Kamis, 1 Desember 2011
Pekan ADVEN IPw B. Dionisius dan Redemptus, Mrt. Indonesia (M)
St. Eligius; St. Adrianus dan Sta. Natalia
Bacaan I: Yes. 26:1–6
Mazmur : 118:1,8–9,19–21,25–27a; R: 26a
Bacaan Injil : Mat. 7:21,24–27
”Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku
yang di sorga.
Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan
melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan
rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir,
lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab
didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku
ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang
mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan
datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah
itu dan hebatlah kerusakannya.”
Renungan
Tak
bisa kita bebas dari keharusan untuk menunggu. Entah lama, entah
sebentar, setelah masa menunggu berakhir, kita pun merasa mengalami
sebuah pembebasan. Dia yang kita nantikan itu memang akan hadir dalam
diri seorang bayi mungil tak berdaya. Meskipun demikian, selama
menunggu, kita diajak untuk menumbuhkan keyakinan bahwa melalui bayi
mungil itulah Tuhan membangun benteng kuat bagi kita. Di dalam
kelembutan itulah tersembunyi sebuah kekuatan bagi pembebasan kita.
Betapa
seringnya kita mengisi hidup kita dengan hanya membuat janji-janji
baik kepada Tuhan. Kita hanya bisa berseru ”Tuhan! Tuhan!”, tetapi kita
tidak sungguh melakukan kehendak-Nya. Kita tidak mau bertahan dalam
proses yang tampaknya tidak segera mendatangkan hasil. Untuk membangun
sebuah bangunan kokoh, kita perlu menggali lapisan batu yang keras.
Karena itu terlalu merepotkan, kita memilih untuk tidak menggali saja.
Maka, sedikit kesulitan saja sudah bisa merobohkan kita.
Doa:
Yesus, Engkau datang dalam kuasa nama Allah bagiku. Aku terima
kekuatan pembebasan yang Engkau tawarkan. Pada-Mu saja aku mau selalu
berlindung. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Rabu, 30 November 2011
Selasa, 29 November 2011
Rabu, 30 November 2011~Pesta St. Andreas, Rasul (ziarah batin 2011)
Rabu, 30 November 2011
Pekan Adven I
Pesta St. Andreas, Rasul (M)
Bacaan I : Rm. 10:9–18
Mazmur : 19:2–3,4–5; R: 5a
Bacaan Injil : Mat. 4:18–22
Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: ”Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.
Renungan
Ada dua bersaudara, yang kedua-keduanya menjadi imam. Kakaknya seorang imam tarekat dan adiknya seorang imam diosesan. Dalam sharing ketika misa perdana, sang adik menceritakan bagaimana ia menjadi imam karena ajakan kakaknya. Meski kemudian memilih jalur imamat yang berbeda dengan kakaknya, tetapi perjalanan awal panggilannya diakuinya sangat dipengaruhi oleh apa yang sudah dilakukan oleh kakaknya.
Dalam Injil hari ini kita pun melihat bagaimana dua bersaudara menjadi murid Yesus. Simon Petrus dan Andreas adalah kakak beradik. Demikian juga Yakobus dan Yohanes. Keputusan mereka menanggapi ajakan Yesus pastilah keputusan pribadi, tetapi tidak diragukan juga bahwa keputusan itu juga dipengaruhi oleh saudaranya. Lewat pengalaman ini, kita bisa yakin bahwa orang lain pun mempunyai peran dalam pertumbuhan iman kita. Maka, sudah sepantasnya kalau kita memberikan tempat bagi kehadiran orang lain yang mau membantu menumbuhkan iman kita.
Doa
Tuhan, semoga kehadiran orang lain aku syukuri sebagai berkat dari-Mu yang membantuku bertumbuh dalam iman. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Adven I
Pesta St. Andreas, Rasul (M)
Bacaan I : Rm. 10:9–18
Mazmur : 19:2–3,4–5; R: 5a
Bacaan Injil : Mat. 4:18–22
Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: ”Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.
Renungan
Ada dua bersaudara, yang kedua-keduanya menjadi imam. Kakaknya seorang imam tarekat dan adiknya seorang imam diosesan. Dalam sharing ketika misa perdana, sang adik menceritakan bagaimana ia menjadi imam karena ajakan kakaknya. Meski kemudian memilih jalur imamat yang berbeda dengan kakaknya, tetapi perjalanan awal panggilannya diakuinya sangat dipengaruhi oleh apa yang sudah dilakukan oleh kakaknya.
Dalam Injil hari ini kita pun melihat bagaimana dua bersaudara menjadi murid Yesus. Simon Petrus dan Andreas adalah kakak beradik. Demikian juga Yakobus dan Yohanes. Keputusan mereka menanggapi ajakan Yesus pastilah keputusan pribadi, tetapi tidak diragukan juga bahwa keputusan itu juga dipengaruhi oleh saudaranya. Lewat pengalaman ini, kita bisa yakin bahwa orang lain pun mempunyai peran dalam pertumbuhan iman kita. Maka, sudah sepantasnya kalau kita memberikan tempat bagi kehadiran orang lain yang mau membantu menumbuhkan iman kita.
Doa
Tuhan, semoga kehadiran orang lain aku syukuri sebagai berkat dari-Mu yang membantuku bertumbuh dalam iman. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Senin, 28 November 2011
Selasa, 29 November 2011 (ziarah batin 2011)
Selasa, 29 November 2011
Pekan Adven I (U) B. Fredericus dr Regensburg
Bacaan I: Yes. 11:1–10
Mazmur : 72:2,7–8,12–13,17; R: 7
Bacaan Injil : Luk. 10:21–24
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: ”Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.” Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: ”Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”
Renungan
Rahasia Kerajaan Allah menurut Yesus tidak dibuka kepada orang bijak dan pandai, tetapi kepada orang kecil. Yesus mensyukurinya karena itulah yang berkenan kepada Bapa. Mengapa Yesus bersikap demikian? Orang bijak dan pandai, seumpama gelas, adalah gelas yang sudah penuh. Karena sudah penuh, gelas itu akan sia-sia kalau diisi lagi. Tidak demikian dengan orang kecil. Seumpama gelas, orang kecil adalah gelas kosong, yang siap diisi kapan pun.
Orang kecil menjadi gambaran kesederhanaan, keterbukaan, dan kepasrahan total terhadap apa pun, termasuk terhadap segala rencana dan kehendak Allah. Sikap inilah yang memungkinkan Allah mudah bekerja sama dengan orang kecil dan sederhana. Semoga kita memiliki semangat dan sikap hidup orang kecil dan sederhana sehingga kita pun diperhitungkan Allah saat Dia membuka rahasia Kerajaan-Nya.
