Sabtu, 1 Oktober 2011
Pekan Biasa XXVI
Pesta Sta. Teresia dr Kanak-Kanak Yesus, PrwPujG. (P);
St. Remigius; St. Romanus dr Italia
Bacaan I: Yes. 66:10–14c atau 1Kor. 12:31–13:13
Mazmur : 131:1,2,3
Bacaan Injil : Mat. 18:1–5
Pada
waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya:
”Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Maka Yesus memanggil
seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu
berkata: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi
seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan
barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia
menyambut Aku.”
Renungan
Kita
tentu tidak terkejut mendengar bagaimana para rasul berdiskusi tentang
siapa yang terbesar dalam Kerajaan Allah. Siapakah yang tidak
merindukan kemajuan, ketenaran, dan kebesaran? Para rasul jujur dengan
pergulatan hati mereka. Yesus menempatkan anak kecil di tengah-tengah
para rasul. Dalam masyarakat zaman dahulu, anak kecil sama sekali tidak
mempunyai hak, tempat yang layak, dan keistimewaan dalam masyarakat.
Mereka hanya memiliki kewajiban untuk mengikuti perintah orang tua.
Yesus mau menyampaikan bahwa yang terbesar dalam Kerajaan Surga adalah
orang-orang yang lemah lembut dan rendah hati, orang yang tidak sombong
dan mencari pujian (bdk. Ams. 29:23).
Pada Pesta Santa Theresia
dari Kanak-kanak Yesus—pelindung karya misi—kita diajak untuk
merenungkan karya misi kita. Karya misi bukanlah soal kebesaran dan
ketenaran, sukses dan kehebatan, melainkan soal kesetiaan dan
kerendahan hati. Sebagaimana anak-anak kecil yang diajarkan untuk setia
mematuhi perintah orang tua, kita pun diajak untuk setia. Oleh karena
itu, inti dari ajaran tentang ”yang terbesar dalam Kerajaan Allah”
adalah pertobatan (ay. 3), kesahajaan, dan kerendahan hati.
Doa:
Yesus, ajarilah aku kesahajaan dan kerendahan hati dan biarlah cahaya
serta terang-Mu bersinar dalam hidupku agar aku tidak disilaukan dengan
kebesaran dan kemuliaan yang duniawi dan sementara. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Jumat, 30 September 2011
Kamis, 29 September 2011
Jumat, 30 September 2011 Pw St. Hieronimus, ImPujG(ziarah batin 2011)
Jumat, 30 September 2011 Pw St. Hieronimus, ImPujG (P)
Bacaan I: Bar. 1:15–22
Mazmur : 79:1–2,3–5,8–9; R: 9ac
Bacaan Injil : Luk. 10:13–16
”Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!
Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.”
Renungan
Hari ini, kita mendengar dari Injil bahwa Tuhan Yesus memanggil para murid-Nya untuk menjalankan tugas perutusan-Nya. Mereka harus mengerjakan apa yang pernah dikerjakan oleh Yesus. Mereka diutus untuk mewartakan kebaikan Tuhan yang menyelamatkan.
Betapa pentingnya peranan kehadiran para utusan dalam karya keselamatan. Mereka dijadikan tanda orang yang mengutusnya. Mereka menjadi tanda kehadiran Tuhan sendiri. Tanpa ragu Yesus menegaskan, siapa yang menolak utusan-Nya sama dengan menolak diri-Nya. Yesus mengidentikkan diri-Nya dengan orang-orang yang diutus-Nya. Untuk itu, hidup dan kehadiran para utusan harus menampakkan kehadiran Yesus sendiri.
Para utusan menjadi perantara antara Allah dan manusia. Antara Allah yang menyelamatkan dan umat yang diselamatkan. Dialog di antara keduanya sering diwakili oleh para utusan. Melihat pentingnya peranan mereka, kita harus menghargai dan mendengarkan mereka.
Kisah panggilan para murid ini mengajak kita untuk belajar menghargai orang-orang yang dipilih dan diutus Allah. Kita belajar mendengarkan Firman Allah melalui mereka.
Doa: Ya Tuhan, Engkau menyelamatkanku melalui para utusan-Mu. Ajarilah aku untuk terbuka terhadap kehadiran dan pewartaan mereka. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Bacaan I: Bar. 1:15–22
Mazmur : 79:1–2,3–5,8–9; R: 9ac
Bacaan Injil : Luk. 10:13–16
”Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!
Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.”
Renungan
Hari ini, kita mendengar dari Injil bahwa Tuhan Yesus memanggil para murid-Nya untuk menjalankan tugas perutusan-Nya. Mereka harus mengerjakan apa yang pernah dikerjakan oleh Yesus. Mereka diutus untuk mewartakan kebaikan Tuhan yang menyelamatkan.
Betapa pentingnya peranan kehadiran para utusan dalam karya keselamatan. Mereka dijadikan tanda orang yang mengutusnya. Mereka menjadi tanda kehadiran Tuhan sendiri. Tanpa ragu Yesus menegaskan, siapa yang menolak utusan-Nya sama dengan menolak diri-Nya. Yesus mengidentikkan diri-Nya dengan orang-orang yang diutus-Nya. Untuk itu, hidup dan kehadiran para utusan harus menampakkan kehadiran Yesus sendiri.
Para utusan menjadi perantara antara Allah dan manusia. Antara Allah yang menyelamatkan dan umat yang diselamatkan. Dialog di antara keduanya sering diwakili oleh para utusan. Melihat pentingnya peranan mereka, kita harus menghargai dan mendengarkan mereka.
Kisah panggilan para murid ini mengajak kita untuk belajar menghargai orang-orang yang dipilih dan diutus Allah. Kita belajar mendengarkan Firman Allah melalui mereka.
Doa: Ya Tuhan, Engkau menyelamatkanku melalui para utusan-Mu. Ajarilah aku untuk terbuka terhadap kehadiran dan pewartaan mereka. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Selasa, 27 September 2011
Rabu, 28 September 2011 (ziarah batin 2011)
Rabu, 28 September 2011
Pekan Biasa XXVI (H) St. Wenseslaus; Sta. Eustakia; St. Laurensius Ruiz, Yakobus Kyushei Tomonaga, dan Dominikus Ibanez (Mrt. dr Jepang)
Bacaan I: Neh. 2:1–8
Mazmur : 137:1–2,3,4–5; R: 6a
Bacaan Injil : Luk. 9:57–62
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: ”Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: ”Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang lain: ”Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: ”Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: ”Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.”
Dan seorang lain lagi berkata: ”Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata: ”Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
Renungan
Banyak orang yang mau mengikuti Yesus, tetapi tidak banyak yang sanggup menjalaninya. Ada banyak alasan yang membuat orang tidak sanggup menanggapi panggilan Yesus. Untuk mengikut-Nya, orang harus berani meninggalkan urusan yang penting, bahkan yang paling penting sekali pun. Tanpa ragu Dia berkata, ”Biarlah orang mati menguburkan orang mati.” Yesus dan tugas memberitakan Kerajaan Allah harus menjadi prioritas hidup orang yang akan mengikuti-Nya. Sementara itu, Yesus tidak pernah menjanjikan kelimpahan materi terhadap orang-orang yang mengikuti-Nya. Dengan tegas Dia berkata, ”Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
Mengikuti Yesus sesuai Sabda dan teladan Yesus hari ini benar-benar tidak mudah. Tuntutannya tidak ringan, bahkan terasa berat sekali. Yesus memberikan tuntutan yang keras dan tegas kepada setiap orang yang mengikuti-Nya untuk menguji kesungguhan mereka. Sebab, jalan yang akan ditempuh murid Yesus adalah jalan Yesus sendiri. Penderitaan dan kematian merupakan jalan utama yang harus dilewati Yesus dan setiap orang yang mengikuti-Nya.
Doa
Ya Yesus yang baik, Engkau telah menunjukkan jalan kesempurnaan kepadaku. Berkatilah aku agar mampu menghayati jalan yang telah Kautunjukkan kepadaku. Amin.
sumber :Ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXVI (H) St. Wenseslaus; Sta. Eustakia; St. Laurensius Ruiz, Yakobus Kyushei Tomonaga, dan Dominikus Ibanez (Mrt. dr Jepang)
Bacaan I: Neh. 2:1–8
Mazmur : 137:1–2,3,4–5; R: 6a
Bacaan Injil : Luk. 9:57–62
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: ”Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: ”Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu Ia berkata kepada seorang lain: ”Ikutlah Aku!” Tetapi orang itu berkata: ”Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: ”Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.”
Dan seorang lain lagi berkata: ”Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata: ”Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
Renungan
Banyak orang yang mau mengikuti Yesus, tetapi tidak banyak yang sanggup menjalaninya. Ada banyak alasan yang membuat orang tidak sanggup menanggapi panggilan Yesus. Untuk mengikut-Nya, orang harus berani meninggalkan urusan yang penting, bahkan yang paling penting sekali pun. Tanpa ragu Dia berkata, ”Biarlah orang mati menguburkan orang mati.” Yesus dan tugas memberitakan Kerajaan Allah harus menjadi prioritas hidup orang yang akan mengikuti-Nya. Sementara itu, Yesus tidak pernah menjanjikan kelimpahan materi terhadap orang-orang yang mengikuti-Nya. Dengan tegas Dia berkata, ”Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”
Mengikuti Yesus sesuai Sabda dan teladan Yesus hari ini benar-benar tidak mudah. Tuntutannya tidak ringan, bahkan terasa berat sekali. Yesus memberikan tuntutan yang keras dan tegas kepada setiap orang yang mengikuti-Nya untuk menguji kesungguhan mereka. Sebab, jalan yang akan ditempuh murid Yesus adalah jalan Yesus sendiri. Penderitaan dan kematian merupakan jalan utama yang harus dilewati Yesus dan setiap orang yang mengikuti-Nya.
