASKAH (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Luk. 24:35–48
Kamis, 28 April 2011
OKTAF PASKAH (P)St. Louis Marie Grignon de Montfort;
St. Petrus Louis Chanel; B. Lukhesius
Bacaan I: Kis. 3:11–26
Mazmur : 8:2a,5,6–7,8–9; R: 2ab
Bacaan Injil : Luk. 24:35–48
Renungan
Kebangkitan dialami oleh para murid dalam kontinuitas dengan pengalaman bersama Yesus sebelum wafat-Nya. Kontinuitas itu terutama dilihat dan dialami dalam ungkapan, perkataan, dan tindakan Yesus memberi damai sejahtera. Yesus dirasakan hadir karena Ia menegaskan pentingnya damai dan sejahtera, karena inti warta dan karya Yesus adalah damai dan kesejahteraan bagi umat manusia sebagaimana diwartakan para malaikat pada saat Natal pertama di Betlehem. Para murid-Nya pun merasakannya.
Paskah Kristus adalah wujud kemenangan dan perjuangan memperoleh damai dan sejahtera bagi semua manusia. Bukti Yesus bangkit adalah pewartaan damai dan sejahtera. Di mana ada damai, di situ hadir Kristus yang bangkit. Paskah ini benar-benar menjadi anugerah Kristus, bila damai dan sejahtera semakin dinikmati dan disebarluaskan manusia.
Doa: Bapa, anugerahkanlah damai ke bumiku ini dan lenyapkanlah dari hatiku keinginan menaklukkan orang lain. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
OKTAF PASKAH (P)St. Louis Marie Grignon de Montfort;
St. Petrus Louis Chanel; B. Lukhesius
Bacaan I: Kis. 3:11–26
Mazmur : 8:2a,5,6–7,8–9; R: 2ab
Bacaan Injil : Luk. 24:35–48
Lalu kedua orang itu pun menceritakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ”Damai sejahtera bagi kamu!” Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ”Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.Ia berkata kepada mereka: ”Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: ”Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”
Renungan
Kebangkitan dialami oleh para murid dalam kontinuitas dengan pengalaman bersama Yesus sebelum wafat-Nya. Kontinuitas itu terutama dilihat dan dialami dalam ungkapan, perkataan, dan tindakan Yesus memberi damai sejahtera. Yesus dirasakan hadir karena Ia menegaskan pentingnya damai dan sejahtera, karena inti warta dan karya Yesus adalah damai dan kesejahteraan bagi umat manusia sebagaimana diwartakan para malaikat pada saat Natal pertama di Betlehem. Para murid-Nya pun merasakannya.
Paskah Kristus adalah wujud kemenangan dan perjuangan memperoleh damai dan sejahtera bagi semua manusia. Bukti Yesus bangkit adalah pewartaan damai dan sejahtera. Di mana ada damai, di situ hadir Kristus yang bangkit. Paskah ini benar-benar menjadi anugerah Kristus, bila damai dan sejahtera semakin dinikmati dan disebarluaskan manusia.
Doa: Bapa, anugerahkanlah damai ke bumiku ini dan lenyapkanlah dari hatiku keinginan menaklukkan orang lain. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Selasa, 26 April 2011
Rabu, 27 April 2011,OKTAF PASKAH (P)(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Luk. 24:13–35
Rabu, 27 April 2011
OKTAF PASKAH (P) St. Petrus Kanisius; Sta. Zita; Sta. Lydia Longley
Bacaan I: Kis. 3:1–10
Mazmur : 105:1–2,3–4,6–7,8–9; R: 3b
Bacaan Injil : Luk. 24:13–35
Renungan
Pemilah-milahan kadang-kadang membosankan dan menjengkelkan. Akan tetapi, pemilah-milahan dalam dialog yang jujur dan tidak memaksa akan memudahkan orang melihat dan mencermati hal-hal yang belum dilihat dan ditanggapnya selama ini.
Kita membutuhkan rekan bicara bukan sekadar menjadi pendengar atau massa yang bertepuk tangan atas apa saja yang kita katakan. Percakapan dan pemilah-milahan yang dilaksanakan dengan hati yang menyimak akan membawa kita bukan saja kepada keputusan yang memuaskan, tetapi terutama kepada kehadiran Allah sendiri. Hal itu terjadi bukan hanya di jalan ke Emaus, tetapi dalam hidup kita setiap hari, bila kita siap saling mendengar dan menangkap apa yang benar dan hendak disampaikan oleh rekan dialog kita.
Doa: Yesus, berilah semangat berguru yang sejati dan jadikanlah aku murid yang setia mencari kehendak-Mu tanpa henti. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
OKTAF PASKAH (P) St. Petrus Kanisius; Sta. Zita; Sta. Lydia Longley
Bacaan I: Kis. 3:1–10
Mazmur : 105:1–2,3–4,6–7,8–9; R: 3b
Bacaan Injil : Luk. 24:13–35
Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Yesus berkata kepada mereka: ”Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: ”Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?” Kata-Nya kepada mereka: ”Apakah itu?” Jawab mereka: ”Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat.” Lalu Ia berkata kepada mereka:”Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Renungan
Pemilah-milahan kadang-kadang membosankan dan menjengkelkan. Akan tetapi, pemilah-milahan dalam dialog yang jujur dan tidak memaksa akan memudahkan orang melihat dan mencermati hal-hal yang belum dilihat dan ditanggapnya selama ini.
Kita membutuhkan rekan bicara bukan sekadar menjadi pendengar atau massa yang bertepuk tangan atas apa saja yang kita katakan. Percakapan dan pemilah-milahan yang dilaksanakan dengan hati yang menyimak akan membawa kita bukan saja kepada keputusan yang memuaskan, tetapi terutama kepada kehadiran Allah sendiri. Hal itu terjadi bukan hanya di jalan ke Emaus, tetapi dalam hidup kita setiap hari, bila kita siap saling mendengar dan menangkap apa yang benar dan hendak disampaikan oleh rekan dialog kita.
Doa: Yesus, berilah semangat berguru yang sejati dan jadikanlah aku murid yang setia mencari kehendak-Mu tanpa henti. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Senin, 25 April 2011
Selasa, 26 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 20:11–18
Selasa, 26 April 2011
OKTAF PASKAH (P)St. Vinsentius de Paul; Maria Bunda Penasihat yang Baik;
St. Kletus dan Marselinus, Paus; B. Rafael Arraiz Baron
Bacaan I: Kis. 2:36–41
Mazmur : 33:4–5,18–19,20,22; R: 5b
Bacaan Injil : Yoh. 20:11–18
Renungan
Yesus yang bangkit itu melarang Maria memegang-Nya. Sesudah kebangkitan, Yesus berelasi atas cara baru dengan murid-murid dan orang-orang yang dikasih-Nya: keadaan baru, pengharapan baru, suasana baru, dan penampilan baru.
Paskah membawa kita kepada keadaan dan praksis hidup secara baru. Untuk itu, bukti konkret memang mutlak relevan dan signifikan. Secara fisik kita sama saja dengan sebelum Paskah, tetapi Yesus yang bangkit itu menyuruh kita untuk memperbarui diri dan menampilkan diri kita atas cara yang baru. Kalau dahulu kita lebih cenderung dibantu, sesudah
Paskah kita lebih ingin membantu. Kalau dahulu kita ingin diperhatikan, sesudah Paskah ini kita lebih ingin memberi perhatian. Kalau dahulu kita ... maka sesudah Paskah kita ….
Doa: Bapa yang kudus, tariklah aku ke dalam rencana-Mu dan jadikanlah aku partner-Mu untuk meluaskan kabar sukacita-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
OKTAF PASKAH (P)St. Vinsentius de Paul; Maria Bunda Penasihat yang Baik;
St. Kletus dan Marselinus, Paus; B. Rafael Arraiz Baron
Bacaan I: Kis. 2:36–41
Mazmur : 33:4–5,18–19,20,22; R: 5b
Bacaan Injil : Yoh. 20:11–18
Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: ”Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: ”Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: ”Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: ”Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.”Kata Yesus kepadanya: ”Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: ”Rabuni!”, artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: ”Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: ”Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Renungan
Yesus yang bangkit itu melarang Maria memegang-Nya. Sesudah kebangkitan, Yesus berelasi atas cara baru dengan murid-murid dan orang-orang yang dikasih-Nya: keadaan baru, pengharapan baru, suasana baru, dan penampilan baru.
Paskah membawa kita kepada keadaan dan praksis hidup secara baru. Untuk itu, bukti konkret memang mutlak relevan dan signifikan. Secara fisik kita sama saja dengan sebelum Paskah, tetapi Yesus yang bangkit itu menyuruh kita untuk memperbarui diri dan menampilkan diri kita atas cara yang baru. Kalau dahulu kita lebih cenderung dibantu, sesudah
Paskah kita lebih ingin membantu. Kalau dahulu kita ingin diperhatikan, sesudah Paskah ini kita lebih ingin memberi perhatian. Kalau dahulu kita ... maka sesudah Paskah kita ….
Doa: Bapa yang kudus, tariklah aku ke dalam rencana-Mu dan jadikanlah aku partner-Mu untuk meluaskan kabar sukacita-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Minggu, 24 April 2011
Senin, 25 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 28:8–15
Senin, 25 April 2011
OKTAF PASKAH (P) St. Markus, Pengarang Injil
Bacaan I: Kis. 2:14,22–32
Mazmur : 16:1–2a,5,7–8,9–10,11
Bacaan Injil : Mat. 28:8–15
Renungan
Selain tentang kebangkitan Tuhan, Injil hari ini juga mengisahkan tentang perilaku para imam dan tokoh-tokoh masyarakat yang tidak patut dicontoh. Telah nyata-nyata bahwa mereka mendengar tentang kebenaran, tetapi mereka telah menutupi kebenaran itu dengan segala cara. Mereka pun sering kali menutup pintu-pintu Kerajaan Surga.