Doa: Tuhan, jadikan aku orang yang rendah hati dan sederhana. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Adven I (U) B. Fredericus dr Regensburg
Bacaan I: Yes. 11:1–10
Mazmur : 72:2,7–8,12–13,17; R: 7
Bacaan Injil : Luk. 10:21–24
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: ”Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.” Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: ”Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”
Renungan
Rahasia Kerajaan Allah menurut Yesus tidak dibuka kepada orang bijak dan pandai, tetapi kepada orang kecil. Yesus mensyukurinya karena itulah yang berkenan kepada Bapa. Mengapa Yesus bersikap demikian? Orang bijak dan pandai, seumpama gelas, adalah gelas yang sudah penuh. Karena sudah penuh, gelas itu akan sia-sia kalau diisi lagi. Tidak demikian dengan orang kecil. Seumpama gelas, orang kecil adalah gelas kosong, yang siap diisi kapan pun.
Orang kecil menjadi gambaran kesederhanaan, keterbukaan, dan kepasrahan total terhadap apa pun, termasuk terhadap segala rencana dan kehendak Allah. Sikap inilah yang memungkinkan Allah mudah bekerja sama dengan orang kecil dan sederhana. Semoga kita memiliki semangat dan sikap hidup orang kecil dan sederhana sehingga kita pun diperhitungkan Allah saat Dia membuka rahasia Kerajaan-Nya.
Doa: Tuhan, jadikan aku orang yang rendah hati dan sederhana. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Jumat, 25 November 2011
Sabtu, 26 November 2011 (ziarah batin 2011)
Sabtu, 26 November 2011
Pekan Biasa XXXIV (H)St. Yohanes Berchmans; St. Silvester Gozzolini;
St. Leonardus a Porto Mauritio; St. Sarbel Maklouf
Bacaan I: Dan. 7:15–27
Mazmur : Dan. 3:82,83,84,85,86,87
Bacaan Injil : Luk. 21:34–36
”Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”
Renungan
Ada nasihat demikian dari orang-orang bijak, ”Berdoalah terus seolah-olah hidupmu tinggal satu hari, bekerja keraslah seolah-olah engkau akan hidup seribu tahun lagi.” Ora et labora, kata orang Latin. Berdoa dan bekerja adalah cara yang pantas dilakukan untuk menantikan kedatangan Tuhan, bukan dengan pesta pora dan melakukan hal-hal yang tidak berguna. Sebab, siapa yang tahu kapan akan mati?
Yesus mengajak kita, ”Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia”. Semoga ajakan Yesus hari ini semakin mendorong kita untuk rajin berdoa dan bekerja.
Doa: Tuhan, sadarkanlah aku agar aku tidak menyia-nyiakan hidup yang Engkau anugerahkan kepadaku dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXIV (H)St. Yohanes Berchmans; St. Silvester Gozzolini;
St. Leonardus a Porto Mauritio; St. Sarbel Maklouf
Bacaan I: Dan. 7:15–27
Mazmur : Dan. 3:82,83,84,85,86,87
Bacaan Injil : Luk. 21:34–36
”Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”
Renungan
Ada nasihat demikian dari orang-orang bijak, ”Berdoalah terus seolah-olah hidupmu tinggal satu hari, bekerja keraslah seolah-olah engkau akan hidup seribu tahun lagi.” Ora et labora, kata orang Latin. Berdoa dan bekerja adalah cara yang pantas dilakukan untuk menantikan kedatangan Tuhan, bukan dengan pesta pora dan melakukan hal-hal yang tidak berguna. Sebab, siapa yang tahu kapan akan mati?
Yesus mengajak kita, ”Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia”. Semoga ajakan Yesus hari ini semakin mendorong kita untuk rajin berdoa dan bekerja.
Doa: Tuhan, sadarkanlah aku agar aku tidak menyia-nyiakan hidup yang Engkau anugerahkan kepadaku dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Kamis, 24 November 2011
Jumat, 25 November 2011(ziarah batin 2011)
Jumat, 25 November 2011
Pekan Biasa XXXIV (H) Sta. Katarina dr Aleksandria; B. Elisabet dr Reute
Bacaan I: Dan. 7:2–14
Mazmur : Dan. 3:75,76,77,78,79,80,81
Bacaan Injil : Luk. 21:29–33
Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: ”Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”
Renungan
Di masa lalu para petani sangat menggantungkan hidupnya pada tanda-tanda alam dalam mengolah sawahnya. Alam memberi petunjuk, kapan petani harus mulai menggarap sawah, kapan harus mulai menebar benih, kapan harus menanam, dan kapan harus memanen. Kepekaan petani terhadap bahasa alam sekitarnya itu lahir dari pengalaman para leluhurnya turun-temurun.
Sebagaimana petani di masa lalu bisa membaca tanda-tanda alam, demikian juga kita hendaknya. Kita perlu mempunyai kemampuan membaca tanda-tanda zaman kalau ingin menanamkan benih Kerajaan Allah di zaman ini. Ketidakmampuan membaca tanda-tanda zaman bisa berakibat benih Kerajaan Allah tidak bisa tumbuh dengan baik. Atau, kalaupun bisa tumbuh, tetapi tidaklah maksimal.
Doa: Tuhan, anugerahilah aku kemampuan membaca tanda-tanda zaman yang Engkau hadirkan di sekitarku setiap hari. Semoga lewat kepekaan itu, aku mampu menanamkan benih Kerajaan-Mu di tengah-tengah masyarakatku. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXIV (H) Sta. Katarina dr Aleksandria; B. Elisabet dr Reute
Bacaan I: Dan. 7:2–14
Mazmur : Dan. 3:75,76,77,78,79,80,81
Bacaan Injil : Luk. 21:29–33
Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: ”Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”
Renungan
Di masa lalu para petani sangat menggantungkan hidupnya pada tanda-tanda alam dalam mengolah sawahnya. Alam memberi petunjuk, kapan petani harus mulai menggarap sawah, kapan harus mulai menebar benih, kapan harus menanam, dan kapan harus memanen. Kepekaan petani terhadap bahasa alam sekitarnya itu lahir dari pengalaman para leluhurnya turun-temurun.
Sebagaimana petani di masa lalu bisa membaca tanda-tanda alam, demikian juga kita hendaknya. Kita perlu mempunyai kemampuan membaca tanda-tanda zaman kalau ingin menanamkan benih Kerajaan Allah di zaman ini. Ketidakmampuan membaca tanda-tanda zaman bisa berakibat benih Kerajaan Allah tidak bisa tumbuh dengan baik. Atau, kalaupun bisa tumbuh, tetapi tidaklah maksimal.