Doa
Ya Yesus yang baik, Engkau telah menunjukkan jalan kesempurnaan kepadaku. Berkatilah aku agar mampu menghayati jalan yang telah Kautunjukkan kepadaku. Amin.
sumber :Ziarah batin 2011
Senin, 26 September 2011
Selasa, 27 September 2011-Pw St. Vinsensius de Paul, Im (Ziarah batin 2011)
Selasa, 27 September 2011
Pekan Biasa XXVI Pw St. Vinsensius de Paul, Im (P)
Bacaan I: Za. 8:20–23
Mazmur : 87:1–3,4–5,6–7; R: Za. 8:23
Bacaan Injil : Luk. 9:51–56
Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: ”Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain.
Renungan
Kekerasan tidak seharusnya dibalas dengan kekerasan. Untuk memadamkan api bukan dengan api, melainkan dengan air. Prinsip kehidupan seperti itulah yang hendak dipraktikkan Yakobus dan Yohanes terhadap orang-orang Samaria yang dianggap menghambat dan menghalangi perjalanan Yesus menuju Yerusalem. Orang-orang Samaria menolak kehadiran Yesus yang mau melewati desa mereka. Yakobus dan Yohanes bermaksud membalas perbuatan orang-orang Samaria tersebut. Namun, Yesus tidak menyetujui tindakan mereka, bahkan Yesus menegur mereka. Yesus tidak pernah memperbolehkan para murid-Nya menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan persoalan. Dalam situasi yang sesulit apa pun, para murid harus tetap mengedepankan kasih dan kelembutan.
Penolakan merupakan salah satu pengalaman yang menyakitkan kehidupan kita. Pengalaman ditolak dapat membuat kita kecewa, marah, dan benci. Meski demikian, pengalaman pahit seperti itu tidak boleh melunturkan kebaikan hati kita. Penolakan hendaknya kita terima sebagai ujian atas iman kita. Mengikuti Yesus berarti mengikuti penderitaan dan kematian-Nya. Kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kekerasan.
Doa
Ya Tuhan Yesus, Engkau tidak mengizinkanku membalas kejahatan dengan kekerasan, melainkan dengan kasih. Untuk itu, aku mohon lembutkanlah hatiku. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa XXVI Pw St. Vinsensius de Paul, Im (P)
Bacaan I: Za. 8:20–23
Mazmur : 87:1–3,4–5,6–7; R: Za. 8:23
Bacaan Injil : Luk. 9:51–56
Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: ”Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain.
Renungan
Kekerasan tidak seharusnya dibalas dengan kekerasan. Untuk memadamkan api bukan dengan api, melainkan dengan air. Prinsip kehidupan seperti itulah yang hendak dipraktikkan Yakobus dan Yohanes terhadap orang-orang Samaria yang dianggap menghambat dan menghalangi perjalanan Yesus menuju Yerusalem. Orang-orang Samaria menolak kehadiran Yesus yang mau melewati desa mereka. Yakobus dan Yohanes bermaksud membalas perbuatan orang-orang Samaria tersebut. Namun, Yesus tidak menyetujui tindakan mereka, bahkan Yesus menegur mereka. Yesus tidak pernah memperbolehkan para murid-Nya menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan persoalan. Dalam situasi yang sesulit apa pun, para murid harus tetap mengedepankan kasih dan kelembutan.
Penolakan merupakan salah satu pengalaman yang menyakitkan kehidupan kita. Pengalaman ditolak dapat membuat kita kecewa, marah, dan benci. Meski demikian, pengalaman pahit seperti itu tidak boleh melunturkan kebaikan hati kita. Penolakan hendaknya kita terima sebagai ujian atas iman kita. Mengikuti Yesus berarti mengikuti penderitaan dan kematian-Nya. Kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kekerasan.
Doa
Ya Tuhan Yesus, Engkau tidak mengizinkanku membalas kejahatan dengan kekerasan, melainkan dengan kasih. Untuk itu, aku mohon lembutkanlah hatiku. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Minggu, 25 September 2011
Senin, 26 September 2011 (ziarah batin 2011)
Senin, 26 September 2011
Pekan Biasa XXVI (H)
St. Kosmas dan Damianus; St. Siprianus dan Sta. Yustina
B. Gaspar Strangassinger; St. Elzear & Delfina
Bacaan I: Za. 8:1–8
Mazmur : 102:16–18,19–21,29,22–23
Bacaan Injil : Luk. 9:46–50
Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, dan berkata kepada mereka: ”Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.”
Yohanes berkata: ”Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Yesus berkata kepadanya: ”Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.”
Renungan
Untuk menanggapi ambisi para murid-Nya menjadi orang besar, Yesus menempatkan seorang anak di hadapan mereka. Dan tanpa ragu, Dia mengatakan bahwa kalau ingin menjadi yang terbesar, mereka harus terlebih dahulu menjadi yang terkecil. Sebelum ”membesar”, kita harus berani ”mengecil” dahulu. Itulah proses kehidupan yang harus ditempuh Yesus dan para murid-Nya. Jalan untuk meninggikan diri adalah dengan cara merendahkan diri.
”Mengecil untuk membesar”, inilah jalan kesempurnaan yang ditunjukkan Yesus kepada para murid-Nya dan kepada kita semua. Jalan ini telah dibuktikan oleh seorang santa yang berasal dari Prancis, yakni Santa Theresia dari Lisieux. Tanpa ragu, dia memperkenalkan jalan kecilnya untuk mencapai kesempurnaan. Kerendahan hati menjadi keutamaan hidupnya. Tuhan sungguh berkenan dengan orang yang rendah hati. Bagi mereka, Tuhan akan menyediakan tempat yang sangat mulia.
Karya Tuhan yang besar sering tersembunyi dalam hal-hal kecil. Tuhan yang besar menyembunyikan diri-Nya dalam hal-hal kecil. Oleh karena itu, kalau kita mau bertemu dengan Tuhan, mulailah menghargai dan melakukan hal-hal kecil.
Doa: Ya Tuhan, semua orang berharga di hadapan-Mu. Mereka sangat Kauperhatikan dan Kaupelihara, terutama mereka yang lemah dan tidak berdaya. Semoga hatiku bisa menjadi seperti hati-Mu. Amin.
sumber:Ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXVI (H)
St. Kosmas dan Damianus; St. Siprianus dan Sta. Yustina
B. Gaspar Strangassinger; St. Elzear & Delfina
Bacaan I: Za. 8:1–8
Mazmur : 102:16–18,19–21,29,22–23
Bacaan Injil : Luk. 9:46–50
Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, dan berkata kepada mereka: ”Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.”
Yohanes berkata: ”Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Yesus berkata kepadanya: ”Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.”
Renungan
Untuk menanggapi ambisi para murid-Nya menjadi orang besar, Yesus menempatkan seorang anak di hadapan mereka. Dan tanpa ragu, Dia mengatakan bahwa kalau ingin menjadi yang terbesar, mereka harus terlebih dahulu menjadi yang terkecil. Sebelum ”membesar”, kita harus berani ”mengecil” dahulu. Itulah proses kehidupan yang harus ditempuh Yesus dan para murid-Nya. Jalan untuk meninggikan diri adalah dengan cara merendahkan diri.
”Mengecil untuk membesar”, inilah jalan kesempurnaan yang ditunjukkan Yesus kepada para murid-Nya dan kepada kita semua. Jalan ini telah dibuktikan oleh seorang santa yang berasal dari Prancis, yakni Santa Theresia dari Lisieux. Tanpa ragu, dia memperkenalkan jalan kecilnya untuk mencapai kesempurnaan. Kerendahan hati menjadi keutamaan hidupnya. Tuhan sungguh berkenan dengan orang yang rendah hati. Bagi mereka, Tuhan akan menyediakan tempat yang sangat mulia.
Karya Tuhan yang besar sering tersembunyi dalam hal-hal kecil. Tuhan yang besar menyembunyikan diri-Nya dalam hal-hal kecil. Oleh karena itu, kalau kita mau bertemu dengan Tuhan, mulailah menghargai dan melakukan hal-hal kecil.
Doa: Ya Tuhan, semua orang berharga di hadapan-Mu. Mereka sangat Kauperhatikan dan Kaupelihara, terutama mereka yang lemah dan tidak berdaya. Semoga hatiku bisa menjadi seperti hati-Mu. Amin.
sumber:Ziarah batin 2011
Jumat, 23 September 2011
Sabtu, 24 September 2011 (ziarah batin 2011)
Sabtu, 24 September 2011
Pekan Biasa XXV (H)St. Gerardus dr Hungaria; St. Pasifikus;
St. Vinsensius Maria Strambi
Bacaan I: Za. 2:1–5,10
Mazmur : Yer. 31:10–12ab,13; R: 10d
Bacaan Injil : Luk. 9:43b–45
Ketika semua orang itu masih heran karena segala yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.
