Selasa, 1 November 2011
HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS (P)
Bacaan I: Why. 7:2–4,9-14
Mazmur : 24:1-2,3–4ab,5–6; R: 6
Bacaan II : 1Yoh. 3:1–3
Bacaan Injil : Mat. 5:1–12a
Ketika
Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah
Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesus pun mulai
berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: ”Berbahagialah orang yang
miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki
bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena
mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hatinya,
karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci
hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang
membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena
Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang
jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga.”
Renungan
Setiap
orang ingin bahagia. Segala usaha ditempuh agar kebahagiaan itu
didapatkan. Usaha yang ditempuh masing-masing orang berbeda-beda
tergantung bagaimana dia mengartikan kebahagiaan itu. Ada yang menyangka
kebahagiaan itu ada dalam harta benda sehingga seluruh hidupnya
dipakai untuk mengumpulkan harta benda. Ada yang mengira kebahagiaan
itu ada dalam jabatan tinggi, akibatnya orang mengejarnya mati-matian.
Apakah ketika hal-hal itu diperoleh, orang otomatis bahagia? Ternyata
tidak. Harta benda dan jabatan sering kali belum cukup memenuhi
kerinduan manusia akan kebahagiaan.
Sabda bahagia Yesus
hari ini mengingatkan kita akan jalan kebahagiaan yang bisa ditempuh
kalau kita menginginkan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati dapat
kita peroleh kalau kita hidup dalam keutamaan-keutamaan, senantiasa
mengandalkan Tuhan, dan memperjuangkan kebenaran serta perdamaian.
Siapa pun dijanjikan kebahagiaan jika melewati jalan itu. Lewat jalan
ini orang bukan hanya akan memperoleh kebahagiaan, tetapi juga
kekudusan. Pada diri semua orang kudus yang dirayakan pestanya hari
ini, kita mendapatkan contoh konkret pribadi-pribadi yang berhasil
melewati jalan itu. Mereka bukan hanya menjadi bahagia, tetapi juga
kudus.
Doa: Ya Tuhan, berkat teladan para kudus,
semoga aku tidak henti-hentinya memperjuangkan kebahagiaan dan
kekudusan dalam hidup sehari-hari. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Senin, 31 Oktober 2011
Kamis, 27 Oktober 2011
Jumat, 29 Oktober 2010 (ziarah batin 2011)
Jumat, 29 Oktober 2010
B. Michaelis Rua
Bacaan I : Flp 1:1-11
Mazmur : 111:1-2.3-4.5-6 Ref: 2a
Bacaan Injil : Luk 14:1-6
Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya. Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: ”Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka: ”Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?” Mereka tidak sanggup membantah-Nya.
Renungan
Thomas adalah orang yang selalu berusaha menjadikan hidupnya berarti dan berguna untuk orang lain. Di tengah keluarga, ia menjadi sumber kegembiraan. Di tempat kerjanya, teman-temannya sangat dekat dan senang akan kehadiran Thomas. Di mana pun, Thomas menjadi orang yang selalu siap membantu, apalagi orang yang sedang kesusahan.
Maukah kita menjadi seperti Thomas? Maukah kita menjadikan hidup kita berarti dan berguna untuk sesama? Menjadi orang baik, memang tidak selalu mudah; Yesus sendiri mengalami.
Ketika Yesus menyelamatkan seseorang, ada saja yang tidak senang dan bahkan mengkritiknya. Semoga kita tahan uji sebagai murid-murid Yesus yang berusaha membawa kabar gembira. Semoga kita sungguh yakin bahwa kita membangun kebaikan. Semoga ketika ada orang-orang yang tidak senang dan berusaha menjatuhkan kita, kita tetap sabar dan kuat.
Doa: Ya Tuhan, ajarilah aku untuk ikut serta membawa kebaikan dan keselamatan dalam kehidupan. Berilah aku kesabaran dan kekuatan ketika harus menghadapi tantangan dan kesulitan. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
B. Michaelis Rua
Bacaan I : Flp 1:1-11
Mazmur : 111:1-2.3-4.5-6 Ref: 2a
Bacaan Injil : Luk 14:1-6
Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya. Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: ”Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka: ”Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?” Mereka tidak sanggup membantah-Nya.
Renungan
Thomas adalah orang yang selalu berusaha menjadikan hidupnya berarti dan berguna untuk orang lain. Di tengah keluarga, ia menjadi sumber kegembiraan. Di tempat kerjanya, teman-temannya sangat dekat dan senang akan kehadiran Thomas. Di mana pun, Thomas menjadi orang yang selalu siap membantu, apalagi orang yang sedang kesusahan.
Maukah kita menjadi seperti Thomas? Maukah kita menjadikan hidup kita berarti dan berguna untuk sesama? Menjadi orang baik, memang tidak selalu mudah; Yesus sendiri mengalami.
Ketika Yesus menyelamatkan seseorang, ada saja yang tidak senang dan bahkan mengkritiknya. Semoga kita tahan uji sebagai murid-murid Yesus yang berusaha membawa kabar gembira. Semoga kita sungguh yakin bahwa kita membangun kebaikan. Semoga ketika ada orang-orang yang tidak senang dan berusaha menjatuhkan kita, kita tetap sabar dan kuat.
Doa: Ya Tuhan, ajarilah aku untuk ikut serta membawa kebaikan dan keselamatan dalam kehidupan. Berilah aku kesabaran dan kekuatan ketika harus menghadapi tantangan dan kesulitan. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Rabu, 26 Oktober 2011
Kamis, 27 Oktober 2011 (ziarah batin 2011)
Kamis, 27 Oktober 2011
Pekan Biasa XXX (H) St. Frumensius
Bacaan I: Rm. 8:31b–39
Mazmur : 109:21–22,26–27,30–31; R: 26b
Bacaan Injil : Luk. 13:31–35
Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: ”Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka: ”Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem. Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!”
Renungan
Yesus masih dalam perjalanan ke Yerusalem sebagai tujuan akhir perjalanan-Nya. Yerusalem adalah tempat para nabi dibunuh. Yesus yang mengerti diri-Nya juga sebagai nabi melihat nasib-Nya akan berakhir di Yerusalem. Ketika para rasul menghalangi dia untuk pergi ke Yerusalem karena mereka tahu bahwa dia pasti akan dibunuh di sana, Yesus dengan tegas menghardik mereka. Dia tidak takut sedikit pun akan apa yang menjadi risiko pilihan hidup-Nya. Dia tidak menunjukkan sikap kompromi kepada orang-orang yang menjadi lawan-Nya. Dia secara terbuka memanggil Herodes sebagai serigala.
Menjadi nabi dan menyerukan suara kenabian memang menanggung risiko berat. Kita menjadi musuh banyak orang. Oleh karena itu, begitu sering kita memperhalus inti pewartaan kita dengan lebih diplomatis dan malah berkompromi dengan orang-orang yang menentang kita dengan mengorbankan kebenaran. Begitu sering kita tidak mengatakan kebenaran hanya karena mau menyenangkan orang lain. Kita begitu takut untuk tidak disenangi orang. Paulus—dalam suratnya kepada umat di Tesalonika—mengingatkan kita supaya ”berbicara” bukan untuk menyenangkan hati manusia, tetapi menyenangkan hati Allah (bdk. 1Tes. 2:4).
Doa: Ya Tuhan, berilah aku kekuatan dan keberanian untuk mewartakan hanya kebenaran. Apa pun yang terjadi, kuserahkan segalanya dalam perlindungan-Mu. Amin.
sumber : ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXX (H) St. Frumensius
Bacaan I: Rm. 8:31b–39
Mazmur : 109:21–22,26–27,30–31; R: 26b
Bacaan Injil : Luk. 13:31–35
Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: ”Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka: ”Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem. Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!”
Renungan
Yesus masih dalam perjalanan ke Yerusalem sebagai tujuan akhir perjalanan-Nya. Yerusalem adalah tempat para nabi dibunuh. Yesus yang mengerti diri-Nya juga sebagai nabi melihat nasib-Nya akan berakhir di Yerusalem. Ketika para rasul menghalangi dia untuk pergi ke Yerusalem karena mereka tahu bahwa dia pasti akan dibunuh di sana, Yesus dengan tegas menghardik mereka. Dia tidak takut sedikit pun akan apa yang menjadi risiko pilihan hidup-Nya. Dia tidak menunjukkan sikap kompromi kepada orang-orang yang menjadi lawan-Nya. Dia secara terbuka memanggil Herodes sebagai serigala.