Doa: Tuhan, anugerahilah aku kemampuan membaca tanda-tanda zaman yang Engkau hadirkan di sekitarku setiap hari. Semoga lewat kepekaan itu, aku mampu menanamkan benih Kerajaan-Mu di tengah-tengah masyarakatku. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Rabu, 23 November 2011
Kamis, 24 November 2011~Pw St. Andreas Dung Lac, Im dkk. Mrt Vietnam (ziarah batin 2011)
Kamis, 24 November 2011
Pekan Biasa XXXIV (H)
Pw St. Andreas Dung Lac, Im dkk. Mrt Vietnam (M); St. Krisogonus; St. Vinsensius Liem; St. Ignasius Delgado; St. Dominikus An-Kham
Bacaan I : Dan. 6:12–28
Mazmur : Dan. 3:68,69,70,71,72,73,74
Bacaan Injil : Luk. 21:20–28
”Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.
Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.”
Renungan
Yesus menggambarkan bagaimana akhir dunia akan terjadi. Dengan mengatakan itu, Yesus tidak bermaksud menakut-nakuti kita. Yesus justru mengajak kita untuk mensyukuri kedatangan-Nya karena itu berarti keselamatan Allah akan segera datang. ”Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatmu sudah dekat.” Semoga kita lebih berani menghadapi zaman ini meskipun di dalamnya terjadi banyak penderitaan dan ketidakadilan. Keberanian ini perlu kita tumbuhkan dengan keyakinan bahwa Allah akan bekerja lewat dan bersama kita demi mewujudkan keselamatan-Nya.
Doa
Tuhan, jadikanlah aku sarana bagi datangnya keselamatan-Mu di tengah-tengah dunia. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXIV (H)
Pw St. Andreas Dung Lac, Im dkk. Mrt Vietnam (M); St. Krisogonus; St. Vinsensius Liem; St. Ignasius Delgado; St. Dominikus An-Kham
Bacaan I : Dan. 6:12–28
Mazmur : Dan. 3:68,69,70,71,72,73,74
Bacaan Injil : Luk. 21:20–28
”Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.
Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.”
Renungan
Yesus menggambarkan bagaimana akhir dunia akan terjadi. Dengan mengatakan itu, Yesus tidak bermaksud menakut-nakuti kita. Yesus justru mengajak kita untuk mensyukuri kedatangan-Nya karena itu berarti keselamatan Allah akan segera datang. ”Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatmu sudah dekat.” Semoga kita lebih berani menghadapi zaman ini meskipun di dalamnya terjadi banyak penderitaan dan ketidakadilan. Keberanian ini perlu kita tumbuhkan dengan keyakinan bahwa Allah akan bekerja lewat dan bersama kita demi mewujudkan keselamatan-Nya.
Doa
Tuhan, jadikanlah aku sarana bagi datangnya keselamatan-Mu di tengah-tengah dunia. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Selasa, 22 November 2011
Rabu, 23 November 2011 (ziarah batin 2011)
Rabu, 23 November 2011
Pekan Biasa XXXIV (H)
St. Klemens I, Paus; St. Kolumbanus; B. Mikhael Agustinus Pro
Bacaan I : Dan. 5:1–6,13–14,16–17,23–28
Mazmur : Dan. 3:62,63,64,65,66,67
Bacaan Injil : Luk. 21:12–19
”Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.”
Renungan
Penganiayaan dan penderitaan bisa menjadi kesempatan bagi orang beriman untuk bersaksi kalau orang bisa bertahan di dalamnya. Bertahan dalam penganiayaan dan penderitaan artinya orang tetap setia pada imannya dalam situasi apa pun. Orang macam ini justru bersyukur boleh menderita dan dianiaya oleh karena imannya.
Dalam sejarah Gereja, kita mengenal banyak orang melakukan ini. Mereka adalah para martir dan para kudus, yang bahkan mau mati demi imannya. Semoga kita pun mampu bersaksi di tengah-tengah masyarakat kita, bukan hanya dengan kata-kata saja, tetapi terlebih dalam kesetiaan dan kerelaan kita menanggung segala masalah dan penderitaan kita.
Doa
Tuhan, semoga aku mampu menjadi saksi-Mu dalam situasi apa pun. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXIV (H)
St. Klemens I, Paus; St. Kolumbanus; B. Mikhael Agustinus Pro
Bacaan I : Dan. 5:1–6,13–14,16–17,23–28
Mazmur : Dan. 3:62,63,64,65,66,67
Bacaan Injil : Luk. 21:12–19
”Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.”
Renungan
Penganiayaan dan penderitaan bisa menjadi kesempatan bagi orang beriman untuk bersaksi kalau orang bisa bertahan di dalamnya. Bertahan dalam penganiayaan dan penderitaan artinya orang tetap setia pada imannya dalam situasi apa pun. Orang macam ini justru bersyukur boleh menderita dan dianiaya oleh karena imannya.
Dalam sejarah Gereja, kita mengenal banyak orang melakukan ini. Mereka adalah para martir dan para kudus, yang bahkan mau mati demi imannya. Semoga kita pun mampu bersaksi di tengah-tengah masyarakat kita, bukan hanya dengan kata-kata saja, tetapi terlebih dalam kesetiaan dan kerelaan kita menanggung segala masalah dan penderitaan kita.
Doa
Tuhan, semoga aku mampu menjadi saksi-Mu dalam situasi apa pun. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Senin, 21 November 2011
Selasa, 22 November 2011~Pw Sta. Sesilia, Prw Mrt.(ziarah batin 2011)
Selasa, 22 November 2011 (HUT MGR AGUS)
Pekan Biasa XXXIV Pw Sta. Sesilia, Prw Mrt. (M);
St. Filemon, rekan kerja St. Paulus
Bacaan I: Dan. 2:31–45
Mazmur : Dan. 3:57,58,59,60,61
Bacaan Injil : Luk. 21:5–11
Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: ”Apa yang kamu lihat di situ—akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”
Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: ”Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya: ”Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”
Ia berkata kepada mereka: ”Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.”
Renungan
Banjir, gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor adalah beberapa bencana alam yang dengan mudah menggerakkan kita untuk berbela rasa. Keprihatinan kita terhadap para korban membuat kita mengusahakan segala cara untuk membantu mereka. Kita mengumpulkan dana dan barang-barang yang dibutuhkan oleh para korban.
Yesus, dalam bacaan hari ini, juga berbicara soal banyak bencana, yaitu perang, pemberontakan, gempa bumi, penyakit sampar, dan kelaparan. Dengan berbicara soal itu, Yesus tidak hendak mengajak kita untuk mengumpulkan dana dan barang-barang saja bagi para korban. Yesus menyebut segala bencana itu untuk mengajak kita waspada dan bertobat.