Di zaman sekarang ini, tidak jarang kita juga melihat sikap dan perilaku para imam dan tokoh masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus dalam hal kasih. Mungkin kita sendiri pernah berhadapan dengan imam yang seperti itu: di altar memberi berkat, tetapi di luar altar mengutuk; di altar mengajarkan kasih, tetapi di luar altar membenci dan mencaci maki; di altar berbicara tentang pengurbanan, tetapi di luar altar selalu mengeluh dan menyalahkan orang lain. Terhadap imam dan tokoh masyarakat yang tidak bisa dijadikan teladan dalam bertutur kata dan bertingkah laku, bagaimanakah hendaknya kita bersikap?
Yesus telah mengingatkan kita supaya kita tetap menghormati mereka dan mendengarkan apa yang mereka ajarkan, tetapi jangan kita ikuti perbuatan mereka yang tidak sesuai dengan ajaran kasih-Nya (bdk. Mat 23:2–3). Untuk mereka yang telah menyimpang dari jalan Tuhan, hendaknya kita turut mendoakan mereka supaya—oleh rahmat Tuhan—mereka dapat kembali ke jalan-Nya.
Doa: Ya Tuhan, berkatilah para imam-Mu yang Kauutus bagi umat-Mu. Jadikanlah mereka gembala-Mu yang sejati, yang menggembalakan umat-Mu hingga selamat sampai kepada-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
OKTAF PASKAH (P) St. Markus, Pengarang Injil
Bacaan I: Kis. 2:14,22–32
Mazmur : 16:1–2a,5,7–8,9–10,11
Bacaan Injil : Mat. 28:8–15
Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: ”Salam bagimu.” Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.Maka kata Yesus kepada mereka: ”Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.” Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: ”Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.” Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.
Renungan
Selain tentang kebangkitan Tuhan, Injil hari ini juga mengisahkan tentang perilaku para imam dan tokoh-tokoh masyarakat yang tidak patut dicontoh. Telah nyata-nyata bahwa mereka mendengar tentang kebenaran, tetapi mereka telah menutupi kebenaran itu dengan segala cara. Mereka pun sering kali menutup pintu-pintu Kerajaan Surga.
Di zaman sekarang ini, tidak jarang kita juga melihat sikap dan perilaku para imam dan tokoh masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus dalam hal kasih. Mungkin kita sendiri pernah berhadapan dengan imam yang seperti itu: di altar memberi berkat, tetapi di luar altar mengutuk; di altar mengajarkan kasih, tetapi di luar altar membenci dan mencaci maki; di altar berbicara tentang pengurbanan, tetapi di luar altar selalu mengeluh dan menyalahkan orang lain. Terhadap imam dan tokoh masyarakat yang tidak bisa dijadikan teladan dalam bertutur kata dan bertingkah laku, bagaimanakah hendaknya kita bersikap?
Yesus telah mengingatkan kita supaya kita tetap menghormati mereka dan mendengarkan apa yang mereka ajarkan, tetapi jangan kita ikuti perbuatan mereka yang tidak sesuai dengan ajaran kasih-Nya (bdk. Mat 23:2–3). Untuk mereka yang telah menyimpang dari jalan Tuhan, hendaknya kita turut mendoakan mereka supaya—oleh rahmat Tuhan—mereka dapat kembali ke jalan-Nya.
Doa: Ya Tuhan, berkatilah para imam-Mu yang Kauutus bagi umat-Mu. Jadikanlah mereka gembala-Mu yang sejati, yang menggembalakan umat-Mu hingga selamat sampai kepada-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Rabu, 20 April 2011
Kamis, 21 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 13:1–15
Kamis, 21 April 2011
KAMIS PUTIH (P)St. Anselmus; St. Simon bar Sabbae;
St. Konradus dr Parzham
Bacaan I: Kel. 12:1–8,11–14
Mazmur : 116:12–13,15–16bc,17–18; R: 1Kor. 10:16
Bacaan II : 1Kor. 11: 23–26
Bacaan Injil : Yoh. 13:1–15
Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka, ”Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”
Renungan
Mengikuti dan setia kepada Yesus pada saat segalanya berjalan mulus, tidak ada sulitnya. Yang berat adalah mengikuti-Nya dalam segala aspek hidup: pahit dan manis, menyenangkan dan membosankan, ringan dan berat dalam perjalanan seluruh waktu, saat ditinggalkan, dan bahkan dikhianati.
Yesus menekankan murid-Nya untuk mampu memaafkan dan mengampuni. Bahkan, Yesus menyerahkan tubuh dan darah-Nya demi para murid-Nya. Mengikuti Yesus berarti mengulangi kedua aspek tindakan-Nya itu: saat sedih atau gembira; saat perasaan ringan atau pada saat pikiran terbebani. Kesetiaan itu diandaikan dalam semua situasi apa pun bentuk dan isinya. Kita harus memulai secara konkret dalam satu aspek agar dapat melaksanakan aspek lainnya.
Doa: Yesus, di jalan salib, Engkau terjatuh, tetapi bangkit lagi. Berilah aku kekuatan dan keberanian untuk selalu bangkit kembali dari tiap kesulitan. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
KAMIS PUTIH (P)St. Anselmus; St. Simon bar Sabbae;
St. Konradus dr Parzham
Bacaan I: Kel. 12:1–8,11–14
Mazmur : 116:12–13,15–16bc,17–18; R: 1Kor. 10:16
Bacaan II : 1Kor. 11: 23–26
Bacaan Injil : Yoh. 13:1–15
Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus.Kata Petrus kepada-Nya, ”Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” Jawab Yesus kepadanya: ”Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” Kata Petrus kepada-Nya: ”Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus: ”Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” Kata Simon Petrus kepada-Nya, ”Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” Kata Yesus kepadanya: ”Barang siapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata, ”Tidak semua kamu bersih.”
Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka, ”Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”
Renungan
Mengikuti dan setia kepada Yesus pada saat segalanya berjalan mulus, tidak ada sulitnya. Yang berat adalah mengikuti-Nya dalam segala aspek hidup: pahit dan manis, menyenangkan dan membosankan, ringan dan berat dalam perjalanan seluruh waktu, saat ditinggalkan, dan bahkan dikhianati.
Yesus menekankan murid-Nya untuk mampu memaafkan dan mengampuni. Bahkan, Yesus menyerahkan tubuh dan darah-Nya demi para murid-Nya. Mengikuti Yesus berarti mengulangi kedua aspek tindakan-Nya itu: saat sedih atau gembira; saat perasaan ringan atau pada saat pikiran terbebani. Kesetiaan itu diandaikan dalam semua situasi apa pun bentuk dan isinya. Kita harus memulai secara konkret dalam satu aspek agar dapat melaksanakan aspek lainnya.
Doa: Yesus, di jalan salib, Engkau terjatuh, tetapi bangkit lagi. Berilah aku kekuatan dan keberanian untuk selalu bangkit kembali dari tiap kesulitan. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Selasa, 19 April 2011
Rabu, 20 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 26:14–25
Rabu, 20 April 2011
Pekan Suci (U) St. Teodorus Trichinas; Sta. Oda
Bacaan I: Yes 50:4–9a
Mazmur : 69:8–10,21bcd–22,31,33–34
Bacaan Injil : Mat. 26:14–25
Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: ”Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab: ”Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya, ”Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: ”Engkau telah mengatakannya.”
Renungan
Kebebasan adalah milik yang paling berharga dan tidak bisa diganggu gugat dalam diri manusia. Bahkan, Tuhan tidak mungkin mengingkari kebebasan yang dimiliki oleh manusia. Seperti halnya yang terjadi pada diri Yudas yang sudah diperingatkan Yesus akan rencana buruk dan jahatnya, tetapi Yudas bersikukuh melanjutkan rencananya entah karena alasan apa pun. Tuhan tidak mau mengurangi kebebasan Yudas dan menghadang niat jahat itu, kendati Yesus bisa saja membatalkannya.
Kebebasan berpikir tidak dapat diberangus apalagi dibunuh. Dan justru itulah, seharusnya yang menjadi dorongan bagi kita untuk tidak berhenti menggunakan kebebasan kita demi kebaikan manusia umumnya, di mana kepentingan kita juga ditampung dan menjadi bagian di dalamnya. Kebebasan kita semakin murni dan kuat bila kita selalu kembali kepada Yesus Kristus, Kebebasan Sejati itu.
Doa: Tuhan, terima kasih atas kebebasan yang Engkau berikan kepadaku. Lindungilah aku agar tidak menyalahgunakan kebebasan itu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Suci (U) St. Teodorus Trichinas; Sta. Oda
Bacaan I: Yes 50:4–9a
Mazmur : 69:8–10,21bcd–22,31,33–34
Bacaan Injil : Mat. 26:14–25
Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: ”Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: ”Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus: ”Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.” Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.
Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: ”Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab: ”Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya, ”Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: ”Engkau telah mengatakannya.”
Renungan
Kebebasan adalah milik yang paling berharga dan tidak bisa diganggu gugat dalam diri manusia. Bahkan, Tuhan tidak mungkin mengingkari kebebasan yang dimiliki oleh manusia. Seperti halnya yang terjadi pada diri Yudas yang sudah diperingatkan Yesus akan rencana buruk dan jahatnya, tetapi Yudas bersikukuh melanjutkan rencananya entah karena alasan apa pun. Tuhan tidak mau mengurangi kebebasan Yudas dan menghadang niat jahat itu, kendati Yesus bisa saja membatalkannya.