Menjadi nabi dan menyerukan suara kenabian memang menanggung risiko berat. Kita menjadi musuh banyak orang. Oleh karena itu, begitu sering kita memperhalus inti pewartaan kita dengan lebih diplomatis dan malah berkompromi dengan orang-orang yang menentang kita dengan mengorbankan kebenaran. Begitu sering kita tidak mengatakan kebenaran hanya karena mau menyenangkan orang lain. Kita begitu takut untuk tidak disenangi orang. Paulus—dalam suratnya kepada umat di Tesalonika—mengingatkan kita supaya ”berbicara” bukan untuk menyenangkan hati manusia, tetapi menyenangkan hati Allah (bdk. 1Tes. 2:4).
Doa: Ya Tuhan, berilah aku kekuatan dan keberanian untuk mewartakan hanya kebenaran. Apa pun yang terjadi, kuserahkan segalanya dalam perlindungan-Mu. Amin.
sumber : ziarah batin 2011
Selasa, 25 Oktober 2011
Rabu, 26 Oktober 2011 (ziarah batin 2011)
Rabu, 26 Oktober 2011
Pekan Biasa XXX (H) St. Lucianus dan Marcianus
Bacaan I: Rm. 8:26–30
Mazmur : 13:4–5,6; R: 6a
Bacaan Injil : Luk. 13:22–30
Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.
Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: ”Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: ”Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.”
Renungan
Siapakah yang akan masuk dalam Kerajaan Allah? Tujuan dan arah utama hidup kita adalah keselamatan, khususnya di akhirat kelak. Daud pun bermazmur, ”Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?… Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu” (Mzm. 24:3–4).
Yesus mengingatkan bahwa tidak semua umat pilihan Allah—anak-anak Abraham—secara otomatis akan diselamatkan. Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak. Keselamatan butuh perjuangan. Dan, perjuangan itu memang tidak mudah karena pintu masuknya sempit. Pintu yang dimaksudkan Yesus adalah diri-Nya sendiri (bdk. Yoh. 10:9).
Yesus tahu bahwa para pendengar-Nya tidak percaya kepada-Nya sebagai Mesias, Utusan Allah. Yesus—lebih lanjut—mengejutkan mereka dengan mengatakan bahwa keselamatan itu bukanlah eksklusif milik umat pilihan Allah, tetapi anugerah Allah bagi semua makhluk, semua orang dari segala bangsa.
Doa: Ya Allah, ajarilah aku akan jalan-Mu dan berilah aku kekuatan untuk berjuang sampai penghabisan sehingga aku boleh menikmati kemuliaan-Mu yang Kaujanjikan kepadaku. Amin.
sumber:ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXX (H) St. Lucianus dan Marcianus
Bacaan I: Rm. 8:26–30
Mazmur : 13:4–5,6; R: 6a
Bacaan Injil : Luk. 13:22–30
Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.
Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: ”Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: ”Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.”
Renungan
Siapakah yang akan masuk dalam Kerajaan Allah? Tujuan dan arah utama hidup kita adalah keselamatan, khususnya di akhirat kelak. Daud pun bermazmur, ”Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?… Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu” (Mzm. 24:3–4).
Yesus mengingatkan bahwa tidak semua umat pilihan Allah—anak-anak Abraham—secara otomatis akan diselamatkan. Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak. Keselamatan butuh perjuangan. Dan, perjuangan itu memang tidak mudah karena pintu masuknya sempit. Pintu yang dimaksudkan Yesus adalah diri-Nya sendiri (bdk. Yoh. 10:9).
Yesus tahu bahwa para pendengar-Nya tidak percaya kepada-Nya sebagai Mesias, Utusan Allah. Yesus—lebih lanjut—mengejutkan mereka dengan mengatakan bahwa keselamatan itu bukanlah eksklusif milik umat pilihan Allah, tetapi anugerah Allah bagi semua makhluk, semua orang dari segala bangsa.
Doa: Ya Allah, ajarilah aku akan jalan-Mu dan berilah aku kekuatan untuk berjuang sampai penghabisan sehingga aku boleh menikmati kemuliaan-Mu yang Kaujanjikan kepadaku. Amin.
sumber:ziarah batin 2011
Senin, 24 Oktober 2011
Selasa, 25 Oktober 2011 (ziarah batin 2011)
Selasa, 25 Oktober 2011
Pekan Biasa XXX (H)St. Yohanes Ston; Sta. Margaretha;
St. Gaudensius; St. Krisantus dan Daria
Bacaan I: Rm. 8:18025
Mazmur : 126:1–2ab,2cd–3,4–5,6; R: 3a
Bacaan Injil : Luk. 13:18–21
Maka kata Yesus: ”Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.” Dan Ia berkata lagi: ”Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”
Renungan
Apa hubungannya Kerajaan Allah dengan biji sesawi dan ragi roti? Sesuatu yang sangat kecil dan mungkin tidak terlalu diperhatikan. Biji sesawi memang sangat kecil dibandingkan dengan biji-biji lainnya. Namun, ketika biji itu ditanam, ia akan berkembang menjadi pohon yang sangat besar. Demikian pula halnya dengan ragi yang tidak mempunyai arti kalau tetap sebagai ragi. Namun, ragi akan sangat berarti jika bisa membuat roti berkembang dan besar. Sesuatu yang kecil dan tidak diperhatikan, tetapi dalam daya dan kekuatannya, ia mampu mentransformasikan suatu kehidupan menjadi sesuatu yang besar.
Begitulah halnya dengan Kerajaan Allah, selalu berawal dari sesuatu yang sangat kecil dalam hati setiap manusia yang mendengarkan Sabda-Nya. Secara misterius, ia berkembang dan bertumbuh tanpa kita sadari. Bukan sesuatu yang besar dan spektakuler serta dilakukan sekali saja yang mampu mengubah hidup seseorang, melainkan sesuatu yang kecil, tetapi dilakukan secara kontinu, konsisten, ikhlas, dan setia. Banyak dari kita yang ingin melibatkan diri dalam kegiatan gerejani atau masyarakat kalau itu merupakan sesuatu proyek yang besar. Sebaliknya, pekerjaan kecil selalu kita bebankan kepada orang lain. Di hadapan Tuhan, bukan ”apa yang kita lakukan” yang penting, melainkan bagaimana kita melakukan itu dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab, itulah yang terpenting di mata Tuhan.
Doa: Ya Tuhan Allahku, bukalah mata hatiku akan kehadiran dan karya-Mu yang agung dalam setiap usahaku yang kecil, tetapi dilakukan dengan penuh kesetiaan. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXX (H)St. Yohanes Ston; Sta. Margaretha;
St. Gaudensius; St. Krisantus dan Daria
Bacaan I: Rm. 8:18025
Mazmur : 126:1–2ab,2cd–3,4–5,6; R: 3a
Bacaan Injil : Luk. 13:18–21
Maka kata Yesus: ”Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.” Dan Ia berkata lagi: ”Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”
Renungan
Apa hubungannya Kerajaan Allah dengan biji sesawi dan ragi roti? Sesuatu yang sangat kecil dan mungkin tidak terlalu diperhatikan. Biji sesawi memang sangat kecil dibandingkan dengan biji-biji lainnya. Namun, ketika biji itu ditanam, ia akan berkembang menjadi pohon yang sangat besar. Demikian pula halnya dengan ragi yang tidak mempunyai arti kalau tetap sebagai ragi. Namun, ragi akan sangat berarti jika bisa membuat roti berkembang dan besar. Sesuatu yang kecil dan tidak diperhatikan, tetapi dalam daya dan kekuatannya, ia mampu mentransformasikan suatu kehidupan menjadi sesuatu yang besar.
Begitulah halnya dengan Kerajaan Allah, selalu berawal dari sesuatu yang sangat kecil dalam hati setiap manusia yang mendengarkan Sabda-Nya. Secara misterius, ia berkembang dan bertumbuh tanpa kita sadari. Bukan sesuatu yang besar dan spektakuler serta dilakukan sekali saja yang mampu mengubah hidup seseorang, melainkan sesuatu yang kecil, tetapi dilakukan secara kontinu, konsisten, ikhlas, dan setia. Banyak dari kita yang ingin melibatkan diri dalam kegiatan gerejani atau masyarakat kalau itu merupakan sesuatu proyek yang besar. Sebaliknya, pekerjaan kecil selalu kita bebankan kepada orang lain. Di hadapan Tuhan, bukan ”apa yang kita lakukan” yang penting, melainkan bagaimana kita melakukan itu dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab, itulah yang terpenting di mata Tuhan.