Doa: Tuhan, semoga aku peka terhadap tanda-tanda yang Engkau berikan kepada-Ku. Semoga dengan kepekaan membaca tanda itu, aku tergerak untuk bertobat. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXIV Pw Sta. Sesilia, Prw Mrt. (M);
St. Filemon, rekan kerja St. Paulus
Bacaan I: Dan. 2:31–45
Mazmur : Dan. 3:57,58,59,60,61
Bacaan Injil : Luk. 21:5–11
Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: ”Apa yang kamu lihat di situ—akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”
Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: ”Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya: ”Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”
Ia berkata kepada mereka: ”Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.”
Renungan
Banjir, gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor adalah beberapa bencana alam yang dengan mudah menggerakkan kita untuk berbela rasa. Keprihatinan kita terhadap para korban membuat kita mengusahakan segala cara untuk membantu mereka. Kita mengumpulkan dana dan barang-barang yang dibutuhkan oleh para korban.
Yesus, dalam bacaan hari ini, juga berbicara soal banyak bencana, yaitu perang, pemberontakan, gempa bumi, penyakit sampar, dan kelaparan. Dengan berbicara soal itu, Yesus tidak hendak mengajak kita untuk mengumpulkan dana dan barang-barang saja bagi para korban. Yesus menyebut segala bencana itu untuk mengajak kita waspada dan bertobat.
Doa: Tuhan, semoga aku peka terhadap tanda-tanda yang Engkau berikan kepada-Ku. Semoga dengan kepekaan membaca tanda itu, aku tergerak untuk bertobat. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Kamis, 17 November 2011
Jumat, 18 November 2011 (ziarah batin 2011)
Jumat, 18 November 2011
Pekan Biasa XXXIII (H) St. Romanus dr Antiokia; Sta. Rosa Filipin Duchene
Bacaan I: 1Mak. 4:36–37,52–59
Mazmur : 1Taw. 29:10,11abc,11d–12a,12bcd; R: 13b
Bacaan Injil : Luk. 19:45–48
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: ”Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”
Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
Renungan
Yesus berkata, ”Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” Kapan kita menjadikan rumah Tuhan sebagai sarang penyamun? Yaitu saat kita masuk dan berada di dalam rumah Tuhan tidak dengan maksud untuk berdoa. Kita juga menjadikan rumah Tuhan sebagai sarang penyamun ketika hati, pikiran, dan tindakan kita saat di rumah Tuhan penuh dengan kebencian, dendam, ketamakan, dan keserakahan. Semoga teguran Yesus hari ini mendorong kita menghormati dan menggunakan rumah Tuhan sebagaimana seharusnya, yaitu tempat kita berdoa dan bertemu dengan Tuhan.
Doa: Tuhan, sadarkanlah aku agar senantiasa ingat kalau berada di dalam rumah-Mu sungguh-sungguh ingin bertemu dan berdoa kepada-Mu. Amin.
sumber : ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXIII (H) St. Romanus dr Antiokia; Sta. Rosa Filipin Duchene
Bacaan I: 1Mak. 4:36–37,52–59
Mazmur : 1Taw. 29:10,11abc,11d–12a,12bcd; R: 13b
Bacaan Injil : Luk. 19:45–48
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: ”Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”
Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
Renungan
Yesus berkata, ”Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” Kapan kita menjadikan rumah Tuhan sebagai sarang penyamun? Yaitu saat kita masuk dan berada di dalam rumah Tuhan tidak dengan maksud untuk berdoa. Kita juga menjadikan rumah Tuhan sebagai sarang penyamun ketika hati, pikiran, dan tindakan kita saat di rumah Tuhan penuh dengan kebencian, dendam, ketamakan, dan keserakahan. Semoga teguran Yesus hari ini mendorong kita menghormati dan menggunakan rumah Tuhan sebagaimana seharusnya, yaitu tempat kita berdoa dan bertemu dengan Tuhan.
Doa: Tuhan, sadarkanlah aku agar senantiasa ingat kalau berada di dalam rumah-Mu sungguh-sungguh ingin bertemu dan berdoa kepada-Mu. Amin.
sumber : ziarah batin 2011
Rabu, 16 November 2011
Kamis. 17 November 2011 (ziarah batin 2011)
Kamis. 17 November 2011
Pekan Biasa XXXIII
Pw Sta. Elizabeth dr Hungaria, Prw (P); St. Dionisius Agung; St. Gregorius Thaumaturgos; St. Gregorius dr Tours
Bacaan I : 1Mak. 2:15–29
Mazmur : 50:1–2,5–6,14–15; R: 23b
Bacaan Injil : Luk. 19:41–44
Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: ”Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”
Renungan
Yesus menangisi Yerusalem karena orang-orang Yerusalem tidak peduli. Mereka tenang-tenang saja meski musuh sudah mengepung kota itu dan siap menghancurkannya. Yesus pun akan menangisi kita kalau kita tidak peduli dengan diri kita sendiri.
Sering kita menyerempet bahaya, senang membahayakan diri dengan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Misalnya, saat mengendarai kendaraan, kita ngebut. Atau, tahu bahwa sudah mempunyai suami/istri, tetapi masih mencoba-coba bermain api dengan laki-laki/perempuan lain. Semoga kita tidak menjadi orang yang menyebabkan Yesus menangis lagi.
Doa
Yesus yang baik, jagalah hati, pikiran, kata, dan tindakanku agar aku tidak membuat-Mu menangis lagi. Amin.
sumber : ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXIII
Pw Sta. Elizabeth dr Hungaria, Prw (P); St. Dionisius Agung; St. Gregorius Thaumaturgos; St. Gregorius dr Tours
Bacaan I : 1Mak. 2:15–29
Mazmur : 50:1–2,5–6,14–15; R: 23b
Bacaan Injil : Luk. 19:41–44
Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: ”Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”
Renungan
Yesus menangisi Yerusalem karena orang-orang Yerusalem tidak peduli. Mereka tenang-tenang saja meski musuh sudah mengepung kota itu dan siap menghancurkannya. Yesus pun akan menangisi kita kalau kita tidak peduli dengan diri kita sendiri.
Sering kita menyerempet bahaya, senang membahayakan diri dengan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Misalnya, saat mengendarai kendaraan, kita ngebut. Atau, tahu bahwa sudah mempunyai suami/istri, tetapi masih mencoba-coba bermain api dengan laki-laki/perempuan lain. Semoga kita tidak menjadi orang yang menyebabkan Yesus menangis lagi.
Doa
Yesus yang baik, jagalah hati, pikiran, kata, dan tindakanku agar aku tidak membuat-Mu menangis lagi. Amin.
sumber : ziarah batin 2011
Selasa, 15 November 2011
Rabu, 16 November 2011(ziarah batin 2011)
Rabu, 16 November 2011
Pekan Biasa XXXIII (H)Sta. Margarita dr Skotlandia; St. Rochus Gonzales;
St. Yohanes de Castillo; St. Alphonsus Rodrigues; Sta. Getrudis dr Hefta
Bacaan I: 2Mak. 7:1,20–31
Mazmur : 17:1,5–6,8b,15; R: 15b
Bacaan Injil : Luk. 19:11–28
Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Maka Ia berkata: ”Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing.
Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri.” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab...)
Renungan
Perumpamaan yang dikatakan Yesus hari ini menggambarkan dua tipe orang, yaitu pejuang dan pecundang. Seorang pejuang akan berjuang keras mengembangkan apa yang dipercayakan kepadanya semaksimal mungkin. Sementara seorang pecundang, tidak akan melakukan apa pun karena takut bertanggung jawab, takut gagal.
Memang mengemban suatu tanggung jawab itu penuh risiko dan berpotensi gagal, tetapi kalau dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan menghasilkan sesuatu yang berlipat ganda. Semoga kita menjadi pejuang-pejuang sejati, yang tidak takut mengambil risiko betapa pun berat tanggung jawab yang dipercayakan kepada kita.
Doa: Tuhan, bantulah aku agar menjadi orang yang setia terhadap tanggung jawab yang dipercayakan kepadaku. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXIII (H)Sta. Margarita dr Skotlandia; St. Rochus Gonzales;
St. Yohanes de Castillo; St. Alphonsus Rodrigues; Sta. Getrudis dr Hefta
Bacaan I: 2Mak. 7:1,20–31
Mazmur : 17:1,5–6,8b,15; R: 15b
Bacaan Injil : Luk. 19:11–28
Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Maka Ia berkata: ”Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami. Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing.
Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri.” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab...)
Renungan
Perumpamaan yang dikatakan Yesus hari ini menggambarkan dua tipe orang, yaitu pejuang dan pecundang. Seorang pejuang akan berjuang keras mengembangkan apa yang dipercayakan kepadanya semaksimal mungkin. Sementara seorang pecundang, tidak akan melakukan apa pun karena takut bertanggung jawab, takut gagal.
Memang mengemban suatu tanggung jawab itu penuh risiko dan berpotensi gagal, tetapi kalau dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan menghasilkan sesuatu yang berlipat ganda. Semoga kita menjadi pejuang-pejuang sejati, yang tidak takut mengambil risiko betapa pun berat tanggung jawab yang dipercayakan kepada kita.
Doa: Tuhan, bantulah aku agar menjadi orang yang setia terhadap tanggung jawab yang dipercayakan kepadaku. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Senin, 14 November 2011
Selasa, 15 November 2011 (ziarah batin 2011)
Selasa, 15 November 2011
Pekan Biasa XXXIII (H)
St. Albertus Agung; B. Magdalena Morano; B. Marie de la Passion
Bacaan I : 2Mak. 6:18–31
Mazmur : 4:2–3,4–5,6–7
Bacaan Injil : Luk. 19:1–10
Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: ”Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: ”Ia menumpang di rumah orang berdosa.” Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: ”Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Kata Yesus kepadanya: ”Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Renungan
Perjumpaan dengan Yesus secara langsung mendorong Zakheus bertobat. Pertobatan Zakheus diwujudkan dengan tindakan memberikan setengah kekayaannya kepada orang miskin. Zakheus juga berjanji untuk mengembalikan apa yang sudah diambilnya, empat kali lipat. Apa yang terjadi dalam diri Zakheus adalah bagaimana seharusnya sebuah pertobatan sejati. Pertobatan sejati itu konkret, nyata.
Pertobatan yang konkret bukan hanya berisi pengakuan akan dosa-dosa yang telah dilakukan saja, tetapi terlebih bagaimana orang mengubah hidupnya menjadi sama sekali baru. Kehendak untuk bertobat secara konkret membuat orang berani mengambil risiko meninggalkan segala dosanya dan memberikan silih bagi orang-orang yang terlukai karena dosanya. Silih itu bisa berupa ucapan tulus permintaan maaf, mengganti kerugian yang timbul akibat dosa itu, dan melakukan kebaikan-kebaikan lain yang berlawanan dengan dosa yang diperbuat. Semoga teladan Zakheus mendorong kita untuk menghayati pertobatan sejati.
Doa
Tuhan, semoga aku mempunyai keberanian untuk bertobat seperti Zakheus. Berkat rahmat-Mu, semoga aku mampu mewujudkan pertobatan itu dalam tindakan-tindakan konkret, bukan hanya dalam kata-kata saja. Amin.
sumber : ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXIII (H)
St. Albertus Agung; B. Magdalena Morano; B. Marie de la Passion
Bacaan I : 2Mak. 6:18–31
Mazmur : 4:2–3,4–5,6–7
Bacaan Injil : Luk. 19:1–10
Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: ”Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: ”Ia menumpang di rumah orang berdosa.” Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: ”Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Kata Yesus kepadanya: ”Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Renungan
Perjumpaan dengan Yesus secara langsung mendorong Zakheus bertobat. Pertobatan Zakheus diwujudkan dengan tindakan memberikan setengah kekayaannya kepada orang miskin. Zakheus juga berjanji untuk mengembalikan apa yang sudah diambilnya, empat kali lipat. Apa yang terjadi dalam diri Zakheus adalah bagaimana seharusnya sebuah pertobatan sejati. Pertobatan sejati itu konkret, nyata.
Pertobatan yang konkret bukan hanya berisi pengakuan akan dosa-dosa yang telah dilakukan saja, tetapi terlebih bagaimana orang mengubah hidupnya menjadi sama sekali baru. Kehendak untuk bertobat secara konkret membuat orang berani mengambil risiko meninggalkan segala dosanya dan memberikan silih bagi orang-orang yang terlukai karena dosanya. Silih itu bisa berupa ucapan tulus permintaan maaf, mengganti kerugian yang timbul akibat dosa itu, dan melakukan kebaikan-kebaikan lain yang berlawanan dengan dosa yang diperbuat. Semoga teladan Zakheus mendorong kita untuk menghayati pertobatan sejati.
Doa
Tuhan, semoga aku mempunyai keberanian untuk bertobat seperti Zakheus. Berkat rahmat-Mu, semoga aku mampu mewujudkan pertobatan itu dalam tindakan-tindakan konkret, bukan hanya dalam kata-kata saja. Amin.
sumber : ziarah batin 2011
Jumat, 11 November 2011
Sabtu, 12 November 2011~Pw St. Yosafat Kunzewich, Usk Mrt
Sabtu, 12 November 2011
Pekan Biasa XXXII Pw St. Yosafat Kunzewich, Usk Mrt (M);
St. Nilus dr Sinai; St. Theodorus Studit
Bacaan I: Keb. 18:14–16; 19:6–9
Mazmur : 105:2–3,36–37,42–43; R: 5a
Bacaan Injil : Luk. 18:1–8
Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: ”Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan: ”Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”
Renungan
Seorang anak kecil yang meminta sesuatu kepada orangtuanya mempunyai senjata yang efektif, yaitu tangisannya. Kalau permintaannya tidak dipenuhi, ia akan menangis meraung-raung, sampai permintaannya diberikan. Hal yang sama bisa kita lakukan kalau kita berdoa kepada Tuhan. Kita perlu berdoa terus-menerus sampai permohonan kita dikabulkan Tuhan. Persoalannya, sering kali kita mengalami kesulitan kalau harus berdoa secara terus-menerus. Sampai kapan kita harus berdoa? Sampai doa-doa kita dikabulkan? Setelah doa-doa kita dikabulkan apakah kita masih perlu berdoa?