Renungan
Dalam Injil hari ini, dikisahkan bahwa para murid tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Yesus. Mereka tidak mengerti ketika Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Mereka tidak percaya bahwa Yesus akan menderita dan mati di kayu salib. Namun, apa yang dikatakan Yesus pasti akan terjadi. Pikiran para murid bukanlah pikiran Yesus. Pilihan Yesus bukanlah pilihan para murid. Jalan Yesus, bukan jalan yang dipilih oleh para murid. Mereka sulit memahami kata-kata Yesus karena mereka bersikukuh dengan pikiran mereka sendiri.
Mengikuti Yesus berarti mengikuti derita dan kematian-Nya. Kalau kita mau mengikuti Yesus, kita juga harus mengikuti jalan-Nya. Kita harus berani menerima penderitaan sebagai sahabat baik. Kita tidak harus lari, tetapi menghadapinya dengan ikhlas. Penderitaan itu akan menyakitkan bila ditolak, tetapi kalau diterima akan menyelamatkan hidup kita. Penderitaan bukan jalan menuju kebinasaan, melainkan jalan kehidupan. Semoga hari ini, kita menjadi murid Yesus yang mengerti apa yang disabdakan-Nya.
Doa: Tuhan Yesus, para murid-Mu tidak mengerti dengan apa yang Kaukatakan hari ini. Jadikanlah aku murid-Mu yang mudah mengerti dan memahami firman-Mu. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXV (H)St. Gerardus dr Hungaria; St. Pasifikus;
St. Vinsensius Maria Strambi
Bacaan I: Za. 2:1–5,10
Mazmur : Yer. 31:10–12ab,13; R: 10d
Bacaan Injil : Luk. 9:43b–45
Ketika semua orang itu masih heran karena segala yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.
Renungan
Dalam Injil hari ini, dikisahkan bahwa para murid tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Yesus. Mereka tidak mengerti ketika Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Mereka tidak percaya bahwa Yesus akan menderita dan mati di kayu salib. Namun, apa yang dikatakan Yesus pasti akan terjadi. Pikiran para murid bukanlah pikiran Yesus. Pilihan Yesus bukanlah pilihan para murid. Jalan Yesus, bukan jalan yang dipilih oleh para murid. Mereka sulit memahami kata-kata Yesus karena mereka bersikukuh dengan pikiran mereka sendiri.
Mengikuti Yesus berarti mengikuti derita dan kematian-Nya. Kalau kita mau mengikuti Yesus, kita juga harus mengikuti jalan-Nya. Kita harus berani menerima penderitaan sebagai sahabat baik. Kita tidak harus lari, tetapi menghadapinya dengan ikhlas. Penderitaan itu akan menyakitkan bila ditolak, tetapi kalau diterima akan menyelamatkan hidup kita. Penderitaan bukan jalan menuju kebinasaan, melainkan jalan kehidupan. Semoga hari ini, kita menjadi murid Yesus yang mengerti apa yang disabdakan-Nya.
Doa: Tuhan Yesus, para murid-Mu tidak mengerti dengan apa yang Kaukatakan hari ini. Jadikanlah aku murid-Mu yang mudah mengerti dan memahami firman-Mu. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Kamis, 22 September 2011
Jumat, 23 September 2011~Pw St. Padre Pio dr Pietrelcina, Im(Ziarah Batin 2011)
Jumat, 23 September 2011
Pekan Biasa XXV Pw St. Padre Pio dr Pietrelcina, Im (P);
St. Linus; Sta. Tekla
Bacaan I: Hag. 1:15b–2:9
Mazmur : 43:1,2,3,4; R: 5bc
Bacaan Injil : Luk. 9:19–22
Jawab mereka: ”Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.” Yesus bertanya kepada mereka: ”Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: ”Mesias dari Allah.” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun.
Dan Yesus berkata: ”Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”
Renungan
Yesus ingin mendapat kepastian dari para murid-Nya: apakah mereka sungguh mengenal diri-Nya? Maka, Dia bertanya kepada mereka secara pribadi siapakah diri-Nya. Jawaban yang diberikan Petrus sangat memuaskan Yesus. Mereka mengakui dengan penuh iman bahwa Yesus adalah Mesias dari Allah. Meski demikian, jawaban tersebut masih harus mereka buktikan dalam hidup mereka. Yesus menuntut iman para murid-Nya secara pribadi. Iman yang berasal dari pengenalan secara pribadi dengan diri-Nya.
Hari ini, Tuhan Yesus juga meminta ketegasan iman dari kita. Yesus juga melontarkan pertanyaan yang sama. Jawaban kita akan sangat ditentukan oleh pengenalan kita terhadap Yesus dan ajaran-Nya selama ini. Mengenal berarti mengalami Yesus secara pribadi. Tidak hanya sekadar mengikuti omongan orang lain. Iman seperti itulah yang dikehendaki Yesus dari kita. Iman yang didasarkan pada suatu pengenalan tidak akan mudah luntur dan runtuh.
Mengenal Yesus secara pribadi merupakan jalan yang benar untuk sampai kepada Yesus. Agar dapat mengenal Yesus dengan sungguh, kita harus membuka diri kita lebar-lebar terhadap kehadiran dan bimbingan-Nya.
Doa: Ya Yesus, sudilah Engkau meneguhkan imanku. Anugerahilah aku iman seperti yang dimiliki Petrus, murid-Mu. Amin.
sumber : Ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXV Pw St. Padre Pio dr Pietrelcina, Im (P);
St. Linus; Sta. Tekla
Bacaan I: Hag. 1:15b–2:9
Mazmur : 43:1,2,3,4; R: 5bc
Bacaan Injil : Luk. 9:19–22
Jawab mereka: ”Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.” Yesus bertanya kepada mereka: ”Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: ”Mesias dari Allah.” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun.
Dan Yesus berkata: ”Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”
Renungan
Yesus ingin mendapat kepastian dari para murid-Nya: apakah mereka sungguh mengenal diri-Nya? Maka, Dia bertanya kepada mereka secara pribadi siapakah diri-Nya. Jawaban yang diberikan Petrus sangat memuaskan Yesus. Mereka mengakui dengan penuh iman bahwa Yesus adalah Mesias dari Allah. Meski demikian, jawaban tersebut masih harus mereka buktikan dalam hidup mereka. Yesus menuntut iman para murid-Nya secara pribadi. Iman yang berasal dari pengenalan secara pribadi dengan diri-Nya.
Hari ini, Tuhan Yesus juga meminta ketegasan iman dari kita. Yesus juga melontarkan pertanyaan yang sama. Jawaban kita akan sangat ditentukan oleh pengenalan kita terhadap Yesus dan ajaran-Nya selama ini. Mengenal berarti mengalami Yesus secara pribadi. Tidak hanya sekadar mengikuti omongan orang lain. Iman seperti itulah yang dikehendaki Yesus dari kita. Iman yang didasarkan pada suatu pengenalan tidak akan mudah luntur dan runtuh.
Mengenal Yesus secara pribadi merupakan jalan yang benar untuk sampai kepada Yesus. Agar dapat mengenal Yesus dengan sungguh, kita harus membuka diri kita lebar-lebar terhadap kehadiran dan bimbingan-Nya.
Doa: Ya Yesus, sudilah Engkau meneguhkan imanku. Anugerahilah aku iman seperti yang dimiliki Petrus, murid-Mu. Amin.
sumber : Ziarah batin 2011
Rabu, 21 September 2011
Kamis, 22 September 2011 (Ziarah Batin 2011)
Kamis, 22 September 2011
Pekan Biasa XXV (H)St. Thomas dr Vilkanova; St. Mauritius, dkk;
St. Ignatius dr Santhi; Yusuf Calasanz Marques; Henrikus Saiz, dkk.
Bacaan I: Hag. 1:1–8
Mazmur : 149:1–2,3–4,5–6a,9b; R: 4a
Bacaan Injil : Luk. 9:7–9
Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: ”Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?” Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.
Renungan
Kecemasan dan kegelisahan senantiasa menghantui orang-orang yang sedang berkuasa. Bagi mereka, setiap orang patut dicurigai dan diwaspadai keberadaan-Nya.
Rupanya, itulah yang dialami oleh Herodes, raja wilayah. Dia gelisah dan cemas dengan kehadiran dan pengaruh Yesus dalam masyarakat. Segala yang dilakukan Yesus, tampaknya mengingatkan dia terhadap Yohanes Pembaptis yang telah dipenggal kepalanya. Dia khawatir bahwa pengaruh ajaran-Nya akan membahayakan kekuasaannya. Oleh karena itu, Herodes ingin mencari tahu tentang Yesus. Dia menganggap Yesus sebagai saingan beratnya.
Kekuasaan bukanlah jaminan keselamatan hidup kita. Karena jabatan, kita tidak bisa tidur dengan nyenyak. Karena kekuasaan, kita menjadi orang yang mudah curiga terhadap orang lain. Kehadiran orang lain, kita anggap sebagai saingan. Kita menjadi takut terhadap keberadaan dan karya orang lain. Namun, semua itu tidak akan terjadi bila kita mengemban jabatan atau kekuasaan kita untuk melayani, bukan untuk menguasai sesama kita.