Doa: Ya Tuhan Allahku, bukalah mata hatiku akan kehadiran dan karya-Mu yang agung dalam setiap usahaku yang kecil, tetapi dilakukan dengan penuh kesetiaan. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Jumat, 21 Oktober 2011
Sabtu, 22 Oktober 2011 (ziarah batin 2011)
Sabtu, 22 Oktober 2011
Pekan Biasa XXIX (H)Sta. Salome; St. Contardo Ferrini; St. Nunila dan Alodia;
St. Filipos, Hermes, dan Severus
Bacaan I: Rm. 8:1–11
Mazmur : 24:1–2,3–4ab,5–6; R: 6
Bacaan Injil : Luk. 13:1–9
Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. Yesus menjawab mereka: ”Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.”
Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: ”Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!”
Renungan
Begitu sering kita menghubungkan bencana sebagai hukuman Ilahi. Namun, penilaian dan penghakiman kita selalu menyudutkan mereka yang menjadi korban bencana. Ketika bencana tsunami menimpa Aceh, tidak sedikit dari kita yang menanggap bahwa orang Aceh jauh lebih besar dosanya daripada kita sehingga mereka pantas menerima hukuman Allah dalam tragedi bencana alam yang menimpa mereka. Peristiwa pembunuhan orang-orang Galilea oleh Pilatus di Bait Allah yang bermotifkan politik diangkat orang untuk meminta penilaian Yesus. Yesus mengingatkan mereka bahwa orang-orang Galilea itu tidak lebih besar dosanya daripada orang-orang Galilea yang lain. Yesus juga mengangkat peristiwa yang dialami oleh delapan belas orang yang tertimpa menara di Siloam.
Semua bencana hendaknya membuat kita bermenung diri dan mengambil hikmah, bukannya ajang pembenaran diri sebagai orang yang lebih baik daripada orang lain. Bukankah bencana tsunami Aceh, gempa bumi di Nias, Irian, dan di tempat lainnya merupakan momentum sejarah yang selayaknya membuat kita lebih rekat sebagai bangsa dalam sikap dan tindak solidaritas kita yang menembus dan melintas batas agama, suku, budaya, dan ras?
Doa: Allah Bapa di surga, jangan biarkan aku merasa diri lebih baik secara moral dan spiritual daripada orang lain. Berilah aku kerendahan hati untuk selalu memohon pengampunan dari-Mu. Amin.
sumber:ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXIX (H)Sta. Salome; St. Contardo Ferrini; St. Nunila dan Alodia;
St. Filipos, Hermes, dan Severus
Bacaan I: Rm. 8:1–11
Mazmur : 24:1–2,3–4ab,5–6; R: 6
Bacaan Injil : Luk. 13:1–9
Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. Yesus menjawab mereka: ”Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.”
Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: ”Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!”
Renungan
Begitu sering kita menghubungkan bencana sebagai hukuman Ilahi. Namun, penilaian dan penghakiman kita selalu menyudutkan mereka yang menjadi korban bencana. Ketika bencana tsunami menimpa Aceh, tidak sedikit dari kita yang menanggap bahwa orang Aceh jauh lebih besar dosanya daripada kita sehingga mereka pantas menerima hukuman Allah dalam tragedi bencana alam yang menimpa mereka. Peristiwa pembunuhan orang-orang Galilea oleh Pilatus di Bait Allah yang bermotifkan politik diangkat orang untuk meminta penilaian Yesus. Yesus mengingatkan mereka bahwa orang-orang Galilea itu tidak lebih besar dosanya daripada orang-orang Galilea yang lain. Yesus juga mengangkat peristiwa yang dialami oleh delapan belas orang yang tertimpa menara di Siloam.
Semua bencana hendaknya membuat kita bermenung diri dan mengambil hikmah, bukannya ajang pembenaran diri sebagai orang yang lebih baik daripada orang lain. Bukankah bencana tsunami Aceh, gempa bumi di Nias, Irian, dan di tempat lainnya merupakan momentum sejarah yang selayaknya membuat kita lebih rekat sebagai bangsa dalam sikap dan tindak solidaritas kita yang menembus dan melintas batas agama, suku, budaya, dan ras?
Doa: Allah Bapa di surga, jangan biarkan aku merasa diri lebih baik secara moral dan spiritual daripada orang lain. Berilah aku kerendahan hati untuk selalu memohon pengampunan dari-Mu. Amin.
sumber:ziarah batin 2011
Rabu, 19 Oktober 2011
Kamis, 20 Oktober 2011 (ziarah batin 2011)
Kamis, 20 Oktober 2011
Pekan Biasa XXIX (H)Magdalena dr Nagasaki; B. Marie de la Passion;
Sta. Maria Bertilla Boscardin; Sta. Irene dr Portugal
Bacaan I: Rm. 6:19–23
Mazmur : 1:1–2,3,4,5,6; R: 40:5a
Bacaan Injil : Luk. 12:49–53
”Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.”
Renungan
Para murid Yesus mungkin shock dengan ajaran-Nya yang satu ini, ”Aku datang bukan untuk membawa damai tetapi pertentangan.” Ataukah para murid sudah pernah mendengar tentang hal ini: ”Sebab anak laki-laki menghina ayahnya, anak perempuan bangkit melawan ibunya, menantu perempuan melawan ibu mertuanya; musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya” (Mi. 7:6). Bukan tidak mungkin anggota keluarga maupun teman dekatlah yang menjadi musuh kita dalam hidup.
Kita menjadi ”musuh” bukan karena kita orang yang tidak baik, tetapi bisa jadi karena pilihan loyalitas kita.
Yesus menyatakan bahwa dia datang membawa api. Api dalam tradisi Kitab Suci selalu diartikan sebagai kehadiran Tuhan (bdk. Kel. 3:2), sebagai lambang kemuliaan Tuhan (bdk. Yeh. 1:4.13) kekudusan Tuhan (bdk. Ul. 4:24), dan lambang Roh Kudus (bdk. Mat. 3:11). Pewartaan Kristus yang membawa kehadiran Allah di tengah umat manusia membuat manusia harus memilih dalam hal loyalitas. Apa mereka loyal, taat, dan setia kepada Allah atau tidak? Menempatkan segala sesuatu di atas pilihan untuk loyal kepada Tuhan adalah sebuah keberhalaan.
Doa: Tuhan Allahku, biarlah api cinta-Mu membakar semangatku untuk selalu setia kepada-Mu dan hanya loyal kepada-Mu. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXIX (H)Magdalena dr Nagasaki; B. Marie de la Passion;
Sta. Maria Bertilla Boscardin; Sta. Irene dr Portugal
Bacaan I: Rm. 6:19–23
Mazmur : 1:1–2,3,4,5,6; R: 40:5a
Bacaan Injil : Luk. 12:49–53
”Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.”
Renungan
Para murid Yesus mungkin shock dengan ajaran-Nya yang satu ini, ”Aku datang bukan untuk membawa damai tetapi pertentangan.” Ataukah para murid sudah pernah mendengar tentang hal ini: ”Sebab anak laki-laki menghina ayahnya, anak perempuan bangkit melawan ibunya, menantu perempuan melawan ibu mertuanya; musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya” (Mi. 7:6). Bukan tidak mungkin anggota keluarga maupun teman dekatlah yang menjadi musuh kita dalam hidup.
Kita menjadi ”musuh” bukan karena kita orang yang tidak baik, tetapi bisa jadi karena pilihan loyalitas kita.
Yesus menyatakan bahwa dia datang membawa api. Api dalam tradisi Kitab Suci selalu diartikan sebagai kehadiran Tuhan (bdk. Kel. 3:2), sebagai lambang kemuliaan Tuhan (bdk. Yeh. 1:4.13) kekudusan Tuhan (bdk. Ul. 4:24), dan lambang Roh Kudus (bdk. Mat. 3:11). Pewartaan Kristus yang membawa kehadiran Allah di tengah umat manusia membuat manusia harus memilih dalam hal loyalitas. Apa mereka loyal, taat, dan setia kepada Allah atau tidak? Menempatkan segala sesuatu di atas pilihan untuk loyal kepada Tuhan adalah sebuah keberhalaan.
Doa: Tuhan Allahku, biarlah api cinta-Mu membakar semangatku untuk selalu setia kepada-Mu dan hanya loyal kepada-Mu. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Senin, 17 Oktober 2011
Selasa, 18 Oktober 2011(ziarah batin 2011)
Selasa, 18 Oktober 2011
Pekan Biasa XXIX Pesta St. Lukas, Pengarang Injil (M)
Bacaan I: 2Tim. 4:10–17b
Mazmur : 145:10–11,12–13ab,17–18; R: 12
Bacaan Injil : Luk. 10:1–9
Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: ”Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.