Berdoa terus-menerus mengandaikan bahwa entah mempunyai permohonan atau tidak, kita tetap berdoa. Jadi, kita berdoa bukan berdasarkan ada tidaknya permohonan, tetapi karena kita ingin selalu berhubungan dengan Tuhan. Berdoa dengan cara ini mensyaratkan kita sungguh beriman. Artinya, kita percaya bahwa hanya dengan cara itu kita menjalin hubungan erat dengan Tuhan. Kita mempunyai kerinduan yang mendalam untuk senantiasa bertemu Tuhan. Dan, Tuhan kita yakini senantiasa menunggu kedatangan kita.
Doa: Tuhan, berilah aku iman agar aku senantiasa rindu untuk bertemu dengan-Mu dalam doa-doaku. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXII Pw St. Yosafat Kunzewich, Usk Mrt (M);
St. Nilus dr Sinai; St. Theodorus Studit
Bacaan I: Keb. 18:14–16; 19:6–9
Mazmur : 105:2–3,36–37,42–43; R: 5a
Bacaan Injil : Luk. 18:1–8
Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: ”Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan: ”Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”
Renungan
Seorang anak kecil yang meminta sesuatu kepada orangtuanya mempunyai senjata yang efektif, yaitu tangisannya. Kalau permintaannya tidak dipenuhi, ia akan menangis meraung-raung, sampai permintaannya diberikan. Hal yang sama bisa kita lakukan kalau kita berdoa kepada Tuhan. Kita perlu berdoa terus-menerus sampai permohonan kita dikabulkan Tuhan. Persoalannya, sering kali kita mengalami kesulitan kalau harus berdoa secara terus-menerus. Sampai kapan kita harus berdoa? Sampai doa-doa kita dikabulkan? Setelah doa-doa kita dikabulkan apakah kita masih perlu berdoa?
Berdoa terus-menerus mengandaikan bahwa entah mempunyai permohonan atau tidak, kita tetap berdoa. Jadi, kita berdoa bukan berdasarkan ada tidaknya permohonan, tetapi karena kita ingin selalu berhubungan dengan Tuhan. Berdoa dengan cara ini mensyaratkan kita sungguh beriman. Artinya, kita percaya bahwa hanya dengan cara itu kita menjalin hubungan erat dengan Tuhan. Kita mempunyai kerinduan yang mendalam untuk senantiasa bertemu Tuhan. Dan, Tuhan kita yakini senantiasa menunggu kedatangan kita.
Doa: Tuhan, berilah aku iman agar aku senantiasa rindu untuk bertemu dengan-Mu dalam doa-doaku. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Kamis, 10 November 2011
Jumat, 11 November 2011~Pw St. Martinus dr Tours, Usk (ziarah batin 2011)
Jumat, 11 November 2011
Pekan Biasa XXXIIPw St. Martinus dr Tours, Usk (P)
St. Theodorus Konstantinopel; St. Mennas
Bacaan I : Keb. 13:1–9
Mazmur : 19:2–3,4–5; R: 2a
Bacaan Injil : Luk. 17:26–37
”Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua.
Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. Ingatlah akan isteri Lot! Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.”
[Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.] Kata mereka kepada Yesus: ”Di mana, Tuhan?” Kata-Nya kepada mereka: ”Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar.”
Renungan
Sepanjang sejarah manusia, ada banyak ramalan, buku, dan film, yang menggambarkan akhir dunia, bahkan menyebutkan kapan kiamat akan terjadi. Berhadapan dengan kenyataan itu, beragam tanggapan muncul. Ada yang kebingungan, sebagian lagi tidak peduli, dan sebagian yang lain secara hati-hati menanggapi. Kita pun menjadi bagian dari zaman yang mungkin digelisahkan oleh hal-hal macam itu. Bagaimana kita bersikap?
Jelas bagi kita bahwa tidak ada seorang pun yang tahu kapan kiamat datang. Malaikat-malaikat pun tidak tahu. Yesus pun tidak tahu. Hanya Bapa yang tahu. Hari ini Yesus mengajak kita untuk mengambil sikap tertentu dalam menghadapi hari kedatangan-Nya. Yesus menganjurkan kita untuk tetap berada di tempat kita, melakukan apa yang baik yang kita kerjakan saat ini. Tidak perlu bingung, tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Biarlah semua berjalan sebagaimana seharusnya. Itulah semangat kepasrahan aktif menantikan kedatangan Tuhan.
Doa: Tuhan, meski mungkin kiamat segera datang, buatlah aku tetap tenang menjalankan tugas-tugas harianku dengan lebih baik. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXIIPw St. Martinus dr Tours, Usk (P)
St. Theodorus Konstantinopel; St. Mennas
Bacaan I : Keb. 13:1–9
Mazmur : 19:2–3,4–5; R: 2a
Bacaan Injil : Luk. 17:26–37
”Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua.
Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. Ingatlah akan isteri Lot! Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.”
[Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.] Kata mereka kepada Yesus: ”Di mana, Tuhan?” Kata-Nya kepada mereka: ”Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar.”
Renungan
Sepanjang sejarah manusia, ada banyak ramalan, buku, dan film, yang menggambarkan akhir dunia, bahkan menyebutkan kapan kiamat akan terjadi. Berhadapan dengan kenyataan itu, beragam tanggapan muncul. Ada yang kebingungan, sebagian lagi tidak peduli, dan sebagian yang lain secara hati-hati menanggapi. Kita pun menjadi bagian dari zaman yang mungkin digelisahkan oleh hal-hal macam itu. Bagaimana kita bersikap?
Jelas bagi kita bahwa tidak ada seorang pun yang tahu kapan kiamat datang. Malaikat-malaikat pun tidak tahu. Yesus pun tidak tahu. Hanya Bapa yang tahu. Hari ini Yesus mengajak kita untuk mengambil sikap tertentu dalam menghadapi hari kedatangan-Nya. Yesus menganjurkan kita untuk tetap berada di tempat kita, melakukan apa yang baik yang kita kerjakan saat ini. Tidak perlu bingung, tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Biarlah semua berjalan sebagaimana seharusnya. Itulah semangat kepasrahan aktif menantikan kedatangan Tuhan.