Doa: Ya Tuhan, berilah aku hati yang suci. Jauhkanlah diriku dari sikap curiga terhadap sesamaku. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa XXV (H)St. Thomas dr Vilkanova; St. Mauritius, dkk;
St. Ignatius dr Santhi; Yusuf Calasanz Marques; Henrikus Saiz, dkk.
Bacaan I: Hag. 1:1–8
Mazmur : 149:1–2,3–4,5–6a,9b; R: 4a
Bacaan Injil : Luk. 9:7–9
Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: ”Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?” Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.
Renungan
Kecemasan dan kegelisahan senantiasa menghantui orang-orang yang sedang berkuasa. Bagi mereka, setiap orang patut dicurigai dan diwaspadai keberadaan-Nya.
Rupanya, itulah yang dialami oleh Herodes, raja wilayah. Dia gelisah dan cemas dengan kehadiran dan pengaruh Yesus dalam masyarakat. Segala yang dilakukan Yesus, tampaknya mengingatkan dia terhadap Yohanes Pembaptis yang telah dipenggal kepalanya. Dia khawatir bahwa pengaruh ajaran-Nya akan membahayakan kekuasaannya. Oleh karena itu, Herodes ingin mencari tahu tentang Yesus. Dia menganggap Yesus sebagai saingan beratnya.
Kekuasaan bukanlah jaminan keselamatan hidup kita. Karena jabatan, kita tidak bisa tidur dengan nyenyak. Karena kekuasaan, kita menjadi orang yang mudah curiga terhadap orang lain. Kehadiran orang lain, kita anggap sebagai saingan. Kita menjadi takut terhadap keberadaan dan karya orang lain. Namun, semua itu tidak akan terjadi bila kita mengemban jabatan atau kekuasaan kita untuk melayani, bukan untuk menguasai sesama kita.
Doa: Ya Tuhan, berilah aku hati yang suci. Jauhkanlah diriku dari sikap curiga terhadap sesamaku. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Senin, 19 September 2011
Selasa, 20 September 2011 (Ziarah Batin 2011)
Selasa, 20 September 2011
Pekan Biasa XXV Pw St. Andreas Kim Tae-gon, Im dan Paulus Chong Ha-sang, dkk, Mrt- Korea (M); Sta. Kolumba dan Pamposa; St. Eustakius
Bacaan I: Ezr. 6:7–8,12b,14–20
Mazmur : 122:1–2,3–4a, 4b–5; R: 1
Bacaan Injil : Luk. 8:19–21
Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: ”Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” Tetapi Ia menjawab mereka: ”Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.”
Renungan
Hari ini, Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya bagaimana mereka harus membangun persaudaraan yang sejati. Persaudaraan yang dihayati para murid-Nya harus melampaui batas-batas manusiawi. Mereka hendaknya bersaudara tidak hanya dengan mereka yang sedarah, melainkan dengan semua orang yang sama-sama mau mendengarkan dan melaksanakan Firman Allah. Yang menjadi dasar persaudaraan mereka adalah Yesus dan kehendak Allah. Siapa pun yang mau mendengarkan dan melaksanakan Firman Allah itulah saudara mereka.
Hari ini kita juga diajak Yesus untuk membangun persaudaraan berdasarkan iman kita. Kita membangun persaudaraan yang lebih inklusif. Janganlah bersaudara hanya dengan mereka yang sehati dan sepikiran dengan kita, melainkan dengan siapa pun yang punya kemauan baik untuk melaksanakan kehendak Allah. Kita harus keluar dari kelompok kita. Orang Kristiani harus menjadi suatu persekutuan yang terbuka terhadap siapa pun. Hanya dengan demikianlah, hidup kita akan menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan.
Doa: Ya Yesus, Engkau menghendakiku untuk membangun persaudaraan melampaui batas-batas kemanusiaanku. Jadikanlah hidup kebersamaanku menjadi suatu kesaksian akan kehadiran-Mu yang nyata. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa XXV Pw St. Andreas Kim Tae-gon, Im dan Paulus Chong Ha-sang, dkk, Mrt- Korea (M); Sta. Kolumba dan Pamposa; St. Eustakius
Bacaan I: Ezr. 6:7–8,12b,14–20
Mazmur : 122:1–2,3–4a, 4b–5; R: 1
Bacaan Injil : Luk. 8:19–21
Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: ”Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” Tetapi Ia menjawab mereka: ”Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.”
Renungan
Hari ini, Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya bagaimana mereka harus membangun persaudaraan yang sejati. Persaudaraan yang dihayati para murid-Nya harus melampaui batas-batas manusiawi. Mereka hendaknya bersaudara tidak hanya dengan mereka yang sedarah, melainkan dengan semua orang yang sama-sama mau mendengarkan dan melaksanakan Firman Allah. Yang menjadi dasar persaudaraan mereka adalah Yesus dan kehendak Allah. Siapa pun yang mau mendengarkan dan melaksanakan Firman Allah itulah saudara mereka.
Hari ini kita juga diajak Yesus untuk membangun persaudaraan berdasarkan iman kita. Kita membangun persaudaraan yang lebih inklusif. Janganlah bersaudara hanya dengan mereka yang sehati dan sepikiran dengan kita, melainkan dengan siapa pun yang punya kemauan baik untuk melaksanakan kehendak Allah. Kita harus keluar dari kelompok kita. Orang Kristiani harus menjadi suatu persekutuan yang terbuka terhadap siapa pun. Hanya dengan demikianlah, hidup kita akan menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan.
Doa: Ya Yesus, Engkau menghendakiku untuk membangun persaudaraan melampaui batas-batas kemanusiaanku. Jadikanlah hidup kebersamaanku menjadi suatu kesaksian akan kehadiran-Mu yang nyata. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Minggu, 18 September 2011
Senin, 19 September 2011 (ziarah batin 2011)
Senin, 19 September 2011
Pekan Biasa XXV (H)
St. Yanuarius; St. Theodorus; Sta. Emilia de Rodat;
St. Fransiskus Maria dr Camporosso; SP Maria la Salette
Bacaan I: Ezr. 1:1–6
Mazmur : 126:1–2ab,2cd–3,4–5,6
Bacaan Injil : Luk. 8:16–18
”Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.”
Renungan
Kehadiran dan karya Yesus membawa terang bagi orang-orang pada zamannya. Sikapnya terhadap orang berdosa memberikan harapan baru. Tindakannya yang revolusioner menggelisahkan hati para penguasa. Kehadiran dan karya Yesus bagaikan lilin yang menerangi hidup manusia yang berada dalam kegelapan. Warta gembira yang dibawa Yesus menjadikan manusia menemukan keselamatan yang sesungguhnya.
Selanjutnya, Yesus berharap agar para murid-Nya dapat melanjutkan tugas yang sangat mulia ini. Melalui hidup mereka, makin banyak orang mengenal Dia. Melalui karya mereka, makin banyak orang diselamatkan. Warta gembira harus diwartakan, bukan disembunyikan. Hidup para murid harus mampu menjadi terang bagi orang-orang di sekitarnya. Singkatnya, lewat para murid-Nya, makin banyak orang memperoleh keselamatan.
Harapan Yesus terhadap para murid-Nya, juga menjadi harapan Yesus terhadap kita semua pada zaman sekarang ini. Dia berharap agar hidup kita juga mampu menjadi terang bagi orang-orang yang ada di sekitar kita. Hidup kita akan menjadi terang kehidupan bila hidup kita menampakkan cara, sikap, dan tindakan Yesus sendiri.
Doa: Ya Yesus, hidup dan karya-Mu menjadi terang bagi kehidupanku yang kadang terasa gelap. Jadikanlah hidupku menjadi terang bagi sesama yang ada di sekitarku. Amin.
sumber : ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXV (H)
St. Yanuarius; St. Theodorus; Sta. Emilia de Rodat;
St. Fransiskus Maria dr Camporosso; SP Maria la Salette
Bacaan I: Ezr. 1:1–6
Mazmur : 126:1–2ab,2cd–3,4–5,6
Bacaan Injil : Luk. 8:16–18
”Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.”
Renungan
Kehadiran dan karya Yesus membawa terang bagi orang-orang pada zamannya. Sikapnya terhadap orang berdosa memberikan harapan baru. Tindakannya yang revolusioner menggelisahkan hati para penguasa. Kehadiran dan karya Yesus bagaikan lilin yang menerangi hidup manusia yang berada dalam kegelapan. Warta gembira yang dibawa Yesus menjadikan manusia menemukan keselamatan yang sesungguhnya.
Selanjutnya, Yesus berharap agar para murid-Nya dapat melanjutkan tugas yang sangat mulia ini. Melalui hidup mereka, makin banyak orang mengenal Dia. Melalui karya mereka, makin banyak orang diselamatkan. Warta gembira harus diwartakan, bukan disembunyikan. Hidup para murid harus mampu menjadi terang bagi orang-orang di sekitarnya. Singkatnya, lewat para murid-Nya, makin banyak orang memperoleh keselamatan.