Renungan
Para murid Yesus dipanggil untuk diutus. Untuk apa kita diutus dan bagaimana kita diutus telah dengan jelas dikatakan dalam Injil. Dan yang menarik juga bahwa Yesus sendiri telah melihat situasi di mana kita diutus. Kita diutus bagai domba di tengah serigala. Domba selalu menunjukkan sikap kelembutan dan kepasrahan pada gembalanya. Domba itu diutus bukan ke padang belantara yang hijau dengan kesejukan air yang tenang, melainkan ke tengah dunia serigala yang mengusik keberadaannya. Bagaimana dia merasa aman di tengah serigala? Dia tidak akan menghamba kepada serigala, dia juga tidak akan menjadi seperti serigala, tetapi tetap menjadi domba yang setia dengan perutusannya.
Pada Pesta Santo Lukas Pengarang Injil, kita diajak untuk merenungkan perutusan kita. Lukas menulis Injilnya dan Kisah Para Rasul di masa-masa yang penuh dengan tantangan. Banyak murid yang menjadi martir demi pewartaan Injil. Namun, tidak satu pun dari mereka yang mengambil jalan kekerasan untuk membela Injil. Kerajaan Allah diwartakan tanpa kekerasan dan paksaan, tetapi dengan penuh kesabaran dan kelemahlembutan. Bagaikan domba yang tidak punya pembela di tengah serigala yang siap sedia menerkam mangsanya, mereka hanya mengandalkan kekuatan dan perlindungan pada Sang Gembala Utama.
Doa: Ya Tuhan, berilah aku kelembutan hati dalam mewartakan Injil-Mu yang suci dan peliharalah aku dalam kasih-Mu. Amin.
sumber:ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXIX Pesta St. Lukas, Pengarang Injil (M)
Bacaan I: 2Tim. 4:10–17b
Mazmur : 145:10–11,12–13ab,17–18; R: 12
Bacaan Injil : Luk. 10:1–9
Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: ”Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.
Renungan
Para murid Yesus dipanggil untuk diutus. Untuk apa kita diutus dan bagaimana kita diutus telah dengan jelas dikatakan dalam Injil. Dan yang menarik juga bahwa Yesus sendiri telah melihat situasi di mana kita diutus. Kita diutus bagai domba di tengah serigala. Domba selalu menunjukkan sikap kelembutan dan kepasrahan pada gembalanya. Domba itu diutus bukan ke padang belantara yang hijau dengan kesejukan air yang tenang, melainkan ke tengah dunia serigala yang mengusik keberadaannya. Bagaimana dia merasa aman di tengah serigala? Dia tidak akan menghamba kepada serigala, dia juga tidak akan menjadi seperti serigala, tetapi tetap menjadi domba yang setia dengan perutusannya.
Pada Pesta Santo Lukas Pengarang Injil, kita diajak untuk merenungkan perutusan kita. Lukas menulis Injilnya dan Kisah Para Rasul di masa-masa yang penuh dengan tantangan. Banyak murid yang menjadi martir demi pewartaan Injil. Namun, tidak satu pun dari mereka yang mengambil jalan kekerasan untuk membela Injil. Kerajaan Allah diwartakan tanpa kekerasan dan paksaan, tetapi dengan penuh kesabaran dan kelemahlembutan. Bagaikan domba yang tidak punya pembela di tengah serigala yang siap sedia menerkam mangsanya, mereka hanya mengandalkan kekuatan dan perlindungan pada Sang Gembala Utama.
Doa: Ya Tuhan, berilah aku kelembutan hati dalam mewartakan Injil-Mu yang suci dan peliharalah aku dalam kasih-Mu. Amin.
sumber:ziarah batin 2011
Jumat, 14 Oktober 2011
Sabtu, 15 Oktober 2011 (ziarah batin 2011)
Sabtu, 15 Oktober 2011
Pekan Biasa XXVIII
Pw Sta. Teresia dr Yesus, PrwPujG. (P)
Bacaan I : Rm. 4:13.16–18
Mazmur : 105:6–7,8–9,42–43; R: 8a
Bacaan Injil : Luk. 12:8–12
”Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.”
Renungan
”Barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni.” Perkataan ini cukup keras dan banyak orang tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan Tuhan. Menyangkal Yesus masih bisa diampuni, tetapi menghujat Roh Kudus adalah dosa yang tidak bisa diampuni.
Allah menciptakan segala sesuatu dan manusia menurut citra-Nya dengan diembusnya Roh Kudus, DAYA HIDUP. Yesus yang penuh dengan Roh Kudus melakukan karya agung Allah: yang sakit disembuhkan, yang mati dibangkitkan. Yesus mengembusi para murid-Nya dengan Roh Kudus dan berkata, ”Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh. 20:22–23).
Demikianlah karya Roh dalam penciptaan, menopang ciptaan dan menebusnya dengan kelimpahan kasih Allah.
Kasih pengampunan Tuhan tidak berkesudahan, tanpa batas, dan tanpa syarat. Barang siapa percaya akan kerahiman dan belas kasih Allah serta bertobat, dia akan menikmati kelimpahan kasih dan pengampunan Allah. Barang siapa tidak percaya dan tidak bertobat, dia bukan saja menutup diri akan kerahiman Allah, tetapi juga menghujat Roh Allah yang memampukan orang untuk memiliki DAYA HIDUP baru. Pengampunan selalu ada bagi orang yang percaya dan bertobat.
Doa
Tuhan, sadarkan aku selalu akan kelimpahan kasih karunia-Mu dalam hidupku. Panggillah aku untuk selalu tinggal dalam kelimpahan kasih dan kerahiman-Mu. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXVIII
Pw Sta. Teresia dr Yesus, PrwPujG. (P)
Bacaan I : Rm. 4:13.16–18
Mazmur : 105:6–7,8–9,42–43; R: 8a
Bacaan Injil : Luk. 12:8–12
”Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.”
Renungan
”Barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni.” Perkataan ini cukup keras dan banyak orang tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan Tuhan. Menyangkal Yesus masih bisa diampuni, tetapi menghujat Roh Kudus adalah dosa yang tidak bisa diampuni.
Allah menciptakan segala sesuatu dan manusia menurut citra-Nya dengan diembusnya Roh Kudus, DAYA HIDUP. Yesus yang penuh dengan Roh Kudus melakukan karya agung Allah: yang sakit disembuhkan, yang mati dibangkitkan. Yesus mengembusi para murid-Nya dengan Roh Kudus dan berkata, ”Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh. 20:22–23).
Demikianlah karya Roh dalam penciptaan, menopang ciptaan dan menebusnya dengan kelimpahan kasih Allah.
Kasih pengampunan Tuhan tidak berkesudahan, tanpa batas, dan tanpa syarat. Barang siapa percaya akan kerahiman dan belas kasih Allah serta bertobat, dia akan menikmati kelimpahan kasih dan pengampunan Allah. Barang siapa tidak percaya dan tidak bertobat, dia bukan saja menutup diri akan kerahiman Allah, tetapi juga menghujat Roh Allah yang memampukan orang untuk memiliki DAYA HIDUP baru. Pengampunan selalu ada bagi orang yang percaya dan bertobat.
Doa
Tuhan, sadarkan aku selalu akan kelimpahan kasih karunia-Mu dalam hidupku. Panggillah aku untuk selalu tinggal dalam kelimpahan kasih dan kerahiman-Mu. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Kamis, 13 Oktober 2011
Jumat, 14 Oktober 2011 (ziarah batin 2011)
Jumat, 14 Oktober 2011
Pekan Biasa XXVIII (H)
St. Yohanes Ogilvie; St. Kalistus I, Paus; B. Gundisalvus dr Lagos; B. Gonzalo dr Lagos
Bacaan I : Rm. 4:1–8
Mazmur : 32:1–2,5,11; R: 7
Bacaan Injil : Luk. 12:1–7
Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: ”Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.”
Renungan
Kemunafikan berarti bahwa manusia tidak menampakkan apa dan siapa sebenarnya dirinya. Dia adalah seorang actor atau pemain drama. Demikianlah orang-orang Farisi di zaman Yesus, mereka menampakkan diri seolah-olah mereka itu sangat suci dan baik. Hati mereka penuh dengan kejahatan. Hidup mereka penuh dengan kebusukan.