Kebebasan berpikir tidak dapat diberangus apalagi dibunuh. Dan justru itulah, seharusnya yang menjadi dorongan bagi kita untuk tidak berhenti menggunakan kebebasan kita demi kebaikan manusia umumnya, di mana kepentingan kita juga ditampung dan menjadi bagian di dalamnya. Kebebasan kita semakin murni dan kuat bila kita selalu kembali kepada Yesus Kristus, Kebebasan Sejati itu.
Doa: Tuhan, terima kasih atas kebebasan yang Engkau berikan kepadaku. Lindungilah aku agar tidak menyalahgunakan kebebasan itu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Senin, 18 April 2011
Selasa, 19 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 13:21–33,36–38
Selasa, 19 April 2011
Pekan Suci (U)
St. Leo IX, Paus; Sta. Tarbula; St. Elfege; St. Werner; Sta. Agnes Montepulciano
Bacaan I : Yes. 49:1–6
Mazmur : 71:1-2,3–4a,5–6ab,15,17; R: 15
Bacaan Injil : Yoh. 13:21–33,36–38
Renungan
Tidak pernah terpikirkan sahabat akan mengkhianati sahabatnya. Tidak pernah terbayangkan orang menikah untuk saling menyakiti dan saling menceraikan. Tidak ada seorang pun mengucapkan kaul kekal dengan rencana akan meminta dispensasi. Namun, adalah fakta bahwa frustrasi menjadi bagian kehidupan kita yang mendorong kita mengambil keputusan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Kita lalu kecewa dan mungkin mengecewakan orang lain juga.
Yesus tahu apa yang akan terjadi. Yesus dikhianati oleh murid-murid-Nya sendiri. Yesus sangat kecewa, tetapi tidak membiarkan diri-Nya terjebak oleh keadaan yang demikian.
Kalau kekecewaan kita karena kita merasa dan sadar bahwa sikap dan perilaku kita tidak sesuai dengan apa yang diharapkan Allah, kita harus berjuang terus untuk memperbaiki diri kita. Kita harus kembali kepada Tuhan karena Tuhan sendirilah yang mampu menguatkan kita untuk sampai kepada akhir perjuangan dan perjalanan hidup kita.
Doa
Yesus, Engkau tidak pernah mengecewakan aku. Ingatkanlah aku agar tidak mengecewakan Engkau dan orang yang mengharapkan saya. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Suci (U)
St. Leo IX, Paus; Sta. Tarbula; St. Elfege; St. Werner; Sta. Agnes Montepulciano
Bacaan I : Yes. 49:1–6
Mazmur : 71:1-2,3–4a,5–6ab,15,17; R: 15
Bacaan Injil : Yoh. 13:21–33,36–38
Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: ”Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!” Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: ”Tuhan, siapakah itu?” Jawab Yesus: ”Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya, ”Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”... Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: ”Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu.Simon Petrus berkata kepada Yesus: ”Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” Jawab Yesus: ”Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.” Kata Petrus kepada-Nya: ”Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!” Jawab Yesus: ”Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”
Renungan
Tidak pernah terpikirkan sahabat akan mengkhianati sahabatnya. Tidak pernah terbayangkan orang menikah untuk saling menyakiti dan saling menceraikan. Tidak ada seorang pun mengucapkan kaul kekal dengan rencana akan meminta dispensasi. Namun, adalah fakta bahwa frustrasi menjadi bagian kehidupan kita yang mendorong kita mengambil keputusan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Kita lalu kecewa dan mungkin mengecewakan orang lain juga.
Yesus tahu apa yang akan terjadi. Yesus dikhianati oleh murid-murid-Nya sendiri. Yesus sangat kecewa, tetapi tidak membiarkan diri-Nya terjebak oleh keadaan yang demikian.
Kalau kekecewaan kita karena kita merasa dan sadar bahwa sikap dan perilaku kita tidak sesuai dengan apa yang diharapkan Allah, kita harus berjuang terus untuk memperbaiki diri kita. Kita harus kembali kepada Tuhan karena Tuhan sendirilah yang mampu menguatkan kita untuk sampai kepada akhir perjuangan dan perjalanan hidup kita.
Doa
Yesus, Engkau tidak pernah mengecewakan aku. Ingatkanlah aku agar tidak mengecewakan Engkau dan orang yang mengharapkan saya. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Jumat, 15 April 2011
Senin, 18 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 12:1–11
Senin, 18 April 2011
Pekan Suci (U)
St. Eleutherius, Paus;
B. Maria dr Inkarnasi
Bacaan I : Yes. 42:1–7
Mazmur : 27:1,2,3,13–14; R: 1a
Bacaan Injil : Yoh. 12:1–11
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:” Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
Maka kata Yesus: ”Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.”
Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermufakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.
Renungan
Kedekatan dan relasi sering menuntut bukti yang terlalu mahal, bukan terutama dalam nilai material, tetapi nilai yang dikandungnya. Taksiran harga tidak menjadi perhitungan pertama, melainkan muatan yang dikandung hati secara terdalam. Saat seperti itu tidak membutuhkan untaian kata, melainkan hati yang terpaut satu sama lain. Kebisuan merupakan isyarat mendalam yang harus dimaknai dengan jujur.
Kadang-kadang dibutuhkan bukti yang mengungkapkan kedekatan, penghargaan, dan kasih terdalam tanpa peduli akan nilai material. Bahkan, yang kerap paling dibutuhkan adalah kesediaan menderita dan kemampuan mengerti yang tidak dapat dijelaskan dengan kata. Agaknya Maria mengungkapkan hal itu kepada Yesus pada saat yang paling ”memar”. Mampu dan beranikah kita berguru kepada Maria yang memilih saat yang paling sulit dan bukan yang paling gampang?
Doa: Bapa di surga, terima kasih untuk Bunda Maria yang selalu baik dan selalu menolong. Semoga aku beriman teguh seperti Bunda Maria. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Suci (U)
St. Eleutherius, Paus;
B. Maria dr Inkarnasi
Bacaan I : Yes. 42:1–7
Mazmur : 27:1,2,3,13–14; R: 1a
Bacaan Injil : Yoh. 12:1–11
Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:” Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
Maka kata Yesus: ”Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.”
Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermufakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.
Renungan
Kedekatan dan relasi sering menuntut bukti yang terlalu mahal, bukan terutama dalam nilai material, tetapi nilai yang dikandungnya. Taksiran harga tidak menjadi perhitungan pertama, melainkan muatan yang dikandung hati secara terdalam. Saat seperti itu tidak membutuhkan untaian kata, melainkan hati yang terpaut satu sama lain. Kebisuan merupakan isyarat mendalam yang harus dimaknai dengan jujur.
Kadang-kadang dibutuhkan bukti yang mengungkapkan kedekatan, penghargaan, dan kasih terdalam tanpa peduli akan nilai material. Bahkan, yang kerap paling dibutuhkan adalah kesediaan menderita dan kemampuan mengerti yang tidak dapat dijelaskan dengan kata. Agaknya Maria mengungkapkan hal itu kepada Yesus pada saat yang paling ”memar”. Mampu dan beranikah kita berguru kepada Maria yang memilih saat yang paling sulit dan bukan yang paling gampang?
Doa: Bapa di surga, terima kasih untuk Bunda Maria yang selalu baik dan selalu menolong. Semoga aku beriman teguh seperti Bunda Maria. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Minggu, 17 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 26:14–27:66 (Mat. 27:11–54)
Minggu, 17 April 2011
Minggu Palma (M) St. Anisetus, Paus; Sta. Klara Gambacorta; B. Baptista Spagnoli dr Mantua
Bacaan I: Yes. 50:4–7
Mazmur : 22:8–9,17–18a,19–20,23–24; R: 2a
Bacaan II : Flp. 2:6–11
Bacaan Injil : Mat. 26:14–27:66 (Mat. 27:11–54)
Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: ”Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab: ”Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: ”Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: ”Engkau telah mengatakannya.”
Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: ”Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: ”Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)
Renungan
Mempertahankan antusiasme dan setia pada komitmen menjadi pesan utama perayaan hari ini. Dapat terjadi, orang amat antusias dan bersemangat pada awalnya, tetapi manakala bersua kesulitan, semangat yang sempat menggelora pudar atau bahkan menghilang. Minggu Palma mengingatkan kita bahwa antusiasme harus terus dipelihara dan dijaga. Bagaikan pohon palma, kita harus mampu bertahan dalam segala musim.
Hari-hari tidak selalu cerah, sering kelabu atau mungkin saja terlalu kelabu hingga bukan saja membosankan, tetapi juga melelahkan. Hari-hari seperti itu mesti diisi dan dimaknai sebaik mungkin. Antusiasme sejati akan menjadi milik kita bila kita setia pada komitmen yang sudah kita pilih. Kesetiaan itulah yang menolong kita untuk sampai ke tujuan karena kita tahu musim berganti dan cuaca tidak selalu sempurna.
Doa: Tuhan Yesus, pada saat kesulitan dan godaan datang, berdirilah di sampingku dan menguatkanku agar tidak goyah. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Minggu Palma (M) St. Anisetus, Paus; Sta. Klara Gambacorta; B. Baptista Spagnoli dr Mantua
Bacaan I: Yes. 50:4–7
Mazmur : 22:8–9,17–18a,19–20,23–24; R: 2a
Bacaan II : Flp. 2:6–11
Bacaan Injil : Mat. 26:14–27:66 (Mat. 27:11–54)
Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: ”Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: ”Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus: ”Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.” Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.
Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: ”Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab: ”Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: ”Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: ”Engkau telah mengatakannya.”
Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: ”Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: ”Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)
Renungan
Mempertahankan antusiasme dan setia pada komitmen menjadi pesan utama perayaan hari ini. Dapat terjadi, orang amat antusias dan bersemangat pada awalnya, tetapi manakala bersua kesulitan, semangat yang sempat menggelora pudar atau bahkan menghilang. Minggu Palma mengingatkan kita bahwa antusiasme harus terus dipelihara dan dijaga. Bagaikan pohon palma, kita harus mampu bertahan dalam segala musim.