Doa: Tuhan, meski mungkin kiamat segera datang, buatlah aku tetap tenang menjalankan tugas-tugas harianku dengan lebih baik. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Rabu, 09 November 2011
Kamis, 10 November 2011~Pw St. Leo Agung, PausPujG (ziarah batin 2011)
Kamis, 10 November 2011
Pekan Biasa XXXII Pw St. Leo Agung, PausPujG (P); St. Andreas Avelino
Bacaan I: Keb. 7:22–8:1
Mazmur : 119:89,90,130,135,175; R: 89a
Bacaan Injil : Luk. 17:20–25
Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: ”Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.”Dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ”Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari pada hari-hari AnakManusia itu dan kamu tidak akan melihatnya. Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut. Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.”
Renungan
Sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu. Bagi kita, semoga penegasan Yesus ini senantiasa mendorong kita untuk menyadari kehadiran Kerajaan Allah itu dalam hidup sehari-hari. Memang tidak ada tanda-tanda lahiriah yang menyertai kedatangan Kerajaan Allah, tetapi kehadirannya selalu bisa dirasakan. Ketika kita merasakan damai, kasih, sukacita, pengampunan, dan pembebasan, pada saat itulah Kerajaan Allah hadir secara nyata dalam hidup kita.
Bagaimana kehadiran Kerajaan Allah itu bisa kita rasakan? Kehadiran Kerajaan Allah memberi suatu kelegaan yang luar biasa, seperti kepuasan seorang pahlawan yang berhasil membebaskan negaranya dari penjajahan. Meski untuk memperoleh kebebasan itu ia harus mengorbankan hidupnya sendiri, seorang pahlawan tidaklah memilih mundur. Ia maju terus sampai titik darah penghabisan demi kebebasan itu. Hari ini kita juga memperingati Hari Pahlawan. Semoga pada Hari Pahlawan ini, kita pun disemangati untuk menghadirkan Kerajaan Allah di tempat kita berada tanpa takut dan kenal lelah.
Doa: Tuhan, buatlah aku kuat dalam menanggung penderitaan demi hadirnya Kerajaan-Mu di tengah-tengah kami. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXII Pw St. Leo Agung, PausPujG (P); St. Andreas Avelino
Bacaan I: Keb. 7:22–8:1
Mazmur : 119:89,90,130,135,175; R: 89a
Bacaan Injil : Luk. 17:20–25
Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: ”Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.”Dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ”Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari pada hari-hari AnakManusia itu dan kamu tidak akan melihatnya. Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut. Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.”
Renungan
Sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu. Bagi kita, semoga penegasan Yesus ini senantiasa mendorong kita untuk menyadari kehadiran Kerajaan Allah itu dalam hidup sehari-hari. Memang tidak ada tanda-tanda lahiriah yang menyertai kedatangan Kerajaan Allah, tetapi kehadirannya selalu bisa dirasakan. Ketika kita merasakan damai, kasih, sukacita, pengampunan, dan pembebasan, pada saat itulah Kerajaan Allah hadir secara nyata dalam hidup kita.
Bagaimana kehadiran Kerajaan Allah itu bisa kita rasakan? Kehadiran Kerajaan Allah memberi suatu kelegaan yang luar biasa, seperti kepuasan seorang pahlawan yang berhasil membebaskan negaranya dari penjajahan. Meski untuk memperoleh kebebasan itu ia harus mengorbankan hidupnya sendiri, seorang pahlawan tidaklah memilih mundur. Ia maju terus sampai titik darah penghabisan demi kebebasan itu. Hari ini kita juga memperingati Hari Pahlawan. Semoga pada Hari Pahlawan ini, kita pun disemangati untuk menghadirkan Kerajaan Allah di tempat kita berada tanpa takut dan kenal lelah.
Doa: Tuhan, buatlah aku kuat dalam menanggung penderitaan demi hadirnya Kerajaan-Mu di tengah-tengah kami. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Selasa, 08 November 2011
Rabu, 9 November 2011~Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran (ziarah batin 2011)
Rabu, 9 November 2011
Pekan Biasa XXXII
Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran (P); St. Teodorus Tiro
Bacaan I: Yeh. 47:1–2,8–9,12 atau 1Kor. 3:9c–11,16–17
Mazmur : 46:2–3,5–6,8–9; R: 5
Bacaan Injil : Yoh. 2:13–22
Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.
Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ”Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: ”Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: ”Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?”
Jawab Yesus kepada mereka: ”Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: ”Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
Renungan
Bangunan gereja kita yakini sebagai rumah Tuhan. Sebagai tanda kehadiran-Nya, di setiap gedung gereja ada tabernakel, yang di dalamnya ditakhtakan Sakramen Mahakudus. Dengan itu, kita diajak untuk senantiasa menyadari kehadiran-Nya lewat penghormatan dan sembah bakti. Penghormatan itu terwujud dalam tindakan-tindakan simbolis. Kita mengambil air suci manakala kita memasuki gereja. Kita kemudian berlutut sebelum duduk di bangku yang disediakan. Selanjutnya, kita berdoa secara pribadi atau mengikuti ibadat bersama umat yang lain.
Apakah memang rumah Tuhan selalu kita perlakukan dengan selayaknya? Tidakkah terkadang rumah Tuhan kita jadikan warung kopi atau café, saat kita ngobrol di dalam gereja? Ataukah kita terkadang tidak bisa membedakan mau pergi ke rumah Tuhan atau pergi ke pasar, manakala pergi ke gereja dengan memakai kaos oblong dan celana tiga perempat?
Bahkan, kita keluar masuk gereja seenaknya saat perayaan Ekaristi! Atau, datang terlambat, pulang cepat-cepat! Pada pesta pemberkatan Gereja Basilika Lateran ini, kita diingatkan lagi untuk memperlakukan rumah Tuhan dengan lebih pantas.
Doa: Tuhan, biarlah rumah-Mu menjadi tempat kudus yang pantas bagiku untuk memuji dan menyembah-Mu. Amin.
sumber : ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXII
Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran (P); St. Teodorus Tiro
Bacaan I: Yeh. 47:1–2,8–9,12 atau 1Kor. 3:9c–11,16–17
Mazmur : 46:2–3,5–6,8–9; R: 5
Bacaan Injil : Yoh. 2:13–22
Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.
Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ”Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: ”Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: ”Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?”
Jawab Yesus kepada mereka: ”Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: ”Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
Renungan
Bangunan gereja kita yakini sebagai rumah Tuhan. Sebagai tanda kehadiran-Nya, di setiap gedung gereja ada tabernakel, yang di dalamnya ditakhtakan Sakramen Mahakudus. Dengan itu, kita diajak untuk senantiasa menyadari kehadiran-Nya lewat penghormatan dan sembah bakti. Penghormatan itu terwujud dalam tindakan-tindakan simbolis. Kita mengambil air suci manakala kita memasuki gereja. Kita kemudian berlutut sebelum duduk di bangku yang disediakan. Selanjutnya, kita berdoa secara pribadi atau mengikuti ibadat bersama umat yang lain.