Yesus mengajarkan kita agar tidak takut akan sesama manusia yang walaupun membunuh dan menghabiskan nyawa kita, tetapi tidak punya kuasa lagi untuk kehidupan selanjutnya. Sebaliknya, kita selayaknya takut akan Allah. Takut akan Allah dalam bahasa Kitab Suci adalah suatu sikap hormat, sembah, dan bakti bagi Dia yang menciptakan kita dengan cinta dan menopang kita dengan kerahiman-Nya. Inilah sikap yang dituntut oleh Allah (bdk. Im. 25:17). Hanya
Allah yang patut ditakuti, disembah, dan dihormati karena Dialah yang memiliki hidup yang kekal. Dia tidak akan melupakan apa yang Dia ciptakan dengan penuh kasih. Dia tidak menginginkan kita binasa karena kita adalah milik pusaka-Nya. Sekalipun kita kehilangan nyawa di tengah pergulatan dunia yang menentang kita karena nama-Nya, kita tidak akan binasa, tetapi memperoleh hidup yang kekal.
Doa
Ya Tuhan Pelindungku, biarlah aku hanya takut akan Dikau, Allah yang menjanjikanku kehidupan yang kekal. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXVIII (H)
St. Yohanes Ogilvie; St. Kalistus I, Paus; B. Gundisalvus dr Lagos; B. Gonzalo dr Lagos
Bacaan I : Rm. 4:1–8
Mazmur : 32:1–2,5,11; R: 7
Bacaan Injil : Luk. 12:1–7
Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: ”Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.”
Renungan
Kemunafikan berarti bahwa manusia tidak menampakkan apa dan siapa sebenarnya dirinya. Dia adalah seorang actor atau pemain drama. Demikianlah orang-orang Farisi di zaman Yesus, mereka menampakkan diri seolah-olah mereka itu sangat suci dan baik. Hati mereka penuh dengan kejahatan. Hidup mereka penuh dengan kebusukan.
Yesus mengajarkan kita agar tidak takut akan sesama manusia yang walaupun membunuh dan menghabiskan nyawa kita, tetapi tidak punya kuasa lagi untuk kehidupan selanjutnya. Sebaliknya, kita selayaknya takut akan Allah. Takut akan Allah dalam bahasa Kitab Suci adalah suatu sikap hormat, sembah, dan bakti bagi Dia yang menciptakan kita dengan cinta dan menopang kita dengan kerahiman-Nya. Inilah sikap yang dituntut oleh Allah (bdk. Im. 25:17). Hanya
Allah yang patut ditakuti, disembah, dan dihormati karena Dialah yang memiliki hidup yang kekal. Dia tidak akan melupakan apa yang Dia ciptakan dengan penuh kasih. Dia tidak menginginkan kita binasa karena kita adalah milik pusaka-Nya. Sekalipun kita kehilangan nyawa di tengah pergulatan dunia yang menentang kita karena nama-Nya, kita tidak akan binasa, tetapi memperoleh hidup yang kekal.
Doa
Ya Tuhan Pelindungku, biarlah aku hanya takut akan Dikau, Allah yang menjanjikanku kehidupan yang kekal. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Rabu, 12 Oktober 2011
Kamis, 13 Oktober 2011 (ziarah batin 2011)
Kamis, 13 Oktober 2011
Pekan Biasa XXVIII (H) St. Eduardus; Sta. Eustokia; B. Honoratus Kosminski; B. Aleksandrina Maria da Costa
Bacaan I: Rm. 3:21–30a
Mazmur : 130:1–2,3–4b,4c–6; R: 7
Bacaan Injil : Luk. 11:47–54
”Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”
Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.
Renungan
Para nabi seperti Elia, Yeremiah, dan Amos disiksa dan dibunuh oleh para pemimpin agama Yahudi. Di zaman Raja Ahab (2Raj. 2:16) dan Yoyakim (Yer. 26:1–23) banyak nabi—yang tidak diketahui namanya—dibunuh secara massal. Di Zaman Yesus, mereka membangun tugu-tugu peringatan bagi para nabi yang dibunuh oleh nenek moyang mereka sendiri. Mereka mungkin mau menunjukkan rasa hormat dan kagum terhadap para nabi dahulu. Namun, Yesus membongkar kemunafikan mereka yang hanya mengelabui mata orang dengan penghargaan mereka yang semu, tetapi menolak kehadiran nabi di tengah mereka.
Para ahli Taurat dikecam oleh Yesus karena mereka yang merupakan pemegang kunci pengetahuan tentang Allah, bukan saja menutup diri dari anugerah surga yang dijanjikan, tetapi justru menghalangi orang lain untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ajaran Tuhan itu sederhana. Janganlah ajaran itu dibuat sedemikian kompleks sehingga orang lain tidak bisa mengerti atau malah tidak punya kemauan dan kemampuan untuk mendalami ajaran-ajaran Tuhan. Banyak orang awam yang tidak lagi mau bersusah payah untuk mendalami ajaran Tuhan dan mereka mengharapkan para pastor saja, atau pengkhotbah yang akan menjelaskan kepada mereka.
Doa: Tuhan Yesus, terangilah aku selalu dengan Roh Kudus-Mu agar aku bisa menjadi penuntun bagi sesamaku untuk menikmati sukacita kehidupan yang Engkau janjikan bagi semua orang. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXVIII (H) St. Eduardus; Sta. Eustokia; B. Honoratus Kosminski; B. Aleksandrina Maria da Costa
Bacaan I: Rm. 3:21–30a
Mazmur : 130:1–2,3–4b,4c–6; R: 7
Bacaan Injil : Luk. 11:47–54
”Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”
Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.
Renungan
Para nabi seperti Elia, Yeremiah, dan Amos disiksa dan dibunuh oleh para pemimpin agama Yahudi. Di zaman Raja Ahab (2Raj. 2:16) dan Yoyakim (Yer. 26:1–23) banyak nabi—yang tidak diketahui namanya—dibunuh secara massal. Di Zaman Yesus, mereka membangun tugu-tugu peringatan bagi para nabi yang dibunuh oleh nenek moyang mereka sendiri. Mereka mungkin mau menunjukkan rasa hormat dan kagum terhadap para nabi dahulu. Namun, Yesus membongkar kemunafikan mereka yang hanya mengelabui mata orang dengan penghargaan mereka yang semu, tetapi menolak kehadiran nabi di tengah mereka.
Para ahli Taurat dikecam oleh Yesus karena mereka yang merupakan pemegang kunci pengetahuan tentang Allah, bukan saja menutup diri dari anugerah surga yang dijanjikan, tetapi justru menghalangi orang lain untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ajaran Tuhan itu sederhana. Janganlah ajaran itu dibuat sedemikian kompleks sehingga orang lain tidak bisa mengerti atau malah tidak punya kemauan dan kemampuan untuk mendalami ajaran-ajaran Tuhan. Banyak orang awam yang tidak lagi mau bersusah payah untuk mendalami ajaran Tuhan dan mereka mengharapkan para pastor saja, atau pengkhotbah yang akan menjelaskan kepada mereka.
Doa: Tuhan Yesus, terangilah aku selalu dengan Roh Kudus-Mu agar aku bisa menjadi penuntun bagi sesamaku untuk menikmati sukacita kehidupan yang Engkau janjikan bagi semua orang. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Selasa, 11 Oktober 2011
Rabu, 12 oktober 2011 (ziarah batin 2011)
Rabu, 12 oktober 2011
Pekan Biasa XXVIII (H)St. Serafinus dr Montegranaro;
St. Wilfridus; B. Maria Teresa Fasce
Bacaan I: Rm. 2:1–11
Mazmur : 62:2–3,6–7,9; R: 13b
Bacaan Injil : Luk. 11:42–46
”Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.”
Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: ”Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.” Tetapi Ia menjawab: ”Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.”
Renungan
Kecaman yang dilontarkan Yesus kepada orang-orang Farisi dan para ahli Taurat makin pedas. Dia membongkar kebobrokan praktik kehidupan agama mereka yang bermotivasi agar dilihat dan dihormati orang. Mereka juga membuat hukum dan peraturan yang mereka sendiri tidak melaksanakannya. Mereka bukan saja penuh dengan kebusukan dan kebobrokan, tetapi justru menyesatkan orang lain dengan ajaran-ajaran mereka. Mereka diibaratkan dengan kubur yang tidak punya tanda. Dalam adat istiadat orang Yahudi, orang yang menginjak kubur akan najis selama tujuh hari. Banyak orang menginjak kubur karena kubur tersebut tidak punya tanda. Orang Farisi adalah kubur-kubur yang tidak punya tanda dan orang bisa saja mendekati mereka dan terkontaminasi dengan ajaran sesat mereka.
Sementara itu, Yesus mengajarkan dan mengingatkan kembali, baik para ahli Taurat dan orang Farisi bahwa esensi dari perintah Allah adalah kasih dan keadilan. Allah sendiri adalah kasih dan segala yang dia lakukan mengalir dari kasih-Nya. Kasih adalah pengorbanan yang selalu merangkul dan meringankan beban orang lain.