Hari-hari tidak selalu cerah, sering kelabu atau mungkin saja terlalu kelabu hingga bukan saja membosankan, tetapi juga melelahkan. Hari-hari seperti itu mesti diisi dan dimaknai sebaik mungkin. Antusiasme sejati akan menjadi milik kita bila kita setia pada komitmen yang sudah kita pilih. Kesetiaan itulah yang menolong kita untuk sampai ke tujuan karena kita tahu musim berganti dan cuaca tidak selalu sempurna.
Doa: Tuhan Yesus, pada saat kesulitan dan godaan datang, berdirilah di sampingku dan menguatkanku agar tidak goyah. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Sabtu, 16 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 11:45–56
Sabtu, 16 April 2011
Pekan Prapaskah V (U) Sta. Bernadette Soubirous; St. Paternus
Bacaan I: Yeh. 37:21–28
Mazmur : Yer. 31:10,11–12ab,13; R: 10d
Bacaan Injil : Yoh. 11:45–56
Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya.
Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: ”Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?”
Renungan
Kita mesti mengenyahkan sikap loyo, sikap cepat mengalah, atau kehilangan semangat. Kesulitan dapat diatasi, dan kemajuan hanya dapat diraih oleh dua upaya serentak: mengurangi ancaman dari luar dengan menyadari kekuatan di dalam.
Mesti dijaga dan dipegang rasa kebanggaan yang sejati dalam diri dan komunitas kita. Karenanya kita harus menjadi anggota yang benar-benar cinta dan bangga akan lembaga, berbuah di dalamnya, dan tidak meninggalkan kelompok atau komunitas. Kemajuan tiap komunitas ditopang dua sikap: minimalisasi ancaman dari luar dan peningkatan kekuatan di dalam. Menekankan hanya satu aspek saja akan mempercepat kita kehilangan energi dan harga diri. Menggantungkan nasib kepada kelompok luar semata akan mempercepat proses kehancuran.
Doa: Bapa, curahilah aku dengan rasa cinta yang mendalam akan Firman dan anugerah-Mu agar aku benar-benar menjadi murid Putra-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Prapaskah V (U) Sta. Bernadette Soubirous; St. Paternus
Bacaan I: Yeh. 37:21–28
Mazmur : Yer. 31:10,11–12ab,13; R: 10d
Bacaan Injil : Yoh. 11:45–56
Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceritakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: ”Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mukjizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.” Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: ”Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.” Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.
Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya.
Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: ”Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?”
Renungan
Kita mesti mengenyahkan sikap loyo, sikap cepat mengalah, atau kehilangan semangat. Kesulitan dapat diatasi, dan kemajuan hanya dapat diraih oleh dua upaya serentak: mengurangi ancaman dari luar dengan menyadari kekuatan di dalam.
Mesti dijaga dan dipegang rasa kebanggaan yang sejati dalam diri dan komunitas kita. Karenanya kita harus menjadi anggota yang benar-benar cinta dan bangga akan lembaga, berbuah di dalamnya, dan tidak meninggalkan kelompok atau komunitas. Kemajuan tiap komunitas ditopang dua sikap: minimalisasi ancaman dari luar dan peningkatan kekuatan di dalam. Menekankan hanya satu aspek saja akan mempercepat kita kehilangan energi dan harga diri. Menggantungkan nasib kepada kelompok luar semata akan mempercepat proses kehancuran.
Doa: Bapa, curahilah aku dengan rasa cinta yang mendalam akan Firman dan anugerah-Mu agar aku benar-benar menjadi murid Putra-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Kamis, 14 April 2011
Jumat, 15 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 10:31–42
Jumat, 15 April 2011
Pekan Prapaskah V (U) B. Pedro Gonzalez; B. Damian de Veuster
Bacaan I: Yer. 20:10–13
Mazmur : 18:2–3a,3bc–4,5–6,7; R: 7
Bacaan Injil : Yoh. 10:31–42
Renungan
Kita dapat terperangkap oleh kebaikan kita sendiri atau oleh hal yang kita pandang sebagai kehendak baik. Keutamaan pun dapat menjadi semacam benteng yang bukan saja melindungi, tetapi juga serentak membatasi kita dari kemungkinan yang lebih luhur. Perjuangan kita mencari kebenaran memang selalu tentatif, tetapi mesti kreatif.
Kita adalah makhluk pencari dan penjelajah. Kita tidak pernah boleh memenjarakan diri sendiri bagaikan dalam benteng yang tidak dapat dikunjungi atau dimasuki pihak lain. Kita mesti berlatih dan membiarkan diri tetap berkembang. Berlatih melihat apa yang belum kita lihat dan mencari kebijakan yang belum kita temukan sampai saat ini. Sikap dan perilaku ini juga akan menjadi bukti dan tanda pluriformitas yang kita hargai dalam masyarakat dan komunitas Katolik kita.
Doa: Tuhan, beranikanlah aku untuk ikut bermurah hati seperti Engkau, dan tidak pernah menghitung jasa atau kebaikanku sendiri. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Prapaskah V (U) B. Pedro Gonzalez; B. Damian de Veuster
Bacaan I: Yer. 20:10–13
Mazmur : 18:2–3a,3bc–4,5–6,7; R: 7
Bacaan Injil : Yoh. 10:31–42
Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: ”Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu, ”Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” Kata Yesus kepada mereka, ”Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah — sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan —, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: ”Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.” Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.
Renungan
Kita dapat terperangkap oleh kebaikan kita sendiri atau oleh hal yang kita pandang sebagai kehendak baik. Keutamaan pun dapat menjadi semacam benteng yang bukan saja melindungi, tetapi juga serentak membatasi kita dari kemungkinan yang lebih luhur. Perjuangan kita mencari kebenaran memang selalu tentatif, tetapi mesti kreatif.
Kita adalah makhluk pencari dan penjelajah. Kita tidak pernah boleh memenjarakan diri sendiri bagaikan dalam benteng yang tidak dapat dikunjungi atau dimasuki pihak lain. Kita mesti berlatih dan membiarkan diri tetap berkembang. Berlatih melihat apa yang belum kita lihat dan mencari kebijakan yang belum kita temukan sampai saat ini. Sikap dan perilaku ini juga akan menjadi bukti dan tanda pluriformitas yang kita hargai dalam masyarakat dan komunitas Katolik kita.
Doa: Tuhan, beranikanlah aku untuk ikut bermurah hati seperti Engkau, dan tidak pernah menghitung jasa atau kebaikanku sendiri. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Rabu, 13 April 2011
Kamis, 14 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 8:51–59
Kamis, 14 April 2011
Pekan Prapaskah V (U) St. Tiburtius, Valerianus dan Maximus; Sta. Lidwina
Bacaan I: Kej. 17:3–9
Mazmur : 105:4-5,6–7,8–9; R: 8a
Bacaan Injil : Yoh. 8:51–59
Renungan
Kebenaran membebaskan, kendati kita sering alami bahwa yang memihak kebenaran tidak selalu bebas dari tekanan. Ancaman, teror, dan rasa tidak aman merupakan bagian dari kenyataan yang sering harus dihadapi.
Kita terkadang merasa shock manakala dihadapkan dengan kebenaran karena ternyata kita harus menyesuaikan diri dengan tuntutannya. Proses penyesuaian diri itu pun tidak selalu gampang. Selalu mulai dengan kalkulasi untung rugi, selain kita juga memiliki keraguan pada diri sendiri.
Yesus menegaskan bahwa kebenaran harus dicari dan diungkapkan terus-menerus kendati besar kemungkinannya menjadi kurang populer, kehilangan posisi, bahkan persahabatan. Kebenaran adalah kebenaran, tanpa tetapi atau syarat lainnya. Kita perlu belajar mencari dan mengungkapkan kebenaran itu dengan cara yang benar dan mudah dicerna.
Doa: Bapa, Firman-Mu adalah kebenaran. Jangan biarkan aku tersesat, dan kuatkanlah aku selalu berada di jalan-Mu walau sering tidak populer. Amin.
Pekan Prapaskah V (U) St. Tiburtius, Valerianus dan Maximus; Sta. Lidwina
Bacaan I: Kej. 17:3–9
Mazmur : 105:4-5,6–7,8–9; R: 8a
Bacaan Injil : Yoh. 8:51–59
”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: ”Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barang siapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar daripada bapa kita Abraham, yang telah mati!Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?” Jawab Yesus: ”Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata, Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: ”Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” Kata Yesus kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.
Renungan
Kebenaran membebaskan, kendati kita sering alami bahwa yang memihak kebenaran tidak selalu bebas dari tekanan. Ancaman, teror, dan rasa tidak aman merupakan bagian dari kenyataan yang sering harus dihadapi.
Kita terkadang merasa shock manakala dihadapkan dengan kebenaran karena ternyata kita harus menyesuaikan diri dengan tuntutannya. Proses penyesuaian diri itu pun tidak selalu gampang. Selalu mulai dengan kalkulasi untung rugi, selain kita juga memiliki keraguan pada diri sendiri.
Yesus menegaskan bahwa kebenaran harus dicari dan diungkapkan terus-menerus kendati besar kemungkinannya menjadi kurang populer, kehilangan posisi, bahkan persahabatan. Kebenaran adalah kebenaran, tanpa tetapi atau syarat lainnya. Kita perlu belajar mencari dan mengungkapkan kebenaran itu dengan cara yang benar dan mudah dicerna.
Doa: Bapa, Firman-Mu adalah kebenaran. Jangan biarkan aku tersesat, dan kuatkanlah aku selalu berada di jalan-Mu walau sering tidak populer. Amin.