Harapan Yesus terhadap para murid-Nya, juga menjadi harapan Yesus terhadap kita semua pada zaman sekarang ini. Dia berharap agar hidup kita juga mampu menjadi terang bagi orang-orang yang ada di sekitar kita. Hidup kita akan menjadi terang kehidupan bila hidup kita menampakkan cara, sikap, dan tindakan Yesus sendiri.
Doa: Ya Yesus, hidup dan karya-Mu menjadi terang bagi kehidupanku yang kadang terasa gelap. Jadikanlah hidupku menjadi terang bagi sesama yang ada di sekitarku. Amin.
sumber : ziarah batin 2011
Jumat, 16 September 2011
Sabtu, 17 September 2011 (ziarah batin 2011)
Sabtu, 17 September 2011
Pekan Biasa XXIV (H)
St. Robertus Bellarminus; Sta. Hildegardis; St. Albertus dr Yerusalem; St. Martinus dr Finojosa
Bacaan I : 1Tim. 6:13–16
Mazmur : 100:2,3,4,5; R: 2c
Bacaan Injil : Luk. 8:4–15
Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan. …
Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab: ”Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”
Renungan
Tumbuh atau tidaknya sebuah tanaman tidak hanya tergantung pada benih yang ditaburkan, melainkan juga ditentukan oleh kualitas tanahnya.
Proses pertumbuhan tanaman seperti itu dijadikan Yesus untuk menggambarkan situasi hati manusia ketika menerima Sabda Allah. Hati manusia adalah tanah atau lahan tempat benih ditaburkan, sedangkan Sabda Allah adalah benih yang ditaburkan dalam hati manusia. Sabda Allah yang ditaburkan pasti berkualitas baik. Namun, hati manusia yang menerimanya kadang kurang baik. Yesus melukiskan hati manusia seperti tanah yang ada dipinggir jalan, tanah yang berbatu-batu, tanah di tengah semah duri, dan tanah yang baik. Keadaan tanah, tempat benih itu jatuh akan menentukan hasilnya. Demikian juga, kesuburan hati manusia akan menentukan tumbuhnya benih Sabda Allah yang telah ditaburkan. Tidak semua Sabda Allah yang ditaburkan dalam hati manusia dapat bertumbuh dan berbuah.
Hidup orang beriman sangat tergantung dari firman Allah. Maka, sangat penting bagi orang beriman untuk memelihara dan mengembangkan firman Allah yang telah ditaburkan dalam hatinya.
Doa
Ya Tuhan, Engkau telah menaburkan benih-benih kebaikan dalam diriku. Bantulah aku untuk dapat memelihara dan meneruskannya kepada sesamaku. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa XXIV (H)
St. Robertus Bellarminus; Sta. Hildegardis; St. Albertus dr Yerusalem; St. Martinus dr Finojosa
Bacaan I : 1Tim. 6:13–16
Mazmur : 100:2,3,4,5; R: 2c
Bacaan Injil : Luk. 8:4–15
Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan. …
Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab: ”Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”
Renungan
Tumbuh atau tidaknya sebuah tanaman tidak hanya tergantung pada benih yang ditaburkan, melainkan juga ditentukan oleh kualitas tanahnya.
Proses pertumbuhan tanaman seperti itu dijadikan Yesus untuk menggambarkan situasi hati manusia ketika menerima Sabda Allah. Hati manusia adalah tanah atau lahan tempat benih ditaburkan, sedangkan Sabda Allah adalah benih yang ditaburkan dalam hati manusia. Sabda Allah yang ditaburkan pasti berkualitas baik. Namun, hati manusia yang menerimanya kadang kurang baik. Yesus melukiskan hati manusia seperti tanah yang ada dipinggir jalan, tanah yang berbatu-batu, tanah di tengah semah duri, dan tanah yang baik. Keadaan tanah, tempat benih itu jatuh akan menentukan hasilnya. Demikian juga, kesuburan hati manusia akan menentukan tumbuhnya benih Sabda Allah yang telah ditaburkan. Tidak semua Sabda Allah yang ditaburkan dalam hati manusia dapat bertumbuh dan berbuah.
Hidup orang beriman sangat tergantung dari firman Allah. Maka, sangat penting bagi orang beriman untuk memelihara dan mengembangkan firman Allah yang telah ditaburkan dalam hatinya.
Doa
Ya Tuhan, Engkau telah menaburkan benih-benih kebaikan dalam diriku. Bantulah aku untuk dapat memelihara dan meneruskannya kepada sesamaku. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Kamis, 15 September 2011
Jumat, 16 September 2011-Pw St. Kornelius, Paus & St. Siprianus, UskMrt (ZIarah Batin 2011)
Jumat, 16 September 2011
Pekan Biasa XXIVPw St. Kornelius, Paus & St. Siprianus, UskMrt (M);
Sta. Eufemia
Bacaan I: 1Tim. 6:2c–12
Mazmur : 49:6–7,8–9,17–18,20; R: Mat. 5:3
Bacaan Injil : Luk. 8:1–3
Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.
Renungan
Di tengah dunia yang penuh prestasi dan persaingan, banyak orang mengalami kekosongan. Banyak orang menjadi putus asa karena mereka merasa tidak mempunyai peranan lagi dalam kehidupannya.
Ketika memberitakan Kerajaan Allah, Yesus tidak hanya melibatkan para murid-Nya, melainkan juga para perempuan yang melayani-Nya. Yesus juga melibatkan mereka yang dianggap lemah dan tidak berdaya. Dalam masyarakat Yahudi, kaum perempuan kurang mendapat tempat, bahkan tidak termasuk hitungan. Justru dalam situasi masyarakat yang demikian itu, Yesus memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk mengikuti diri-Nya. Dalam kerajaan-Nya, semua mempunyai peranannya masing-masing.
Menghargai dan menerima siapa pun, bahkan mereka yang dianggap lemah dan tidak berdaya harus menjadi ciri khas hidup orang beriman. Semua orang penting dan berguna dalam kehidupan.
Hidup kita sebagai umat beriman akan menjadi indah bila satu sama lain saling menghargai dan menerima. Kita diundang Rasul Paulus untuk menghindari sikap dan tindakan yang bertentangan dengan iman, kasih, dan kelembutan.
Doa: Ya Tuhan, yang lemah dan tidak berdaya selalu Kauperhatikan dan Kauperlihara. Buatlah aku juga menghargai dan menerima sesamaku apa adanya. Amin.
sumber :Ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXIVPw St. Kornelius, Paus & St. Siprianus, UskMrt (M);
Sta. Eufemia
Bacaan I: 1Tim. 6:2c–12
Mazmur : 49:6–7,8–9,17–18,20; R: Mat. 5:3
Bacaan Injil : Luk. 8:1–3
Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.
Renungan
Di tengah dunia yang penuh prestasi dan persaingan, banyak orang mengalami kekosongan. Banyak orang menjadi putus asa karena mereka merasa tidak mempunyai peranan lagi dalam kehidupannya.
Ketika memberitakan Kerajaan Allah, Yesus tidak hanya melibatkan para murid-Nya, melainkan juga para perempuan yang melayani-Nya. Yesus juga melibatkan mereka yang dianggap lemah dan tidak berdaya. Dalam masyarakat Yahudi, kaum perempuan kurang mendapat tempat, bahkan tidak termasuk hitungan. Justru dalam situasi masyarakat yang demikian itu, Yesus memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk mengikuti diri-Nya. Dalam kerajaan-Nya, semua mempunyai peranannya masing-masing.
Menghargai dan menerima siapa pun, bahkan mereka yang dianggap lemah dan tidak berdaya harus menjadi ciri khas hidup orang beriman. Semua orang penting dan berguna dalam kehidupan.
Hidup kita sebagai umat beriman akan menjadi indah bila satu sama lain saling menghargai dan menerima. Kita diundang Rasul Paulus untuk menghindari sikap dan tindakan yang bertentangan dengan iman, kasih, dan kelembutan.
Doa: Ya Tuhan, yang lemah dan tidak berdaya selalu Kauperhatikan dan Kauperlihara. Buatlah aku juga menghargai dan menerima sesamaku apa adanya. Amin.
sumber :Ziarah batin 2011
Rabu, 14 September 2011
Kamis, 15 September 2011~Pw SP Maria Berdukacita
Kamis, 15 September 2011
Pekan Biasa XXIV
Pw SP Maria Berdukacita (P); Sta. Katarina Fieschi dr Genoa; St. Nikomedes
Bacaan I : 1Kor. 12:31–13; atau Ibr. 5:7–9
Mazmur : 33:2–3,4–5,12,22
Bacaan Injil : Luk. 2:33–35 atau Luk. 7:31–35
Renungan
Gereja Katolik mengakui Bunda Maria sebagai sebuah rahmat dari Tuhan bagi umat-Nya. Bahkan, di dalam Gereja Katolik, ada banyak devosi kepada Bunda Maria, seperti Doa Rosario dan Novena Tiga Salam Maria.
Dalam sebuah diskusi, ada seseorang yang bertanya, ”Apakah berdoa di depan patung Bunda Maria tidak bisa disamakan dengan menyembah berhala?” Jawabnya tentu ”tidak”. Umat Katolik tidak [boleh] menyembah patung Bunda Maria. Kita hanya berdoa memohon perlindungan dan perantaraan Bunda Maria. Adapun patung hanyalah sarana untuk mendekatkan kita dengan Bunda yang kita ajak berbicara—seperti ibu kita.