Doa: Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, kobarkanlah semangat cinta dalam hatiku agar aku selalu hanya memerhatikan apa yang paling utama dan penting dalam hidup ini, yaitu membagi kasih dengan sesama. Amin.
sumber: ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXVIII (H)St. Serafinus dr Montegranaro;
St. Wilfridus; B. Maria Teresa Fasce
Bacaan I: Rm. 2:1–11
Mazmur : 62:2–3,6–7,9; R: 13b
Bacaan Injil : Luk. 11:42–46
”Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.”
Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: ”Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.” Tetapi Ia menjawab: ”Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.”
Renungan
Kecaman yang dilontarkan Yesus kepada orang-orang Farisi dan para ahli Taurat makin pedas. Dia membongkar kebobrokan praktik kehidupan agama mereka yang bermotivasi agar dilihat dan dihormati orang. Mereka juga membuat hukum dan peraturan yang mereka sendiri tidak melaksanakannya. Mereka bukan saja penuh dengan kebusukan dan kebobrokan, tetapi justru menyesatkan orang lain dengan ajaran-ajaran mereka. Mereka diibaratkan dengan kubur yang tidak punya tanda. Dalam adat istiadat orang Yahudi, orang yang menginjak kubur akan najis selama tujuh hari. Banyak orang menginjak kubur karena kubur tersebut tidak punya tanda. Orang Farisi adalah kubur-kubur yang tidak punya tanda dan orang bisa saja mendekati mereka dan terkontaminasi dengan ajaran sesat mereka.
Sementara itu, Yesus mengajarkan dan mengingatkan kembali, baik para ahli Taurat dan orang Farisi bahwa esensi dari perintah Allah adalah kasih dan keadilan. Allah sendiri adalah kasih dan segala yang dia lakukan mengalir dari kasih-Nya. Kasih adalah pengorbanan yang selalu merangkul dan meringankan beban orang lain.
Doa: Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, kobarkanlah semangat cinta dalam hatiku agar aku selalu hanya memerhatikan apa yang paling utama dan penting dalam hidup ini, yaitu membagi kasih dengan sesama. Amin.
sumber: ziarah batin 2011
Senin, 10 Oktober 2011
Selasa, 11 Oktober 2011 (ziarah batin 2011)
Selasa, 11 Oktober 2011
Pekan Biasa XXVIII (H) B. Elias dr Socorro Nieves
Bacaan I: Rm. 1:16–25
Mazmur : 19:2–3,4–5; R: 2a
Bacaan Injil : Luk. 11:37–41
Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Tetapi Tuhan berkata kepadanya: ”Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.”
Renungan
Yesus sungguh berlaku sangat kasar terhadap orang Farisi yang mengundang dia makan di rumahnya. Orang Farisi itu mengundang Yesus karena terkesan dan tertegun dengan pengajaran-Nya. Namun, apa yang dia dapatkan? Yesus sebagai tamu mengecam sikap orang-orang Farisi yang sangat legalistis dan ritualistis. Hati mereka tertutup dengan substansi ajaran agama mereka. Walau hanya sebagai tamu, Yesus tetap mewartakan kebenaran hidup beragama demi keselamatan orang itu. The truth hurts—kebenaran menyakitkan, tetapi tetap harus diwartakan.
Yesus menekankan pentingnya kebersihan hati—bukan kebersihan tangan—dalam menghayati dan mengamalkan kehidupan beragama. Dia mengkritik sikap mereka yang mau menonjolkan kesalehan di bagian luar, tetapi hati mereka penuh dengan kebusukan, kesombongan, kerakusan, kegetiran, iri, dan sebagainya. Dia menganjurkan kita agar lebih memerhatikan sedekah. Sebab, sedekah adalah ungkapan hati yang penuh kasih dan perhatian bagi orang lain. Yesus mengajarkan agar hati kita dipenuhi dengan pikiran yang penuh kasih dan perhatian agar tidak diisi dengan kebencian, kemarahan, kecemburuan, dan kesombongan.
Doa: Tuhan, penuhilah hatiku dengan kasih-Mu dan tambahkan dahagaku akan kesucian agar aku selalu menikmati damai dan ketenangan bersama-Mu. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXVIII (H) B. Elias dr Socorro Nieves
Bacaan I: Rm. 1:16–25
Mazmur : 19:2–3,4–5; R: 2a
Bacaan Injil : Luk. 11:37–41
Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Tetapi Tuhan berkata kepadanya: ”Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.”
Renungan
Yesus sungguh berlaku sangat kasar terhadap orang Farisi yang mengundang dia makan di rumahnya. Orang Farisi itu mengundang Yesus karena terkesan dan tertegun dengan pengajaran-Nya. Namun, apa yang dia dapatkan? Yesus sebagai tamu mengecam sikap orang-orang Farisi yang sangat legalistis dan ritualistis. Hati mereka tertutup dengan substansi ajaran agama mereka. Walau hanya sebagai tamu, Yesus tetap mewartakan kebenaran hidup beragama demi keselamatan orang itu. The truth hurts—kebenaran menyakitkan, tetapi tetap harus diwartakan.
Yesus menekankan pentingnya kebersihan hati—bukan kebersihan tangan—dalam menghayati dan mengamalkan kehidupan beragama. Dia mengkritik sikap mereka yang mau menonjolkan kesalehan di bagian luar, tetapi hati mereka penuh dengan kebusukan, kesombongan, kerakusan, kegetiran, iri, dan sebagainya. Dia menganjurkan kita agar lebih memerhatikan sedekah. Sebab, sedekah adalah ungkapan hati yang penuh kasih dan perhatian bagi orang lain. Yesus mengajarkan agar hati kita dipenuhi dengan pikiran yang penuh kasih dan perhatian agar tidak diisi dengan kebencian, kemarahan, kecemburuan, dan kesombongan.
Doa: Tuhan, penuhilah hatiku dengan kasih-Mu dan tambahkan dahagaku akan kesucian agar aku selalu menikmati damai dan ketenangan bersama-Mu. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Jumat, 07 Oktober 2011
Sabtu, 8 Oktober 2011 (ziarah batin 2011)
Sabtu, 8 Oktober 2011
Pekan Biasa XXVII (H)
Simeon; St. Sergius dan Bakhus
Bacaan I : Yl. 3:12–21
Mazmur : 97:1-2,5–6,11–12; R: 12a
Bacaan Injil : Luk.11:27–28
Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: ”Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Tetapi Ia berkata: ”Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”
Renungan
Banyak orang terpesona menyaksikan Yesus melakukan mukjizat menyembuhkan orang dan mengusir setan. Banyak orang tertegun mendengar kebijaksanaan yang keluar dari mulut-Nya. Seorang perempuan tidak tahan untuk melontarkan kata-kata pujian. ”Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Yesus tentu tidak menyangkal akan kebahagiaan dan berkat yang menjadi milik Maria, bunda-Nya. Dan, memang Kidung Maria sendiri meneguhkan hal itu: ”segala keturunan akan menyebut aku bahagia” (Luk. 1:489).
Yesus menjawab dengan suatu pernyataan yang inklusif dengan memperluas makna berkat dan kebahagiaan yang meliputi semua orang yang menerima dan melakukan, yang mendengar dan memelihara Sabda. Allah menghendaki agar kita hidup sebagai saudara dalam satu keluarga dan Allah menjadi Bapanya. Di sini, Yesus mau mengubah relasi manusia yang didasarkan semata atas hubungan darah dengan suatu keluarga yang diikat dan disatukan dalam iman akan Allah. Oleh karena itu, menjadi berkat dan sumber kebahagiaan bagi sesama selalu bermuara pada kesatuan kita dalam Tuhan. Kita menjadi rahmatan lil alamin kalau kita selalu hidup dalam rahmat Allah.
Doa
Ya Tuhan, tambahkan dahagaku akan Sabda-Mu dan kuatkanlah aku untuk melakukannya agar aku menjadi sumber berkat dan sukacita bagi sesamaku. Amin.
sumber:ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXVII (H)
Simeon; St. Sergius dan Bakhus
Bacaan I : Yl. 3:12–21
Mazmur : 97:1-2,5–6,11–12; R: 12a
Bacaan Injil : Luk.11:27–28
Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: ”Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Tetapi Ia berkata: ”Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”
Renungan
Banyak orang terpesona menyaksikan Yesus melakukan mukjizat menyembuhkan orang dan mengusir setan. Banyak orang tertegun mendengar kebijaksanaan yang keluar dari mulut-Nya. Seorang perempuan tidak tahan untuk melontarkan kata-kata pujian. ”Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Yesus tentu tidak menyangkal akan kebahagiaan dan berkat yang menjadi milik Maria, bunda-Nya. Dan, memang Kidung Maria sendiri meneguhkan hal itu: ”segala keturunan akan menyebut aku bahagia” (Luk. 1:489).