Selasa, 12 April 2011
Rabu, 13 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 8:31–42
Rabu, 13 April 2011
Pekan Prapaskah V (U) St. Martinus I, Paus; Sta. Margaretha dr Metola
Bacaan I: Dan. 3:14–20,24–25,28
Mazmur : Dan. 3:52,53,54,55,56; R: 52b
Bacaan Injil : Yoh. 8:31–42
Renungan
Bukan kartu keanggotaan atau ID yang serta-merta membuat seseorang menjadi anggota benaran. Keanggotaan sejati terlaksana manakala seseorang menjalankan dengan tulus dan tanpa pamrih cita-cita dan misi kelompok atau institusinya. Keturunan atau silsilah apalagi pertetanggaan tidak menjadikan seseorang memiliki kualitas kelompok secara pasti. Hal itu cuma salah satu dari sekian kemungkinan dan kesempatan. Kualitas dimiliki dan ditampakkan oleh perbuatan dan tindakan memperjuangkan cita-cita.
Surat baptis tidak menjamin bahwa seseorang menjadi orang Katolik yang militan. Praksis hidupnyalah yang membuktikan kekatolikan itu entah dengan atau tanpa surat baptis. Aksesoris keagamaan tidak menjamin keaslian keanggotaan. Komitmen kepada identitas sejati dalam tindakan, spiritualitas, dan pergaulanlah bukti keanggotaan autentik.
Doa: Bapa di surga, beranikanlah aku untuk tetap mengakui dan percaya kepada-Mu apa pun yang terjadi. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Prapaskah V (U) St. Martinus I, Paus; Sta. Margaretha dr Metola
Bacaan I: Dan. 3:14–20,24–25,28
Mazmur : Dan. 3:52,53,54,55,56; R: 52b
Bacaan Injil : Yoh. 8:31–42
Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya, ”Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Jawab mereka: ”Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata, Kamu akan merdeka?” Kata Yesus kepada mereka, ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu.” Jawab mereka kepada-Nya: ”Bapa kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka: ”Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.” Jawab mereka: ”Kami tidak dilahirkan dari zina. Bapa kami satu, yaitu Allah.” Kata Yesus kepada mereka: ”Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.”
Renungan
Bukan kartu keanggotaan atau ID yang serta-merta membuat seseorang menjadi anggota benaran. Keanggotaan sejati terlaksana manakala seseorang menjalankan dengan tulus dan tanpa pamrih cita-cita dan misi kelompok atau institusinya. Keturunan atau silsilah apalagi pertetanggaan tidak menjadikan seseorang memiliki kualitas kelompok secara pasti. Hal itu cuma salah satu dari sekian kemungkinan dan kesempatan. Kualitas dimiliki dan ditampakkan oleh perbuatan dan tindakan memperjuangkan cita-cita.
Surat baptis tidak menjamin bahwa seseorang menjadi orang Katolik yang militan. Praksis hidupnyalah yang membuktikan kekatolikan itu entah dengan atau tanpa surat baptis. Aksesoris keagamaan tidak menjamin keaslian keanggotaan. Komitmen kepada identitas sejati dalam tindakan, spiritualitas, dan pergaulanlah bukti keanggotaan autentik.
Doa: Bapa di surga, beranikanlah aku untuk tetap mengakui dan percaya kepada-Mu apa pun yang terjadi. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Senin, 11 April 2011
Selasa, 12 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Selasa, 12 April 2011
Selasa, 12 April 2011
Pekan Prapaskah V (U) St. Yulius I, Paus; St. Sabas dr Goth
Bacaan I: Bil. 21:4–9
Mazmur : 102:2–3,16–18,19–21; R: 2
Bacaan Injil : Yoh. 8:21–30
Maka kata mereka kepada-Nya: ”Siapakah Engkau?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia.” Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: ”Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.”
Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
Renungan
Tidak jarang kita mendengar atau kita sendiri yang mengatakan, ”… seandainya saya tahu bahwa ….” Pengakuan ini tentu tidak bisa menjadi alasan untuk memperoleh maaf atas tindakan atau perbuatan keliru di masa lalu. Setulus dan sejujur apa pun pernyataan ini, harus dicamkan bahwa tidak ada kesalahan yang sudah telanjur dilakukan dengan sendirinya akan terhapus. Kesalahan adalah kesalahan, kendati dapat diperbaiki kemudian. Kalau mau diperbaiki maka mesti dimulai dengan silih dan tidak pernah mengulanginya lagi.
Ada orang yang berpendapat bahwa semua keterangan dan seluk-beluk perkara harus terlebih dahulu dimiliki secara lengkap baru bisa bertindak dengan benar. Tidak mesti demikian! Perbuatan baik harus dilakukan dengan baik dan benar, terlepas apakah semua data disajikan atau tidak. Kita mesti makin bijak membaca situasi dan melaksanakan apa yang terbaik yang dapat dilaksanakan.
Doa: Tuhan, jauhkanlah aku dari sikap mencari-cari alasan atau sikap ingin menang sendiri, tetapi limpahilah aku dengan kebijaksanaan-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Prapaskah V (U) St. Yulius I, Paus; St. Sabas dr Goth
Bacaan I: Bil. 21:4–9
Mazmur : 102:2–3,16–18,19–21; R: 2
Bacaan Injil : Yoh. 8:21–30
Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: ”Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” Maka kata orang-orang Yahudi itu: ”Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?” Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.”
Maka kata mereka kepada-Nya: ”Siapakah Engkau?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia.” Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: ”Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.”
Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
Renungan
Tidak jarang kita mendengar atau kita sendiri yang mengatakan, ”… seandainya saya tahu bahwa ….” Pengakuan ini tentu tidak bisa menjadi alasan untuk memperoleh maaf atas tindakan atau perbuatan keliru di masa lalu. Setulus dan sejujur apa pun pernyataan ini, harus dicamkan bahwa tidak ada kesalahan yang sudah telanjur dilakukan dengan sendirinya akan terhapus. Kesalahan adalah kesalahan, kendati dapat diperbaiki kemudian. Kalau mau diperbaiki maka mesti dimulai dengan silih dan tidak pernah mengulanginya lagi.
Ada orang yang berpendapat bahwa semua keterangan dan seluk-beluk perkara harus terlebih dahulu dimiliki secara lengkap baru bisa bertindak dengan benar. Tidak mesti demikian! Perbuatan baik harus dilakukan dengan baik dan benar, terlepas apakah semua data disajikan atau tidak. Kita mesti makin bijak membaca situasi dan melaksanakan apa yang terbaik yang dapat dilaksanakan.
Doa: Tuhan, jauhkanlah aku dari sikap mencari-cari alasan atau sikap ingin menang sendiri, tetapi limpahilah aku dengan kebijaksanaan-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Jumat, 08 April 2011
Senin, 11 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 8:1–11
Senin, 11 April 2011
Pekan Prapaskah V (U) Pw St. Stanislaus dr Krakow;St. George Gervase
Bacaan I: Dan. 13:41c–62
Mazmur : 23:1–3a,3b–4,5,6; R: 4ab
Bacaan Injil : Yoh. 8:1–11
Tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zina. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: ”Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zina. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: ”Barang siapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, ”Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: ”Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus, ”Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Renungan
Dengan membungkuk dan menulis di tanah, agaknya Yesus menghindari jebakan yang dipasang terhadap-Nya. Perempuan itu membisu, kehabisan kata, dan kehilangan kehormatan di hadapan orang-orang yang merasa diri benar dengan pongahnya. Mungkin, mereka lagi menikmati keinginan mereka yang tidak kesampaian. Kenikmatan mereka akan mencapai puncaknya seandainya perempuan itu dirajam sampai mati.
Kita perlu memohon kebijaksanaan agar dapat memilih dengan benar sikap dan tindakan yang harus diambil. Tindakan mesti bebas dari amarah atau dendam atau kepentingan pribadi semata. Pedomannya: ”Yang terbaik dikedepankan, kepentingan umum didahulukan, dan kemarahan disurutkan.” Kepuasan pribadi tidak akan otomatis terpenuhi, tetapi kepuasan sejati ada karena masyarakat umum damai dan sejahtera dalam kebenaran. Sikap itu akan kita miliki bila kita membiarkan Yesus hadir dan mengatur diri kita.
Doa: Tuhan, tanamkanlah semangat pengampunan dalam diriku dan beranikanlah aku belajar baik seperti Engkau. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Prapaskah V (U) Pw St. Stanislaus dr Krakow;St. George Gervase
Bacaan I: Dan. 13:41c–62
Mazmur : 23:1–3a,3b–4,5,6; R: 4ab
Bacaan Injil : Yoh. 8:1–11
Tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zina. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: ”Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zina. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: ”Barang siapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, ”Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: ”Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus, ”Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Renungan
Dengan membungkuk dan menulis di tanah, agaknya Yesus menghindari jebakan yang dipasang terhadap-Nya. Perempuan itu membisu, kehabisan kata, dan kehilangan kehormatan di hadapan orang-orang yang merasa diri benar dengan pongahnya. Mungkin, mereka lagi menikmati keinginan mereka yang tidak kesampaian. Kenikmatan mereka akan mencapai puncaknya seandainya perempuan itu dirajam sampai mati.
Kita perlu memohon kebijaksanaan agar dapat memilih dengan benar sikap dan tindakan yang harus diambil. Tindakan mesti bebas dari amarah atau dendam atau kepentingan pribadi semata. Pedomannya: ”Yang terbaik dikedepankan, kepentingan umum didahulukan, dan kemarahan disurutkan.” Kepuasan pribadi tidak akan otomatis terpenuhi, tetapi kepuasan sejati ada karena masyarakat umum damai dan sejahtera dalam kebenaran. Sikap itu akan kita miliki bila kita membiarkan Yesus hadir dan mengatur diri kita.