Hari ini kita memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita. Mengapa Bunda Maria berdukacita? Semasa hidupnya, sebagai bunda Yesus, Maria sering kali berduka. Gereja Katolik memberinya gelar Mater Dolorosa (Bunda Dukacita). Kita pun sering mendengar istilah Tujuh Kedukaan Maria. Nubuat Simeon dalam Injil hari ini adalah salah satu dari kedukaan Maria itu. Kedukaan yang lainnya adalah pengungsian ke Mesir; Yesus hilang di Bait Allah pada usia 12 tahun; Yesus ditangkap, diadili, dan disiksa dalam Jalan Salib; Yesus disalibkan dan wafat; Yesus diturunkan dari salib dan dibaringkan di pangkuannya; Yesus dimakamkan. Namun, Bunda Maria tidak pernah mengeluh dan menyalahkan siapa pun. Ia selalu menyimpan segala duka itu di dalam hati dan merenungkannya (bdk. Luk. 2:19)—hal yang patut kita teladani.
Sampai saat ini pun, Bunda Maria masih sering berduka. Apakah yang menyebabkannya? Ia berduka jika kita menghina Yesus dengan banyak melakukan dosa. Ia berduka jika kita melanggar hukum kasih Allah.
Doa
Ya Bapa, terima kasih karena Engkau telah memberikan seorang Bunda sebagai rahmat bagiku. Ya Bunda Maria, doakanlah aku yang berdosa ini, sekarang dan waktu aku mati. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa XXIV
Pw SP Maria Berdukacita (P); Sta. Katarina Fieschi dr Genoa; St. Nikomedes
Bacaan I : 1Kor. 12:31–13; atau Ibr. 5:7–9
Mazmur : 33:2–3,4–5,12,22
Bacaan Injil : Luk. 2:33–35 atau Luk. 7:31–35
Renungan
Gereja Katolik mengakui Bunda Maria sebagai sebuah rahmat dari Tuhan bagi umat-Nya. Bahkan, di dalam Gereja Katolik, ada banyak devosi kepada Bunda Maria, seperti Doa Rosario dan Novena Tiga Salam Maria.
Dalam sebuah diskusi, ada seseorang yang bertanya, ”Apakah berdoa di depan patung Bunda Maria tidak bisa disamakan dengan menyembah berhala?” Jawabnya tentu ”tidak”. Umat Katolik tidak [boleh] menyembah patung Bunda Maria. Kita hanya berdoa memohon perlindungan dan perantaraan Bunda Maria. Adapun patung hanyalah sarana untuk mendekatkan kita dengan Bunda yang kita ajak berbicara—seperti ibu kita.
Hari ini kita memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita. Mengapa Bunda Maria berdukacita? Semasa hidupnya, sebagai bunda Yesus, Maria sering kali berduka. Gereja Katolik memberinya gelar Mater Dolorosa (Bunda Dukacita). Kita pun sering mendengar istilah Tujuh Kedukaan Maria. Nubuat Simeon dalam Injil hari ini adalah salah satu dari kedukaan Maria itu. Kedukaan yang lainnya adalah pengungsian ke Mesir; Yesus hilang di Bait Allah pada usia 12 tahun; Yesus ditangkap, diadili, dan disiksa dalam Jalan Salib; Yesus disalibkan dan wafat; Yesus diturunkan dari salib dan dibaringkan di pangkuannya; Yesus dimakamkan. Namun, Bunda Maria tidak pernah mengeluh dan menyalahkan siapa pun. Ia selalu menyimpan segala duka itu di dalam hati dan merenungkannya (bdk. Luk. 2:19)—hal yang patut kita teladani.
Sampai saat ini pun, Bunda Maria masih sering berduka. Apakah yang menyebabkannya? Ia berduka jika kita menghina Yesus dengan banyak melakukan dosa. Ia berduka jika kita melanggar hukum kasih Allah.
Doa
Ya Bapa, terima kasih karena Engkau telah memberikan seorang Bunda sebagai rahmat bagiku. Ya Bunda Maria, doakanlah aku yang berdosa ini, sekarang dan waktu aku mati. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Senin, 12 September 2011
Selasa, 13 September 2011 (Ziarah Batin 2011)-Pw St. Yohanes Krisostomus
Selasa, 13 September 2011
Pekan Biasa XXIV Pw St. Yohanes Krisostomus, UskPujG (P)
Bacaan I: 1Tim. 3:1–13
Mazmur : 101:1–2ab,2ab,2cd–3ab; R: 2b
Bacaan Injil : Luk. 7:11–17
Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: ”Jangan menangis!” Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: ”Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: ”Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan ”Allah telah melawat umat-Nya.” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Renungan
Banyak orang yang mudah kasihan, tetapi sedikit yang memiliki kasih bagi sesamanya. Banyak orang menolong sesamanya karena kasihan, bukan karena kasih. Dua kata yang sangat mirip, tetapi memiliki arti dan makna yang berbeda.
Ketika melihat kematian anak seorang janda, Yesus tergerak hati-Nya oleh belas kasihan. Kasihlah yang menggerakkan Yesus untuk menghidupkan kembali anak muda itu dari kematian. Perbuatan Yesus ini adalah perbuatan Allah sendiri. Allah menyelamatkan manusia bukan hanya karena kasihan, melainkan karena kasih. Melihat karya Yesus seperti itu, banyak orang kagum dan memuliakan Allah.
Dengan teladan hidup-Nya ini, Yesus mengajak para murid-Nya dan kita semua untuk melakukan perbuatan baik kita atas dasar kasih, bukan hanya sekadar kasihan. Perbuatan baik yang dilakukan dengan kasih akan mendatangkan kemuliaan Allah, sedangkan perbuatan baik yang dilakukan hanya karena kasihan hanya akan mendatangkan kemuliaan bagi kita sendiri.
Hidup persekutuan kita dalam jemaat akan terasa indah bila didasari dan disemangati dengan kasih, kasih seperti yang dimiliki oleh Yesus sendiri.
Doa: Ya Tuhan, melalui Putra-Mu, Yesus Kristus, Engkau sungguh mengasihiku dan tidak membiarkanku berjuang sendirian. Kehadiran-Mu senantiasa memberikan harapan. Amin.
sumber :ZIarah Batin 2011
Pekan Biasa XXIV Pw St. Yohanes Krisostomus, UskPujG (P)
Bacaan I: 1Tim. 3:1–13
Mazmur : 101:1–2ab,2ab,2cd–3ab; R: 2b
Bacaan Injil : Luk. 7:11–17
Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: ”Jangan menangis!” Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: ”Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: ”Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan ”Allah telah melawat umat-Nya.” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Renungan
Banyak orang yang mudah kasihan, tetapi sedikit yang memiliki kasih bagi sesamanya. Banyak orang menolong sesamanya karena kasihan, bukan karena kasih. Dua kata yang sangat mirip, tetapi memiliki arti dan makna yang berbeda.
Ketika melihat kematian anak seorang janda, Yesus tergerak hati-Nya oleh belas kasihan. Kasihlah yang menggerakkan Yesus untuk menghidupkan kembali anak muda itu dari kematian. Perbuatan Yesus ini adalah perbuatan Allah sendiri. Allah menyelamatkan manusia bukan hanya karena kasihan, melainkan karena kasih. Melihat karya Yesus seperti itu, banyak orang kagum dan memuliakan Allah.
Dengan teladan hidup-Nya ini, Yesus mengajak para murid-Nya dan kita semua untuk melakukan perbuatan baik kita atas dasar kasih, bukan hanya sekadar kasihan. Perbuatan baik yang dilakukan dengan kasih akan mendatangkan kemuliaan Allah, sedangkan perbuatan baik yang dilakukan hanya karena kasihan hanya akan mendatangkan kemuliaan bagi kita sendiri.
Hidup persekutuan kita dalam jemaat akan terasa indah bila didasari dan disemangati dengan kasih, kasih seperti yang dimiliki oleh Yesus sendiri.
Doa: Ya Tuhan, melalui Putra-Mu, Yesus Kristus, Engkau sungguh mengasihiku dan tidak membiarkanku berjuang sendirian. Kehadiran-Mu senantiasa memberikan harapan. Amin.
sumber :ZIarah Batin 2011
Jumat, 09 September 2011
Sabtu, 10 September 2011 (Ziarah batin 2011)
Sabtu, 10 September 2011
Pekan Biasa XXIII (H)St. Theodardus; St. Nikolaus Tolentino;
B. Oglerius; Fransiskus Garate
Bacaan I: 1Tim. 1:15–17
Mazmur : 113:1–2,3–4,5a,6–7
Bacaan Injil : Luk. 6:43–49
”Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.
Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya — Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan —, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya.”
Renungan
Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik. Demikian juga hati yang baik akan membuahkan kata-kata yang baik, juga sikap dan perbuatan yang baik.