Yesus menjawab dengan suatu pernyataan yang inklusif dengan memperluas makna berkat dan kebahagiaan yang meliputi semua orang yang menerima dan melakukan, yang mendengar dan memelihara Sabda. Allah menghendaki agar kita hidup sebagai saudara dalam satu keluarga dan Allah menjadi Bapanya. Di sini, Yesus mau mengubah relasi manusia yang didasarkan semata atas hubungan darah dengan suatu keluarga yang diikat dan disatukan dalam iman akan Allah. Oleh karena itu, menjadi berkat dan sumber kebahagiaan bagi sesama selalu bermuara pada kesatuan kita dalam Tuhan. Kita menjadi rahmatan lil alamin kalau kita selalu hidup dalam rahmat Allah.
Doa
Ya Tuhan, tambahkan dahagaku akan Sabda-Mu dan kuatkanlah aku untuk melakukannya agar aku menjadi sumber berkat dan sukacita bagi sesamaku. Amin.
sumber:ziarah batin 2011
Kamis, 06 Oktober 2011
Jumat, 7 Oktober 2011~Pw SP Maria, Ratu Rosario (Ziarah batin 2011)
Jumat, 7 Oktober 2011
Pekan Biasa XXVII
Pw SP Maria, Ratu Rosario (P)
Bacaan I : Yl. 1:13–15; 2:1–2
Mazmur : 9:2–3,6,16,8–9; R: 9a
Bacaan Injil : Luk. 11:15–26
Tetapi ada di antara mereka yang berkata: ”Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: ”Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapi teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk daripada keadaannya semula.”
Renungan
Keberhasilan Yesus mengusir setan dan membuat orang bisu bisa berbicara kembali telah memancing reaksi banyak orang. Mereka menggunakan logika dinamika relasi manusia yang sangat pragmatis: yang menjinakkan penjahat adalah para penjahat sendiri karena mereka adalah sahabat. Kita tahu bahwa persahabatan yang dibangun atas dasar pragmatisme sesaat tidaklah bertahan. Pasti suatu saat mereka akan terpecah belah juga dan hancur. Mereka menuduh
Yesus mengusir setan dengan Beelzebul, si raja setan. Yesus menjawab tuduhan mereka dengan menyingkapkan kebenaran bahwa kerajaan yang terpecah belah tidak akan bertahan. Persahabatan yang semu tidak akan bertahan.
Yesus menegaskan bahwa hanya dengan kuasa Allahlah Dia mampu mengalahkan dan menghancurkan kuasa setan. Namun, setan yang dikalahkan dengan kuasa Ilahi masih mengembara mencari hati yang tandus dan kering. Bisa saja dia kembali ke ”rumah yang kosong”, hati yang kosong dari orang yang disembuhkan dan merusak jiwa orang tersebut dari dalam dengan lebih dahsyat. Oleh karena itu, jangan kita biarkan hati kita kosong dan tandus. Kita hendaknya senantiasa mengisi hati kita dengan kehadiran kuasa Allah.
Doa
Yesus, Penyembuh Yang Agung, datang dan tinggallah dalam hatiku agar aku senantiasa mampu mengusir kuasa setan yang setiap saat mau menggerogoti hidupku. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXVII
Pw SP Maria, Ratu Rosario (P)
Bacaan I : Yl. 1:13–15; 2:1–2
Mazmur : 9:2–3,6,16,8–9; R: 9a
Bacaan Injil : Luk. 11:15–26
Tetapi ada di antara mereka yang berkata: ”Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: ”Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapi teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk daripada keadaannya semula.”
Renungan
Keberhasilan Yesus mengusir setan dan membuat orang bisu bisa berbicara kembali telah memancing reaksi banyak orang. Mereka menggunakan logika dinamika relasi manusia yang sangat pragmatis: yang menjinakkan penjahat adalah para penjahat sendiri karena mereka adalah sahabat. Kita tahu bahwa persahabatan yang dibangun atas dasar pragmatisme sesaat tidaklah bertahan. Pasti suatu saat mereka akan terpecah belah juga dan hancur. Mereka menuduh
Yesus mengusir setan dengan Beelzebul, si raja setan. Yesus menjawab tuduhan mereka dengan menyingkapkan kebenaran bahwa kerajaan yang terpecah belah tidak akan bertahan. Persahabatan yang semu tidak akan bertahan.
Yesus menegaskan bahwa hanya dengan kuasa Allahlah Dia mampu mengalahkan dan menghancurkan kuasa setan. Namun, setan yang dikalahkan dengan kuasa Ilahi masih mengembara mencari hati yang tandus dan kering. Bisa saja dia kembali ke ”rumah yang kosong”, hati yang kosong dari orang yang disembuhkan dan merusak jiwa orang tersebut dari dalam dengan lebih dahsyat. Oleh karena itu, jangan kita biarkan hati kita kosong dan tandus. Kita hendaknya senantiasa mengisi hati kita dengan kehadiran kuasa Allah.
Doa
Yesus, Penyembuh Yang Agung, datang dan tinggallah dalam hatiku agar aku senantiasa mampu mengusir kuasa setan yang setiap saat mau menggerogoti hidupku. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Selasa, 04 Oktober 2011
Rabu, 5 Oktober 2011 (ziarah batin 2011)
Rabu, 5 Oktober 2011
Pekan Biasa XXVII (H)
B. Eugenius Bossilkoff; B. Albertus Marvelli; Sta. Anna Maria Gallo; B. Raymundus dr Kapua
Bacaan I : Yun. 4:1–11
Mazmur : 86:3–4,5–6,9–10; R: 15b
Bacaan Injil : Luk. 11:1–4
Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: ”Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.” Jawab Yesus kepada mereka: ”Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”
Renungan
Seorang ayah begitu bangga meminta anaknya untuk memimpin doa sebelum makan dalam kehadiran seorang pastor di keluarga mereka. Si anak mengucapkan doa Bapa Kami. Sang ayah dengan nada kesal berkomentar, ”Kenapa tidak doa spontan, Nak!”
Doa Bapa Kami, karena begitu sering dan secara rutin dihafal serta diucapkan, seolah-olah tidak bermakna lagi. Padahal, itu adalah doa warisan indah yang Kristus tinggalkan bagi kita. Kita terkadang lebih tersentuh dengan doa spontan yang indah-indah, yang panjang dan penuh dengan kata-kata seolah-olah membuat Allah terkesan.
Para guru, rabi di zaman Yesus, selalu mengajarkan doa pendek kepada para pengikutnya. Yesus pun mengajarkan doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya. Doa yang pendek itu bukan bermaksud agar para murid gampang menghafal dan melafalkannya. Doa ini sungguh merangkul segala sesuatu tentang Tuhan, kita, dan relasi kita dengan Tuhan. Di atas segalanya, doa itu merupakan ungkapan suatu relasi yang intim dan kesatuan yang mendalam antara Yesus dan Allah yang Dia sapa sebagai Abba atau Bapa. Kita pun di ajak-Nya untuk menyapa Allah sebagai Bapa, yang penuh perhatian, berbelas kasihan, dan peduli akan kita, anak-anak-Nya.
Doa
Ya Allah Bapa, sadarkan aku selalu bahwa Engkau adalah Bapaku yang peduli akan diriku, anak kesayangan-Mu. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXVII (H)
B. Eugenius Bossilkoff; B. Albertus Marvelli; Sta. Anna Maria Gallo; B. Raymundus dr Kapua
Bacaan I : Yun. 4:1–11
Mazmur : 86:3–4,5–6,9–10; R: 15b
Bacaan Injil : Luk. 11:1–4
Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: ”Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.” Jawab Yesus kepada mereka: ”Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”
Renungan
Seorang ayah begitu bangga meminta anaknya untuk memimpin doa sebelum makan dalam kehadiran seorang pastor di keluarga mereka. Si anak mengucapkan doa Bapa Kami. Sang ayah dengan nada kesal berkomentar, ”Kenapa tidak doa spontan, Nak!”
Doa Bapa Kami, karena begitu sering dan secara rutin dihafal serta diucapkan, seolah-olah tidak bermakna lagi. Padahal, itu adalah doa warisan indah yang Kristus tinggalkan bagi kita. Kita terkadang lebih tersentuh dengan doa spontan yang indah-indah, yang panjang dan penuh dengan kata-kata seolah-olah membuat Allah terkesan.