Doa: Tuhan, tanamkanlah semangat pengampunan dalam diriku dan beranikanlah aku belajar baik seperti Engkau. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Minggu, 10 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 11:1–45
Minggu, 10 April 2011
Pekan Prapaskah V (U) St. Vinsensius dr Lerins; Yehezkiel, Nabi
Bacaan I: Yeh. 37:12–14
Mazmur : 130:1–2,3–4ab,4c–6,7–8; R: 7
Bacaan II : Rm. 8:8–11
Bacaan Injil : Yoh. 11:1–45
Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: ”Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: ”Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ”Mari kita kembali lagi ke Yudea.”…Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. …
Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus: ”Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” Kata Yesus kepada Marta: ”Saudaramu akan bangkit.” Kata Marta kepada-Nya: ”Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Jawab Yesus: ”Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Jawab Marta: ”Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”
Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau."Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus.Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia.Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:"Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!"Maka menangislah Yesus.Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!"Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?"Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu.Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati."Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!"Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.
Renungan
Perhatian dan kedekatan amat berpengaruh dalam hidup setiap orang. Kehangatan relasi, bahkan dapat mengubah keputusan secara mendasar. Banyak orang mengubah haluan hidupnya karena orang yang tidak diharapkan justru memberi perhatian.
Ungkapan Marta kepada Yesus mengartikannya dengan sempurna dan mengundang kita kepada jantung persoalan hidup. Relasi dan kedekatan antarsesama dapat menguatkan hidup, menyembuhkan penyakit, bahkan menjauhkan kematian.
Hubungan atau relasi dalam hidup masyarakat seperti
perkawinan dan komunitas membiara dapat membuat hidup lebih bermutu dan semakin mencerminkan keinginan Allah. Bila relasi tulus dan murni, bukan cuma persoalan yang dapat diatasi, melainkan kehidupan pun menjadi abadi. Mulai dari dunia ini dan akan menjadi sempurna dalam hidup yang datang. Relasi sejati selalu memberi semangat dan hidup baru!
Doa: Bapa yang penuh cinta, izinkanlah aku dan sesamaku semakin bertumbuh dalam relasi yang saling memberdayakan, karena itulah kehendak-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Prapaskah V (U) St. Vinsensius dr Lerins; Yehezkiel, Nabi
Bacaan I: Yeh. 37:12–14
Mazmur : 130:1–2,3–4ab,4c–6,7–8; R: 7
Bacaan II : Rm. 8:8–11
Bacaan Injil : Yoh. 11:1–45
Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: ”Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: ”Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ”Mari kita kembali lagi ke Yudea.”…Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. …
Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus: ”Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” Kata Yesus kepada Marta: ”Saudaramu akan bangkit.” Kata Marta kepada-Nya: ”Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Jawab Yesus: ”Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Jawab Marta: ”Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”
Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau."Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus.Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia.Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:"Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!"Maka menangislah Yesus.Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!"Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?"Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu.Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati."Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!"Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.
Renungan
Perhatian dan kedekatan amat berpengaruh dalam hidup setiap orang. Kehangatan relasi, bahkan dapat mengubah keputusan secara mendasar. Banyak orang mengubah haluan hidupnya karena orang yang tidak diharapkan justru memberi perhatian.
Ungkapan Marta kepada Yesus mengartikannya dengan sempurna dan mengundang kita kepada jantung persoalan hidup. Relasi dan kedekatan antarsesama dapat menguatkan hidup, menyembuhkan penyakit, bahkan menjauhkan kematian.
Hubungan atau relasi dalam hidup masyarakat seperti
perkawinan dan komunitas membiara dapat membuat hidup lebih bermutu dan semakin mencerminkan keinginan Allah. Bila relasi tulus dan murni, bukan cuma persoalan yang dapat diatasi, melainkan kehidupan pun menjadi abadi. Mulai dari dunia ini dan akan menjadi sempurna dalam hidup yang datang. Relasi sejati selalu memberi semangat dan hidup baru!
Doa: Bapa yang penuh cinta, izinkanlah aku dan sesamaku semakin bertumbuh dalam relasi yang saling memberdayakan, karena itulah kehendak-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Sabtu, 9 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 7:40–53
Sabtu, 9 April 2011
Pekan Prapaskah IV (U) Sta. Kasilda; St. Thomas OFM, dkk: Demetrius, Petrus, dan Yakobus
Bacaan I: Yer. 11:18–20
Mazmur : 7:2-3,9bc–10,11–12; R: 2a
Bacaan Injil : Yoh. 7:40–53
Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya.
Renungan
Menemui seseorang dengan pandangan dan pendekatan stereotip menghambat kita memperoleh makna terdalam setiap pertemuan. Kita membiarkan diri dipasung oleh praduga yang belum dibuktikan. Kita terhalang melihat apa yang harus kita lihat, menemukan apa yang mesti ditemukan.
Penampilan fisik orang tentu dapat berpengaruh. Informasi dan pengalaman yang terlalu singkat sangat ikut membatasi. Jangan pernah mengambil kesimpulan atau keputusan secara tergesa-gesa. Daerah asal dan kelompok, tidak sendirinya membuat orang otomatis jitu atau loyo. Lihat, dengar, dan cermati, baru ambil kesimpulan. Penilaian kita mestilah kita ambil berdasarkan pengamatan dan kedalaman jiwa.
Jangan-jangan sesungguhnya yang salah adalah kita. Jangan pernah membiarkan prasangka menguasai diri. Faktalah yang mesti kita kaji dan kedalaman yang mesti kita temukan.
Doa: Tuhan, berilah aku semangat dan keberanian berubah agar semakin melihat kebaikan-Mu dalam diri orang lain dan dalam diriku. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Prapaskah IV (U) Sta. Kasilda; St. Thomas OFM, dkk: Demetrius, Petrus, dan Yakobus
Bacaan I: Yer. 11:18–20
Mazmur : 7:2-3,9bc–10,11–12; R: 2a
Bacaan Injil : Yoh. 7:40–53
Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata, ”Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.” Yang lain berkata, ”Ia ini Mesias.” Tetapi yang lain lagi berkata: ”Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.” Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia. Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuh-Nya.Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu tidak membawa-Nya?” Jawab penjaga-penjaga itu: ”Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: ”Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!” Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka, ”Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?” Jawab mereka, ”Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.”
Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya.
Renungan
Menemui seseorang dengan pandangan dan pendekatan stereotip menghambat kita memperoleh makna terdalam setiap pertemuan. Kita membiarkan diri dipasung oleh praduga yang belum dibuktikan. Kita terhalang melihat apa yang harus kita lihat, menemukan apa yang mesti ditemukan.
Penampilan fisik orang tentu dapat berpengaruh. Informasi dan pengalaman yang terlalu singkat sangat ikut membatasi. Jangan pernah mengambil kesimpulan atau keputusan secara tergesa-gesa. Daerah asal dan kelompok, tidak sendirinya membuat orang otomatis jitu atau loyo. Lihat, dengar, dan cermati, baru ambil kesimpulan. Penilaian kita mestilah kita ambil berdasarkan pengamatan dan kedalaman jiwa.
Jangan-jangan sesungguhnya yang salah adalah kita. Jangan pernah membiarkan prasangka menguasai diri. Faktalah yang mesti kita kaji dan kedalaman yang mesti kita temukan.
Doa: Tuhan, berilah aku semangat dan keberanian berubah agar semakin melihat kebaikan-Mu dalam diri orang lain dan dalam diriku. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Kamis, 07 April 2011
Jumat, 8 April 2011(ziarah batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 7:1–2,10,25–30
Jumat, 8 April 2011
Pekan Prapaskah IV (U) St. Redemptus de Ferento; St. Edesius
Bacaan I: Keb. 2:1a,12–22
Mazmur : 34:17–18,19–20,21,23; R: 19a
Bacaan Injil : Yoh. 7:1–2,10,25–30
Beberapa orang Yerusalem berkata: ”Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.” Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru, ”Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.” Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Renungan
Dalam diri setiap manusia, Allah menganugerahkan hidup yang penuh rahasia. Allah sendiri menjaga hidup yang demikian dari menit ke menit. Tidak ada saat hidup kita yang lepas dari perhatian-Nya. Dan rahasia itu bukan untuk diterangkan, tetapi untuk dihidupi.
Kita mengalami pasang surut dalam kehidupan kita. Kadang kita merasa bosan dan kehilangan kekuatan untuk melanjutkan perjuangan. Ancaman yang mesti kita awaskan adalah keinginan campur tangan dari pihak mana pun secara salah dalam kehidupan kita dan orang lain.
Yesus mengingatkan kita bahwa Allah adalah asal dan tujuan hidup. Dialah yang memutuskan seperti apa akhir hidup kita. Kita dipanggil untuk mengisinya sebaik-baiknya dan bergerak terus sampai Dia sendiri mengatakan cukup.
Doa: Tuhan, berilah Roh Kebijaksanaan sejati dalam diriku sehingga aku semakin mencintai dan hidup di dalam Engkau. Amin.
Pekan Prapaskah IV (U) St. Redemptus de Ferento; St. Edesius
Bacaan I: Keb. 2:1a,12–22
Mazmur : 34:17–18,19–20,21,23; R: 19a
Bacaan Injil : Yoh. 7:1–2,10,25–30
Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.
Beberapa orang Yerusalem berkata: ”Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.” Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru, ”Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.” Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Renungan
Dalam diri setiap manusia, Allah menganugerahkan hidup yang penuh rahasia. Allah sendiri menjaga hidup yang demikian dari menit ke menit. Tidak ada saat hidup kita yang lepas dari perhatian-Nya. Dan rahasia itu bukan untuk diterangkan, tetapi untuk dihidupi.