Apakah memang rumah Tuhan selalu kita perlakukan dengan selayaknya? Tidakkah terkadang rumah Tuhan kita jadikan warung kopi atau café, saat kita ngobrol di dalam gereja? Ataukah kita terkadang tidak bisa membedakan mau pergi ke rumah Tuhan atau pergi ke pasar, manakala pergi ke gereja dengan memakai kaos oblong dan celana tiga perempat?
Bahkan, kita keluar masuk gereja seenaknya saat perayaan Ekaristi! Atau, datang terlambat, pulang cepat-cepat! Pada pesta pemberkatan Gereja Basilika Lateran ini, kita diingatkan lagi untuk memperlakukan rumah Tuhan dengan lebih pantas.
Doa: Tuhan, biarlah rumah-Mu menjadi tempat kudus yang pantas bagiku untuk memuji dan menyembah-Mu. Amin.
sumber : ziarah batin 2011
Senin, 07 November 2011
Selasa, 8 November 2011 (ziarah batin 2011)
Selasa, 8 November 2011
Pekan Biasa XXXII (H) Sta. Teoktista; St. Klaudius dkk.
Bacaan I: Keb. 2:23–3:9
Mazmur : 34:2–3,16–17,18–19; R: 2a
Bacaan Injil : Luk. 17:7–10
”Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum.
Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.”
Renungan
Pujian selalu menyenangkan bagi yang menerima. Pujian membuat orang merasa dihargai. Seorang ibu akan senang kalau masakannya dipuji oleh suami dan anak-anaknya. Seorang guru akan bangga kalau murid-muridnya masih mengingatnya. Seorang tukang parkir akan bersyukur kalau orang mengucapkan terima kasih atas pelayanannya. Pujian memang menyenangkan dan bisa menjadi dorongan untuk semakin giat bekerja. Namun, pujian tidak bisa dijadikan landasan untuk bekerja.
Yesus mengajak kita menjadikan ”semangat hamba” sebagai pedoman dalam bekerja. Kita perlu bekerja dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat karena memang seharusnya demikian. Ketika hasilnya menjadi hebat dan luar biasa, kita tidak perlu berteriak-teriak bahwa itu hasil pekerjaan kita. Bersama Yesus, kita mengatakan, ”Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.”
Doa: Ya Tuhan, ajarilah aku untuk lebih rendah hati dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXII (H) Sta. Teoktista; St. Klaudius dkk.
Bacaan I: Keb. 2:23–3:9
Mazmur : 34:2–3,16–17,18–19; R: 2a
Bacaan Injil : Luk. 17:7–10
”Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum.
Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.”
Renungan
Pujian selalu menyenangkan bagi yang menerima. Pujian membuat orang merasa dihargai. Seorang ibu akan senang kalau masakannya dipuji oleh suami dan anak-anaknya. Seorang guru akan bangga kalau murid-muridnya masih mengingatnya. Seorang tukang parkir akan bersyukur kalau orang mengucapkan terima kasih atas pelayanannya. Pujian memang menyenangkan dan bisa menjadi dorongan untuk semakin giat bekerja. Namun, pujian tidak bisa dijadikan landasan untuk bekerja.
Yesus mengajak kita menjadikan ”semangat hamba” sebagai pedoman dalam bekerja. Kita perlu bekerja dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat karena memang seharusnya demikian. Ketika hasilnya menjadi hebat dan luar biasa, kita tidak perlu berteriak-teriak bahwa itu hasil pekerjaan kita. Bersama Yesus, kita mengatakan, ”Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.”
Doa: Ya Tuhan, ajarilah aku untuk lebih rendah hati dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Selasa, 01 November 2011
Rabu, 2 November 2011 (Peringatan Arwah Semua Orang Beriman )
Rabu, 2 November 2011
Pekan Biasa XXXI
Peringatan Arwah Semua Orang Beriman (U/T)
Bacaan I: 2Mak. 12:43–46
Mazmur : 130:1–2,3–4,5–6a,6–7,8
Bacaan II : 1Kor. 15:12–34
Bacaan Injil : Yoh. 6:37–40
”Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
Renungan
Peristiwa kematian seseorang bisa menjadi gambaran bagaimana kehidupannya sebelumnya. Gambaran itu ada pada banyak atau sedikitnya pelayat yang datang. Kalau selama hidup ia banyak berbuat baik, mempunyai pergaulan luas, dan terlibat dalam masyarakat, kemungkinan besar yang melayat sangat banyak. Namun, kalau selama hidup orang itu jarang berbuat baik, kurang pergaulan, dan tidak pernah terlibat di masyarakatnya, sering kali jumlah pelayat sangat sedikit.
Pada peringatan arwah semua orang beriman hari ini, kita diajak Yesus untuk berbuat baik, terlebih kepada orang-orang miskin dan menderita, bukan hanya supaya kalau kita meninggal ada banyak orang yang melayat, tetapi terlebih agar kita mendapat bagian dalam kehidupan kekal bersama-Nya.
Doa: Tuhan, bantulah aku agar mau melayani-Mu dengan cara peduli kepada setiap orang yang aku jumpai, terlebih mereka yang miskin dan telantar. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXXI
Peringatan Arwah Semua Orang Beriman (U/T)
Bacaan I: 2Mak. 12:43–46
Mazmur : 130:1–2,3–4,5–6a,6–7,8
Bacaan II : 1Kor. 15:12–34
Bacaan Injil : Yoh. 6:37–40
”Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
Renungan
Peristiwa kematian seseorang bisa menjadi gambaran bagaimana kehidupannya sebelumnya. Gambaran itu ada pada banyak atau sedikitnya pelayat yang datang. Kalau selama hidup ia banyak berbuat baik, mempunyai pergaulan luas, dan terlibat dalam masyarakat, kemungkinan besar yang melayat sangat banyak. Namun, kalau selama hidup orang itu jarang berbuat baik, kurang pergaulan, dan tidak pernah terlibat di masyarakatnya, sering kali jumlah pelayat sangat sedikit.
Pada peringatan arwah semua orang beriman hari ini, kita diajak Yesus untuk berbuat baik, terlebih kepada orang-orang miskin dan menderita, bukan hanya supaya kalau kita meninggal ada banyak orang yang melayat, tetapi terlebih agar kita mendapat bagian dalam kehidupan kekal bersama-Nya.
Doa: Tuhan, bantulah aku agar mau melayani-Mu dengan cara peduli kepada setiap orang yang aku jumpai, terlebih mereka yang miskin dan telantar. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Langganan:
Postingan (Atom)