Hidup kita akan membuahkan kebaikan bila kita mampu menjaga hati kita. Dari hati akan timbul sesuatu yang sangat baik. Namun, dari hati pula dapat timbul hal-hal yang buruk. Bahkan, kualitas hidup kita akan sangat ditentukan oleh keadaan hati kita. Maka, kecerdikan kita untuk menjaga hati agar tetap baik menjadi kunci kehidupan kita. Bagaimana cara memelihara hati yang baik? Pertama, ingatlah bahwa Tuhan senantiasa memberikan yang terbaik untuk hidup kita. Kedua, ingatlah juga bahwa kita hidup dari kebaikan sesama. Hidup kita bisa bertumbuh dan berkembang seperti sekarang ini karena kebaikan keluarga, guru, teman, sahabat, dan sebagainya.
Oleh karena itu, sebagai orang beriman, marilah kita mengawali hidup harian kita masing-masing dengan menyediakan waktu sejenak merenungkan segala kebaikan Tuhan yang sudah kita terima dari Tuhan dan sesama. Kemudian, mintalah kepada-Nya agar diberikan pikiran yang jernih, kehendak yang lurus, dan hati yang baik. Hati kita akan membuahkan kebaikan bila kita senantiasa hidup berakar pada Tuhan.
Doa: Allah Bapa sumber kebaikan, Engkau telah memberi hati yang baik kepadaku. Bantulah aku menghasilkan buah-buah yang baik dalam hidupku. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa XXIII (H)St. Theodardus; St. Nikolaus Tolentino;
B. Oglerius; Fransiskus Garate
Bacaan I: 1Tim. 1:15–17
Mazmur : 113:1–2,3–4,5a,6–7
Bacaan Injil : Luk. 6:43–49
”Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.
Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya — Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan —, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya.”
Renungan
Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik. Demikian juga hati yang baik akan membuahkan kata-kata yang baik, juga sikap dan perbuatan yang baik.
Hidup kita akan membuahkan kebaikan bila kita mampu menjaga hati kita. Dari hati akan timbul sesuatu yang sangat baik. Namun, dari hati pula dapat timbul hal-hal yang buruk. Bahkan, kualitas hidup kita akan sangat ditentukan oleh keadaan hati kita. Maka, kecerdikan kita untuk menjaga hati agar tetap baik menjadi kunci kehidupan kita. Bagaimana cara memelihara hati yang baik? Pertama, ingatlah bahwa Tuhan senantiasa memberikan yang terbaik untuk hidup kita. Kedua, ingatlah juga bahwa kita hidup dari kebaikan sesama. Hidup kita bisa bertumbuh dan berkembang seperti sekarang ini karena kebaikan keluarga, guru, teman, sahabat, dan sebagainya.
Oleh karena itu, sebagai orang beriman, marilah kita mengawali hidup harian kita masing-masing dengan menyediakan waktu sejenak merenungkan segala kebaikan Tuhan yang sudah kita terima dari Tuhan dan sesama. Kemudian, mintalah kepada-Nya agar diberikan pikiran yang jernih, kehendak yang lurus, dan hati yang baik. Hati kita akan membuahkan kebaikan bila kita senantiasa hidup berakar pada Tuhan.
Doa: Allah Bapa sumber kebaikan, Engkau telah memberi hati yang baik kepadaku. Bantulah aku menghasilkan buah-buah yang baik dalam hidupku. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Kamis, 08 September 2011
Jumat, 9 September 2011 (ziarah batin 2011)
Jumat, 9 September 2011
Pekan Biasa XXIII (H) St. Petrus Klaver; B. Frederik Ozanam
Bacaan I: 1Tim. 1:1–2,12–14
Mazmur : 16:1,2a,5,7–8,11; R: lih. 5a
Bacaan Injil : Luk. 6:39–42
Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: ”Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?
Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Renungan
Mengapa hidup kita lambat untuk menjadi sempurna? Sebab, kita punya kebiasaan kurang bagus seperti ini: cepat melihat kekurangan orang lain, tetapi lambat untuk melihat dan mengakui kekurangan kita sendiri. Kita selalu merasa lebih baik dan lebih sempurna dari orang lain.
Kebiasaan dan sikap seperti inilah yang dikecam oleh Yesus dalam Injil hari ini. Melalui sebuah perumpamaan, Yesus mengecam gaya hidup orang Farisi yang suka menunjukkan kesalahan orang lain, sementara mereka sendiri tidak menyadari dan mengakui kekurangannya sendiri. Mereka begitu sibuk memperhatikan dan menilai hidup sesamanya, sedangkan hidup mereka sendiri terabaikan. Orang-orang Farisi adalah kumpulan orang-orang yang merasa punya hak untuk menilai kehidupan orang lain. Itulah gaya hidup orang-orang munafik yang dikecam oleh Yesus hari ini.
Hidup kita tidak akan menjadi sempurna karena menunjukkan kekurangan sesama kita—apalagi mengadili sesama kita. Hidup yang sempurna justru dimulai saat orang berani dan jujur menyadari, mengakui, dan kemudian memperbaiki kekurangannya sendiri.
Orang yang sungguh beriman tidak akan menggunakan banyak waktunya untuk menilai orang lain, melainkan untuk memperhatikan dan memperbaiki hidupnya.
Doa: Ya Yesus, Engkau tidak berkenan dengan orang yang munafik. Hindarkanlah hidupku dari kemunafikan. Amin.
sumber :Ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXIII (H) St. Petrus Klaver; B. Frederik Ozanam
Bacaan I: 1Tim. 1:1–2,12–14
Mazmur : 16:1,2a,5,7–8,11; R: lih. 5a
Bacaan Injil : Luk. 6:39–42
Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: ”Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?
Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Renungan
Mengapa hidup kita lambat untuk menjadi sempurna? Sebab, kita punya kebiasaan kurang bagus seperti ini: cepat melihat kekurangan orang lain, tetapi lambat untuk melihat dan mengakui kekurangan kita sendiri. Kita selalu merasa lebih baik dan lebih sempurna dari orang lain.
Kebiasaan dan sikap seperti inilah yang dikecam oleh Yesus dalam Injil hari ini. Melalui sebuah perumpamaan, Yesus mengecam gaya hidup orang Farisi yang suka menunjukkan kesalahan orang lain, sementara mereka sendiri tidak menyadari dan mengakui kekurangannya sendiri. Mereka begitu sibuk memperhatikan dan menilai hidup sesamanya, sedangkan hidup mereka sendiri terabaikan. Orang-orang Farisi adalah kumpulan orang-orang yang merasa punya hak untuk menilai kehidupan orang lain. Itulah gaya hidup orang-orang munafik yang dikecam oleh Yesus hari ini.
Hidup kita tidak akan menjadi sempurna karena menunjukkan kekurangan sesama kita—apalagi mengadili sesama kita. Hidup yang sempurna justru dimulai saat orang berani dan jujur menyadari, mengakui, dan kemudian memperbaiki kekurangannya sendiri.
Orang yang sungguh beriman tidak akan menggunakan banyak waktunya untuk menilai orang lain, melainkan untuk memperhatikan dan memperbaiki hidupnya.
Doa: Ya Yesus, Engkau tidak berkenan dengan orang yang munafik. Hindarkanlah hidupku dari kemunafikan. Amin.
sumber :Ziarah batin 2011
Rabu, 07 September 2011
Kamis, 8 September 2011 (ziarah batin 2011)-Pesta Kelahiran SP Maria
Kamis, 8 September 2011
Pekan Biasa XXIII
Pesta Kelahiran SP Maria (P)
Bacaan I: Mi. 5:1–4a atau Rm. 8:28–30
Mazmur : 13:6ab,6cd; R: Yes. 61:10
Bacaan Injil : Mat. 1:1–16,18–23
Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, ....
Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ”Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ”Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita.
Renungan
Hari ini Gereja sedunia merayakan pesta Kelahiran Santa Perawan Maria. Perayaan hari ini mau mengungkapkan iman Gereja kepada karya Allah yang sungguh nyata dalam hidup Maria. Gereja sungguh menghormati dan mengasihi Maria sebagai perempuan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam karya keselamatan Allah.
Dalam karya keselamatan-Nya, Allah memanggil dan memilih Maria sebagai ibu Yesus. Sebagai ibu, Maria mengandung, melahirkan, dan membesarkan Yesus. Banyak persoalan yang menantang dalam menjalankan tugas panggilannya ini. Banyak peristiwa aneh yang Dia jumpai dan sulit untuk dipahami. Meski demikian, Dia tetap mau belajar untuk percaya dan taat menjalaninya. Allah tidak pernah salah memilih orang. Dia memilih orang yang tepat untuk menjalankan tugas sesuci itu.
Pesta hari ini menjadi kesempatan yang baik bagi kita untuk merenungkan karya Allah dalam hidup Maria. Dan sampai sekarang pun, Allah masih membutuhkan orang-orang seperti Maria. Orang-orang yang mau terbuka terhadap panggilan-Nya dan terlibat dalam karya penyelamatan-Nya.
Doa: Ya Allah, Engkau memilih Maria menjadi tempat kediaman-Mu di dunia ini. Kuduskanlah hidupku untuk menjadi tempat kehadiran-Mu yang menyelamatkan. Amin.
sumber:Ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXIII
Pesta Kelahiran SP Maria (P)
Bacaan I: Mi. 5:1–4a atau Rm. 8:28–30
Mazmur : 13:6ab,6cd; R: Yes. 61:10
Bacaan Injil : Mat. 1:1–16,18–23
Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, ....
Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ”Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ”Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita.
Renungan
Hari ini Gereja sedunia merayakan pesta Kelahiran Santa Perawan Maria. Perayaan hari ini mau mengungkapkan iman Gereja kepada karya Allah yang sungguh nyata dalam hidup Maria. Gereja sungguh menghormati dan mengasihi Maria sebagai perempuan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam karya keselamatan Allah.
Dalam karya keselamatan-Nya, Allah memanggil dan memilih Maria sebagai ibu Yesus. Sebagai ibu, Maria mengandung, melahirkan, dan membesarkan Yesus. Banyak persoalan yang menantang dalam menjalankan tugas panggilannya ini. Banyak peristiwa aneh yang Dia jumpai dan sulit untuk dipahami. Meski demikian, Dia tetap mau belajar untuk percaya dan taat menjalaninya. Allah tidak pernah salah memilih orang. Dia memilih orang yang tepat untuk menjalankan tugas sesuci itu.
Pesta hari ini menjadi kesempatan yang baik bagi kita untuk merenungkan karya Allah dalam hidup Maria. Dan sampai sekarang pun, Allah masih membutuhkan orang-orang seperti Maria. Orang-orang yang mau terbuka terhadap panggilan-Nya dan terlibat dalam karya penyelamatan-Nya.
Doa: Ya Allah, Engkau memilih Maria menjadi tempat kediaman-Mu di dunia ini. Kuduskanlah hidupku untuk menjadi tempat kehadiran-Mu yang menyelamatkan. Amin.
sumber:Ziarah batin 2011
Selasa, 06 September 2011
Rabu, 7 September 2011 (Ziarah batin 2011)
Rabu, 7 September 2011
Pekan Biasa XXIII (H) Sta. Regina
Bacaan I: Kol. 3:1–11
Mazmur : 145:2–3,10–11,12-13ab; R: 9a
Bacaan Injil : Luk. 6:20–26
Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: ”Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di surga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”
Renungan
Banyak orang yang mencari kebahagiaan, tetapi hanya sedikit yang menemukannya. Sebab, mereka mencari kebahagiaannya tidak pada Allah, melainkan pada hal-hal duniawi.
Pada hari ini, Tuhan Yesus menunjukkan letak dan jalannya. Bagi Yesus, hidup bahagia terletak hanya pada Allah. Kalau kita sungguh percaya dan menggantungkan seluruh hidup kita pada Allah, maka kita akan menemukan kebahagiaan yang sejati. Sabda bahagia dan sabda celaka yang diucapkan Yesus pada hari ini dapat menjadi pedoman sekaligus peringatan bagi perjalanan hidup kita. Miskin bisa menjadi berkah bila dimanfaatkan untuk berkembang dalam hidup. Kaya bisa menjadi kutuk bila orang puas dan tidak lagi membutuhkan Allah dan sesamanya. Hidup miskin atau kaya patut disyukuri dan dinikmati. Sebab yang menentukan kebahagiaan hidup kita bukan keduanya, melainkan rasa syukur kita kepada Allah.
Tuhan Yesus sungguh mengasihi kita. Dia menunjukkan jalan bahagia untuk hidup kita. Kita dengarkan Sabda-Nya hari ini dan kita jadikan pedoman sebagai arah dan tujuan hidup kita.
Doa: Ya Tuhan, Engkau telah menciptakan manusia untuk menemukan kebahagiaan dalam Engkau. Peliharalah kerinduanku akan Engkau. Biarlah hatiku selalu berkobar-kobar untuk mencari-Mu. Amin.
sumber:Ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXIII (H) Sta. Regina
Bacaan I: Kol. 3:1–11
Mazmur : 145:2–3,10–11,12-13ab; R: 9a
Bacaan Injil : Luk. 6:20–26
Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: ”Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di surga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”
Renungan
Banyak orang yang mencari kebahagiaan, tetapi hanya sedikit yang menemukannya. Sebab, mereka mencari kebahagiaannya tidak pada Allah, melainkan pada hal-hal duniawi.
Pada hari ini, Tuhan Yesus menunjukkan letak dan jalannya. Bagi Yesus, hidup bahagia terletak hanya pada Allah. Kalau kita sungguh percaya dan menggantungkan seluruh hidup kita pada Allah, maka kita akan menemukan kebahagiaan yang sejati. Sabda bahagia dan sabda celaka yang diucapkan Yesus pada hari ini dapat menjadi pedoman sekaligus peringatan bagi perjalanan hidup kita. Miskin bisa menjadi berkah bila dimanfaatkan untuk berkembang dalam hidup. Kaya bisa menjadi kutuk bila orang puas dan tidak lagi membutuhkan Allah dan sesamanya. Hidup miskin atau kaya patut disyukuri dan dinikmati. Sebab yang menentukan kebahagiaan hidup kita bukan keduanya, melainkan rasa syukur kita kepada Allah.
Tuhan Yesus sungguh mengasihi kita. Dia menunjukkan jalan bahagia untuk hidup kita. Kita dengarkan Sabda-Nya hari ini dan kita jadikan pedoman sebagai arah dan tujuan hidup kita.
Doa: Ya Tuhan, Engkau telah menciptakan manusia untuk menemukan kebahagiaan dalam Engkau. Peliharalah kerinduanku akan Engkau. Biarlah hatiku selalu berkobar-kobar untuk mencari-Mu. Amin.
sumber:Ziarah batin 2011
Senin, 05 September 2011
Selasa, 6 September 2011 (Ziarah batin 2011)
Selasa, 6 September 2011
Pekan Biasa XXIII (H) St. Thomas Tzugi
Bacaan I: Kol. 2:6–15
Mazmur : 145:1–2,8-9,10–11; R: 9a
Bacaan Injil : Luk. 6:12–19
Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.
Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.
Renungan
Sampai sekarang ini, Tuhan terus melanjutkan karya penyelamatan-Nya. Maka, Dia juga tidak pernah berhenti memanggil orang-orang pilihan-Nya.
Dikisahkan dalam Injil, Yesus memanggil para murid-Nya. Sebelum memilih dua belas murid-Nya untuk menjadi rasul-Nya, Yesus berdoa semalam-malaman kepada Allah. Dengan tindakan ini, Yesus mau menegaskan bahwa panggilan itu pertama-tama karya Allah. Dia memilih orang-orang pilihan-Nya sesuai yang dikehendaki-Nya.
Meski demikian, tanggapan dari pihak manusia juga sangat diperlukan dalam panggilan. Keterbukaan dan kesediaan untuk menanggapi panggilan Allah juga penting dalam terwujudnya sebuah panggilan. Bisa jadi banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang mau membuka diri. Ada banyak alasan hal yang membuat orang tidak mau membuka diri terhadap panggilan Tuhan.
Tuhan ingin melanjutkan karya penyelamatan-Nya di dunia ini. Maka, Dia memanggil dan memilih orang-orang yang mau diutus-Nya. Kemampuan dan keterampilan bukanlah menjadi kunci kesuksesan dalam panggilan, melainkan keterbukaan dan kesiapsediaan orang untuk hidup berakar dalam Kristus.
Doa: Ya Tuhan, Engkau meneruskan karya penyelamatan-Mu di dunia ini. Engkau memilih orang yang bersedia Kauutus. Buatlah banyak orang mendengarkan panggilan-Mu. Amin.
sumber : Ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXIII (H) St. Thomas Tzugi
Bacaan I: Kol. 2:6–15
Mazmur : 145:1–2,8-9,10–11; R: 9a
Bacaan Injil : Luk. 6:12–19
Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.
Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.
Renungan
Sampai sekarang ini, Tuhan terus melanjutkan karya penyelamatan-Nya. Maka, Dia juga tidak pernah berhenti memanggil orang-orang pilihan-Nya.
Dikisahkan dalam Injil, Yesus memanggil para murid-Nya. Sebelum memilih dua belas murid-Nya untuk menjadi rasul-Nya, Yesus berdoa semalam-malaman kepada Allah. Dengan tindakan ini, Yesus mau menegaskan bahwa panggilan itu pertama-tama karya Allah. Dia memilih orang-orang pilihan-Nya sesuai yang dikehendaki-Nya.
Meski demikian, tanggapan dari pihak manusia juga sangat diperlukan dalam panggilan. Keterbukaan dan kesediaan untuk menanggapi panggilan Allah juga penting dalam terwujudnya sebuah panggilan. Bisa jadi banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang mau membuka diri. Ada banyak alasan hal yang membuat orang tidak mau membuka diri terhadap panggilan Tuhan.
Tuhan ingin melanjutkan karya penyelamatan-Nya di dunia ini. Maka, Dia memanggil dan memilih orang-orang yang mau diutus-Nya. Kemampuan dan keterampilan bukanlah menjadi kunci kesuksesan dalam panggilan, melainkan keterbukaan dan kesiapsediaan orang untuk hidup berakar dalam Kristus.
Doa: Ya Tuhan, Engkau meneruskan karya penyelamatan-Mu di dunia ini. Engkau memilih orang yang bersedia Kauutus. Buatlah banyak orang mendengarkan panggilan-Mu. Amin.
sumber : Ziarah batin 2011
Langganan:
Postingan (Atom)