Para guru, rabi di zaman Yesus, selalu mengajarkan doa pendek kepada para pengikutnya. Yesus pun mengajarkan doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya. Doa yang pendek itu bukan bermaksud agar para murid gampang menghafal dan melafalkannya. Doa ini sungguh merangkul segala sesuatu tentang Tuhan, kita, dan relasi kita dengan Tuhan. Di atas segalanya, doa itu merupakan ungkapan suatu relasi yang intim dan kesatuan yang mendalam antara Yesus dan Allah yang Dia sapa sebagai Abba atau Bapa. Kita pun di ajak-Nya untuk menyapa Allah sebagai Bapa, yang penuh perhatian, berbelas kasihan, dan peduli akan kita, anak-anak-Nya.
Doa
Ya Allah Bapa, sadarkan aku selalu bahwa Engkau adalah Bapaku yang peduli akan diriku, anak kesayangan-Mu. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Senin, 03 Oktober 2011
Selasa, 4 Oktober 2011~Pw St. Fransiskus Assisi(ziarah batin 2011)
Selasa, 4 Oktober 2011
Pekan Biasa XXVII
Pw St. Fransiskus Assisi (P); St. Fransiskus Charitas; St. Kuintinus
Bacaan I : Yun. 3:1–10
Mazmur : 130:1–2,3–4ab,7–8; R: 3
Bacaan Injil : Luk. 10:38–42
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ”Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Tuhan menjawabnya: ”Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”
Renungan
Marta tentu tidak bisa dipersalahkan. Dia mau membuat yang terbaik buat sahabat yang begitu dekat dengan mereka. Namun terkadang, seperti Marta, kita larut dalam menyibukkan diri dengan pekerjaan atau pelayanan sampai terkadang kita lupa akan siapa yang kita layani, untuk siapa kita menyibukkan diri. Bisa juga, karena terbiasa sibuk, kita cemas kalau tidak sibuk atau tidak menyibukkan diri. Hidup kita akhirnya selalu dihantui oleh kecemasan dan kekhawatiran akan banyak perkara. ”Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” (Mat. 6:27).
Maria telah memilih yang terbaik yang tidak dapat diambil darinya. Dia memilih untuk berada di kaki Sang Guru sambil mendengarkan wejangan dan pesan-pesan kehidupan. Kehadiran Tuhan dalam hidup kita perlu disambut juga oleh kehadiran hati kita di hadapan-Nya. Kita mungkin seperti Maria, memilih yang terbaik, tetapi pikiran kita bagaikan kera yang meloncat-loncat dari satu pohon kecemasan ke pohon kecemasan yang lain. Tuhan mengundang kita untuk menikmati kehadiran-Nya yang membawakan kita kesejukan dan damai.
Doa
Tuhan Yesus, bebaskanlah aku dari segala kecemasan dan kekhawatiranku yang tidak perlu agar aku menikmati kehadiran-Mu dalam hidupku. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXVII
Pw St. Fransiskus Assisi (P); St. Fransiskus Charitas; St. Kuintinus
Bacaan I : Yun. 3:1–10
Mazmur : 130:1–2,3–4ab,7–8; R: 3
Bacaan Injil : Luk. 10:38–42
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ”Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Tuhan menjawabnya: ”Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”
Renungan
Marta tentu tidak bisa dipersalahkan. Dia mau membuat yang terbaik buat sahabat yang begitu dekat dengan mereka. Namun terkadang, seperti Marta, kita larut dalam menyibukkan diri dengan pekerjaan atau pelayanan sampai terkadang kita lupa akan siapa yang kita layani, untuk siapa kita menyibukkan diri. Bisa juga, karena terbiasa sibuk, kita cemas kalau tidak sibuk atau tidak menyibukkan diri. Hidup kita akhirnya selalu dihantui oleh kecemasan dan kekhawatiran akan banyak perkara. ”Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” (Mat. 6:27).
Maria telah memilih yang terbaik yang tidak dapat diambil darinya. Dia memilih untuk berada di kaki Sang Guru sambil mendengarkan wejangan dan pesan-pesan kehidupan. Kehadiran Tuhan dalam hidup kita perlu disambut juga oleh kehadiran hati kita di hadapan-Nya. Kita mungkin seperti Maria, memilih yang terbaik, tetapi pikiran kita bagaikan kera yang meloncat-loncat dari satu pohon kecemasan ke pohon kecemasan yang lain. Tuhan mengundang kita untuk menikmati kehadiran-Nya yang membawakan kita kesejukan dan damai.
Doa
Tuhan Yesus, bebaskanlah aku dari segala kecemasan dan kekhawatiranku yang tidak perlu agar aku menikmati kehadiran-Mu dalam hidupku. Amin.
sumber :ziarah batin 2011
Minggu, 02 Oktober 2011
Senin, 3 Oktober 2011 (ziarah batin 2011)
Senin, 3 Oktober 2011
Pekan Biasa XXVII (H) St. Fransiskus Borgia; St. Ewaldus Bersaudara
Bacaan I: Yun. 1:1–2:1,11
Mazmur : Yun. 2:2,3,4,5,8; R: 7c
Bacaan Injil : Luk. 10:25–37
Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: ”Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: ”Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Kata Yesus kepadanya: ”Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: ”Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus: ”Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)
Renungan
Mengetahui perintah utama ”Cinta Kasih” itu tidak cukup. Kita perlu tahu siapa dan apa sasaran perbuatan amal kasih itu. Lewat perumpamaan, Yesus menegaskan bahwa orang yang layak dibantu adalah orang yang berada dalam kesulitan—entah dia berasal dari suku, budaya, bahasa, ataupun agama yang berbeda. Dia adalah sesama yang harus dibantu. Kesulitan dan derita yang mereka alami itu mungkin disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti bencana alam, perlakuan tidak adil oleh sesamanya, penyakit yang menimpa diri mereka, atau bisa juga karena perbuatannya sendiri.
Kita mungkin lebih mudah tergugah untuk membantu mereka yang dekat dengan kita, sesama suku, saudara kita seiman, atau mereka yang kita kenal sebagai orang baik dalam masyarakat. Namun, kita sering kali enggan membantu mereka yang ”bukan sesama kita” yang menderita atau mereka yang menurut penilaian masyarakat adalah orang-orang jahat. Bukankah Allah menerbitkan Matahari bagi orang benar dan orang jahat (bdk. Mat. 5:45)? Bukankah saat-saat orang dalam kesusahan merupakan kesempatan rahmat bagi kita untuk mendekatkan diri dan mengenal mereka secara lebih mendalam serta membantu meringankan beban hidup mereka?
Doa: Ya Tuhan, bukalah mata hatiku akan penderitaan sesamaku dan berilah aku keberanian untuk hadir dekat mereka walau itu menuntut waktu dan pengorbanan. Amin.
sumber:ziarah batin 2011
Pekan Biasa XXVII (H) St. Fransiskus Borgia; St. Ewaldus Bersaudara
Bacaan I: Yun. 1:1–2:1,11
Mazmur : Yun. 2:2,3,4,5,8; R: 7c
Bacaan Injil : Luk. 10:25–37
Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: ”Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: ”Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Kata Yesus kepadanya: ”Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: ”Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus: ”Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)
Renungan
Mengetahui perintah utama ”Cinta Kasih” itu tidak cukup. Kita perlu tahu siapa dan apa sasaran perbuatan amal kasih itu. Lewat perumpamaan, Yesus menegaskan bahwa orang yang layak dibantu adalah orang yang berada dalam kesulitan—entah dia berasal dari suku, budaya, bahasa, ataupun agama yang berbeda. Dia adalah sesama yang harus dibantu. Kesulitan dan derita yang mereka alami itu mungkin disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti bencana alam, perlakuan tidak adil oleh sesamanya, penyakit yang menimpa diri mereka, atau bisa juga karena perbuatannya sendiri.
Kita mungkin lebih mudah tergugah untuk membantu mereka yang dekat dengan kita, sesama suku, saudara kita seiman, atau mereka yang kita kenal sebagai orang baik dalam masyarakat. Namun, kita sering kali enggan membantu mereka yang ”bukan sesama kita” yang menderita atau mereka yang menurut penilaian masyarakat adalah orang-orang jahat. Bukankah Allah menerbitkan Matahari bagi orang benar dan orang jahat (bdk. Mat. 5:45)? Bukankah saat-saat orang dalam kesusahan merupakan kesempatan rahmat bagi kita untuk mendekatkan diri dan mengenal mereka secara lebih mendalam serta membantu meringankan beban hidup mereka?
Doa: Ya Tuhan, bukalah mata hatiku akan penderitaan sesamaku dan berilah aku keberanian untuk hadir dekat mereka walau itu menuntut waktu dan pengorbanan. Amin.
sumber:ziarah batin 2011
Langganan:
Postingan (Atom)