Kita mengalami pasang surut dalam kehidupan kita. Kadang kita merasa bosan dan kehilangan kekuatan untuk melanjutkan perjuangan. Ancaman yang mesti kita awaskan adalah keinginan campur tangan dari pihak mana pun secara salah dalam kehidupan kita dan orang lain.
Yesus mengingatkan kita bahwa Allah adalah asal dan tujuan hidup. Dialah yang memutuskan seperti apa akhir hidup kita. Kita dipanggil untuk mengisinya sebaik-baiknya dan bergerak terus sampai Dia sendiri mengatakan cukup.
Doa: Tuhan, berilah Roh Kebijaksanaan sejati dalam diriku sehingga aku semakin mencintai dan hidup di dalam Engkau. Amin.
sumber:ziarah batin 2011
Rabu, 06 April 2011
Kamis, 7 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 5:31–47
Kamis, 7 April 2011
Pekan Prapaskah IV (U)
St. Yohanes Baptista de la Salle; B. Henry Walpole
Bacaan I : Kel. 32:7–14
Mazmur : 106:19–20,21–22,23; R: 4a
Bacaan Injil : Yoh. 5:31–47
Renungan
Sering kita alami bahwa kemampuan dan bakat dalam bidang tertentu justru membuat kita menilai diri sebagai yang paling patut didahulukan. Kecenderungan dan praksis itu terjadi dalam berbagai kesempatan. Bahkan, berbagai tindakan kita paksakan secara halus atau kasar. Kita minta dinomorsatukan. Kadang-kadang kita kebablasan sehingga merasa bahwa tidak perlu memberi keterangan apalagi pertanggungjawaban atas perbuatan dan tindakan kita.
Yesus mengingatkan, alasan satu-satunya yang mesti kita pegang adalah kemuliaan Allah dan keselamatan manusia serentak. Tidak ada alasan lain! Allah yang mesti dihormati dalam tindakan dan perbuatan kita dan tidak ada manusia menderita karenanya. Bila itu kita laksanakan, kita berjalan pada lorong yang benar.
Doa
Bapa, teguhkanlah aku agar aku semakin sadar bahwa hidup ini hanya berarti bila menjadi sarana keselamatan bagi orang lain. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Prapaskah IV (U)
St. Yohanes Baptista de la Salle; B. Henry Walpole
Bacaan I : Kel. 32:7–14
Mazmur : 106:19–20,21–22,23; R: 4a
Bacaan Injil : Yoh. 5:31–47
”Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah.Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”
Renungan
Sering kita alami bahwa kemampuan dan bakat dalam bidang tertentu justru membuat kita menilai diri sebagai yang paling patut didahulukan. Kecenderungan dan praksis itu terjadi dalam berbagai kesempatan. Bahkan, berbagai tindakan kita paksakan secara halus atau kasar. Kita minta dinomorsatukan. Kadang-kadang kita kebablasan sehingga merasa bahwa tidak perlu memberi keterangan apalagi pertanggungjawaban atas perbuatan dan tindakan kita.
Yesus mengingatkan, alasan satu-satunya yang mesti kita pegang adalah kemuliaan Allah dan keselamatan manusia serentak. Tidak ada alasan lain! Allah yang mesti dihormati dalam tindakan dan perbuatan kita dan tidak ada manusia menderita karenanya. Bila itu kita laksanakan, kita berjalan pada lorong yang benar.
Doa
Bapa, teguhkanlah aku agar aku semakin sadar bahwa hidup ini hanya berarti bila menjadi sarana keselamatan bagi orang lain. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Selasa, 05 April 2011
Rabu, 6 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 5:17–30
Rabu, 6 April 2011
Pekan Prapaskah IV (U) St. Selestinus, Paus; Sta. Kresensia Hoess; St. Notker
Bacaan I: Yes. 49:8–15
Mazmur : 145:8–9,13cd–14–17–18; R: 8a
Bacaan Injil : Yoh. 5:17–30
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia.”
Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya,dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.
Renungan
Yesus mengindentifikasikan diri-Nya dengan Bapa di surga, teristimewa pada bidang yang menyangkut kepentingan dan kemakmuran manusia. Yesus bekerja terus, seperti Bapa terus bekerja sejak penciptaan. Kebaikan itulah yang menjadi acuan dan ukuran bagi benar atau tidaknya suatu tindakan atau perbuatan manusia. Pembenaran untuk setiap perbuatan atau kegiatan ialah sumbangan dalam melanjutkan karya penciptaan yang dimulai oleh Allah pada awal mula penciptaan.
Pekerjaan tidak tertuju demi keberuntungan kita saja, melainkan kebaikan dan kesejahteraan semua manusia. Memikirkan kepentingan sesama jauh lebih bernilai dibandingkan hanya terfokus pada ke-”aku”-an diri. Apakah kita mengedepankan kemakmuran semua orang atau hanya tertuju kepada diri kita sendiri atau kelompok kecil saja?
doa:
Bapa, hanya Engkau yang baik dan kebaikan semata. Murnikanlah aku untuk dapat turut membagikannya dengan tulus. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Prapaskah IV (U) St. Selestinus, Paus; Sta. Kresensia Hoess; St. Notker
Bacaan I: Yes. 49:8–15
Mazmur : 145:8–9,13cd–14–17–18; R: 8a
Bacaan Injil : Yoh. 5:17–30
Tetapi Ia berkata kepada mereka: ”Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi daripada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barang siapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barang siapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia.”
Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya,dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.
Renungan
Yesus mengindentifikasikan diri-Nya dengan Bapa di surga, teristimewa pada bidang yang menyangkut kepentingan dan kemakmuran manusia. Yesus bekerja terus, seperti Bapa terus bekerja sejak penciptaan. Kebaikan itulah yang menjadi acuan dan ukuran bagi benar atau tidaknya suatu tindakan atau perbuatan manusia. Pembenaran untuk setiap perbuatan atau kegiatan ialah sumbangan dalam melanjutkan karya penciptaan yang dimulai oleh Allah pada awal mula penciptaan.
Pekerjaan tidak tertuju demi keberuntungan kita saja, melainkan kebaikan dan kesejahteraan semua manusia. Memikirkan kepentingan sesama jauh lebih bernilai dibandingkan hanya terfokus pada ke-”aku”-an diri. Apakah kita mengedepankan kemakmuran semua orang atau hanya tertuju kepada diri kita sendiri atau kelompok kecil saja?
doa:
Bapa, hanya Engkau yang baik dan kebaikan semata. Murnikanlah aku untuk dapat turut membagikannya dengan tulus. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Senin, 04 April 2011
Menemukan Kedamaian yang Sesungguhnya
Ada seorang bapak yang mempunyai 50 hektar karet. Dengan harga karet yang melambung sekarang ini, setiap bulan bapak ini dapat meraup uang puluhan juta rupiah. Ia dapat membangun rumah yang besar dan mewah. Ia dapat bersenang-senang dengan keluarga dan teman-temannya.
Suatu hari ia didatangi seorang tamu. Tamu itu memintanya untuk mencarikan sepuluh ekor tokek. Menurut informasi, sekarang harga tokek itu mahal. Daging tokek memiliki khasiat untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Setiap tokek dihargai Rp 1.300.000,-. Bapak itu sangat tergiur oleh tawaran itu. Karena itu, ia menerima tawaran itu.
Setelah tamu itu pulang, ia memanggil beberapa anak buahnya untuk mencari tokek. Setiap tokek ia hargai Rp 400.000,-. Menurut perhitungannya, ia pasti dapat keuntungan sebesar Rp 900.000,- per ekor. Beberapa anak buahnya itu pun mengerjakan tugas itu dengan baik. Apalagi iming-iming Rp 400.000,- untuk setiap ekor tokek akan sangat memberi mereka tambahan penghasilan. Setelah menyadap karet, mereka langsung mencari tokek. Hasilnya luar biasa. Mereka memenuhi permintaan bos mereka: 10 ekor tokek.
Bapak itu sangat puas atas hasil kerja anak buahnya. Ia langsung membayar empat juta rupiah kepada mereka. Kini ia menantikan tiga belas juta dari pemesan. Tetapi sial bagi bapak itu. Orang-orang yang memesan tokek itu tidak datang-datang. Ia juga tidak bisa menghubungi mereka, karena nomor telephon pun tidak mereka tinggalkan. Ia sudah kehilangan empat juta rupiah. Ia sangat menyesal atas peristiwa itu. Apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur.
Dalam hidup ini banyak orang tergiur oleh penghasilan yang besar tanpa memikirkan akibat-akibatnya. Kisah tadi merupakan salah satu contoh bahwa orang yang rakus sering ingin mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Ia tidak peduli akan begitu banyak kekayaan yang sudah dimilikinya. Ia ingin mengumpulkan lagi dan lagi. Akibatnya, ia kehilangan apa yang dimilikinya.
Banyak orang tidak puas akan apa yang sudah dimilikinya. Karen itu, usaha untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta kekayaan terus-menerus terjadi. Orang tidak peduli apakah cara-cara yang digunakan itu halal atau tidak. Yang penting, banyak harta bisa dikumpulkan untuk kepentingan diri sendiri.
Sebagai orang beriman, tentu kita ingin hidup damai dan tenteram. Kedamaian dan ketenteraman itu dapat tercipta kalau kita memiliki hati yang murni. Hati yang bersih dari kelekatan terhadap barang-barang duniawi akan membantu kita untuk memiliki damai dan ketenteraman yang sesungguhnya.
Untuk itu, orang beriman mesti memiliki iman yang besar kepada Tuhan. Artinya, orang beriman menggantungkan seluruh suka dan duka hidupnya pada Tuhan. Hanya Tuhan yang mampu memberikan kedamaian dan ketenteraman dalam hidup ini.
Mari kita berusaha untuk selalu menggantungkan hidup pada Tuhan. Dengan demikian hidup kita menjadi damai dan tenteram. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales, SCJ
sumber:http://inspirasi-renunganpagi.blogspot.com/2009/11/menemukan-kedamaian-yang-sesungguhnya.html
Selasa, 5 April 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 5:1–16
Selasa, 5 April 2011
Pekan Prapaskah IV (U) St. Vinsensius Ferreri; Sta. Yuliana dr Kornillon
Bacaan I: Yeh. 47:1–9,12
Mazmur : 46:2–3,5–6,8–9; R: 8
Bacaan Injil : Yoh. 5:1–16
Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: ”Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya: ”Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya: ”Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.
Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: ”Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” Akan tetapi ia menjawab mereka: ”Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Mereka bertanya kepadanya: ”Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: ”Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”
Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia.Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.
Renungan
Semua orang ingin mengubah peruntungan dan keadaannya. Tuhan telah menanamkan dalam diri setiap orang ketertujuan kepada kesempurnaan. Benarlah, bahwa tidak semua orang memperoleh kesempatan yang sama dan pada waktu yang sama. Namun, setiap keadaan yang tersedia itulah yang mesti digunakan dengan tepat. Pasti dituntut keterampilan, seni, dan keberanian tersendiri untuk memanfaatkannya. Harus diingat, kesempatan tidak datang dua kali!
Orang buta dalam perikop Injil ini memperoleh apa yang lama dirindukannya karena dia memiliki dua hal sekaligus, yakni kesabaran menunggu dan tidak pernah kehilangan optimisme untuk menggunakannya. Kalau mau mengubah nasib dan keadaan kapan pun dan di mana pun, kedua sikap dan perilaku itu mutlak perlu.
Doa: Bapa Yang Mahabaik, beranikanlah aku untuk selalu menggunakan kesempatan yang Engkau berikan dengan sebaik-baiknya. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Prapaskah IV (U) St. Vinsensius Ferreri; Sta. Yuliana dr Kornillon
Bacaan I: Yeh. 47:1–9,12
Mazmur : 46:2–3,5–6,8–9; R: 8
Bacaan Injil : Yoh. 5:1–16
Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barang siapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya. Di situ adaseorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.
Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: ”Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya: ”Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya: ”Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.
Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: ”Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” Akan tetapi ia menjawab mereka: ”Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Mereka bertanya kepadanya: ”Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: ”Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”
Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia.Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.
Renungan
Semua orang ingin mengubah peruntungan dan keadaannya. Tuhan telah menanamkan dalam diri setiap orang ketertujuan kepada kesempurnaan. Benarlah, bahwa tidak semua orang memperoleh kesempatan yang sama dan pada waktu yang sama. Namun, setiap keadaan yang tersedia itulah yang mesti digunakan dengan tepat. Pasti dituntut keterampilan, seni, dan keberanian tersendiri untuk memanfaatkannya. Harus diingat, kesempatan tidak datang dua kali!
Orang buta dalam perikop Injil ini memperoleh apa yang lama dirindukannya karena dia memiliki dua hal sekaligus, yakni kesabaran menunggu dan tidak pernah kehilangan optimisme untuk menggunakannya. Kalau mau mengubah nasib dan keadaan kapan pun dan di mana pun, kedua sikap dan perilaku itu mutlak perlu.
Doa: Bapa Yang Mahabaik, beranikanlah aku untuk selalu menggunakan kesempatan yang Engkau berikan dengan sebaik-baiknya. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Minggu, 03 April 2011
Senin, 4 April 2011(ZIarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 4:43–54
Senin, 4 April 2011
Pekan Prapaskah IV (U)
St. Isidorus dr Sevilla;
St. Benediktus Moor; St. Platon
Bacaan I : Yes. 65:17–21
Mazmur : 30:2,4,5–6,11–12a,13b; R: 2a
Bacaan Injil : Yoh. 4:43–54
Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka, ”Kemarin siang pukul satu demamnya hilang.” Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya, ”Anakmu hidup.” Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya.
Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.
Renungan
Banyak hal dapat kita andaikan dari orang yang telah lama kita kenal, entah karena asal usul atau pengalaman. Tidak heran, ada kecenderungan terlalu percaya pada pengandaian yang tidak diperiksa.
Rumus selalu mengandung pengecualian dan hal itu yang membuat kita selalu mempunyai pengharapan bahwa hidup dapat menjadi lebih baik. Kita terkejut bahwa terjadi hal-hal di luar pengharapan dan dugaan kita, karena kita menutup diri kepada kemungkinan yang dapat terjadi di luar kontrol kita. Orang lain dapat melakukan sesuatu lebih baik dari kita.
Orang lain yang tidak kita kenal tidak selalu menjadi musuh, tetapi bisa menjadi sahabat dan guru yang mengundang kita untuk melihat kebenaran dalam diri kita sendiri. Kita tidak pernah memiliki segalanya secara lengkap. Akan tetapi, hal itu bukan alasan bagi kita untuk menjadi picik.
Doa: Bapa, anugerahkanlah rahmat-Mu agar aku mampu menghargai dan belajar dari kebaikan orang lain. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Prapaskah IV (U)
St. Isidorus dr Sevilla;
St. Benediktus Moor; St. Platon
Bacaan I : Yes. 65:17–21
Mazmur : 30:2,4,5–6,11–12a,13b; R: 2a
Bacaan Injil : Yoh. 4:43–54
Dan setelah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Maka setelah Ia tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta itu.Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya: ”Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya.” Pegawai istana itu berkata kepada-Nya, ”Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” Kata Yesus kepadanya, ”Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi.
Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka, ”Kemarin siang pukul satu demamnya hilang.” Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya, ”Anakmu hidup.” Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya.
Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.
Renungan
Banyak hal dapat kita andaikan dari orang yang telah lama kita kenal, entah karena asal usul atau pengalaman. Tidak heran, ada kecenderungan terlalu percaya pada pengandaian yang tidak diperiksa.
Rumus selalu mengandung pengecualian dan hal itu yang membuat kita selalu mempunyai pengharapan bahwa hidup dapat menjadi lebih baik. Kita terkejut bahwa terjadi hal-hal di luar pengharapan dan dugaan kita, karena kita menutup diri kepada kemungkinan yang dapat terjadi di luar kontrol kita. Orang lain dapat melakukan sesuatu lebih baik dari kita.
Orang lain yang tidak kita kenal tidak selalu menjadi musuh, tetapi bisa menjadi sahabat dan guru yang mengundang kita untuk melihat kebenaran dalam diri kita sendiri. Kita tidak pernah memiliki segalanya secara lengkap. Akan tetapi, hal itu bukan alasan bagi kita untuk menjadi picik.
Doa: Bapa, anugerahkanlah rahmat-Mu agar aku mampu menghargai dan belajar dari kebaikan orang lain. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Jumat, 01 April 2011
Sabtu, 2 April 2011 (ZIarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Luk. 18:9–14
Sabtu, 2 April 2011
Pekan Prapaskah III (U)St. Fransiskus dr Paula; Sta. Teodosia;
Sta. Maria dr Mesir
Bacaan I: Hos. 6:1–6
Mazmur : 51:3–4,18–19,20–21ab; R: Hos. 6:6
Bacaan Injil : Luk. 18:9–14
Renungan
Adalah keyakinan yang keliru bahwa kekurangan orang lain otomatis akan memperkecil kekurangan kita dan menjadikan kita lebih baik. Tidak ada dasar untuk berpikir bahwa manakala orang lain salah, kita otomatis menjadi orang yang lebih baik. Pendapat salah lainnya adalah bahwa penderitaan kita akan hilang kalau orang lain juga menderita. Nasib malang tidak berkurang karena orang lain lebih bernasib malang.
Kebaikan kita tidak semestinya dibandingkan dengan kebaikan orang lain. Dalam kondisi mana pun kita harus menampilkan yang terbaik. Sebab, mutu seseorang tidak ditentukan apakah orang lain lebih baik atau lebih buruk. Tingkat kebaikan orang lain itu tidak mempunyai pengaruh pada keburukan kita dan buruknya keadaan orang lain tidak menjadikan kita lebih baik.
Doa: Yesus Yang Maharahim, Engkau tidak menghakimi orang lain. Oleh karena itu, berilah aku semangat dan keutamaan yang demikian. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Prapaskah III (U)St. Fransiskus dr Paula; Sta. Teodosia;
Sta. Maria dr Mesir
Bacaan I: Hos. 6:1–6
Mazmur : 51:3–4,18–19,20–21ab; R: Hos. 6:6
Bacaan Injil : Luk. 18:9–14
Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: ”Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Renungan
Adalah keyakinan yang keliru bahwa kekurangan orang lain otomatis akan memperkecil kekurangan kita dan menjadikan kita lebih baik. Tidak ada dasar untuk berpikir bahwa manakala orang lain salah, kita otomatis menjadi orang yang lebih baik. Pendapat salah lainnya adalah bahwa penderitaan kita akan hilang kalau orang lain juga menderita. Nasib malang tidak berkurang karena orang lain lebih bernasib malang.
Kebaikan kita tidak semestinya dibandingkan dengan kebaikan orang lain. Dalam kondisi mana pun kita harus menampilkan yang terbaik. Sebab, mutu seseorang tidak ditentukan apakah orang lain lebih baik atau lebih buruk. Tingkat kebaikan orang lain itu tidak mempunyai pengaruh pada keburukan kita dan buruknya keadaan orang lain tidak menjadikan kita lebih baik.
Doa: Yesus Yang Maharahim, Engkau tidak menghakimi orang lain. Oleh karena itu, berilah aku semangat dan keutamaan yang demikian. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Langganan:
Postingan (Atom)