Senin, 28 Februari 2011

Selasa, 1 Maret 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 10:28–31

Selasa, 1 Maret 2011
Pekan Biasa VIII (H)
St. Feliks III (II), Paus; St. David; Sta. Magdalena dr Kanossa
Bacaan I: Sir. 35:1–12
Mazmur : 50:5–6,7–8,14,23; R: 23b
Bacaan Injil : Mrk. 10:28–31

Berkatalah Petrus kepada Yesus: ”Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” Jawab Yesus: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil me­ninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”


Renungan

Ada seorang arsitek yang cerdas, tetapi sayang jarang orang memanfaatkan keahliannya. Suatu hari pastor paroki
memintanya untuk membuat rancangan gambar gereja. Paroki tersebut memang sedang berencana membangun gedung gereja baru. Dengan sungguh-sungguh sang arsitek membuat sebuah gambar gereja yang amat bagus. Untuk kerja kerasnya ini, ia rela bekerja tanpa bayaran. ”Karya ini saya persembahkan untuk Tuhan,” katanya memberi alasan.

Sesudah gedung gereja selesai dibangun, banyak orang mengagumi gereja baru itu. Tidak sedikit di antara mereka yang bertanya, ”Siapa arsiteknya?” Sejak saat itu, sang arsitek kebanjiran order. Dalam suatu kesaksian, sang arsitek mengatakan bahwa amal baiknya telah diganjar Tuhan secara berlimpah-limpah.

Petrus berkata, ”Kami telah melakukan apa yang Kauminta, meninggalkan segalanya demi mengikuti-Mu, Tuhan. Apa balasannya?” Yesus pun meyakinkan Petrus bahwa upah mengikuti Tuhan adalah di luar perkiraan. Berapa pun yang telah kita kurbankan, kita akan mendapatkannya kembali berlimpah ruah.

Tidak ada gunanya kita menghitung untung rugi dalam hal kebajikan. Yesus mengajak kita untuk melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya. Berapa ganjaran yang akan kita terima? Serahkanlah hal itu kepada Tuhan. Yang jelas, semakin banyak kita memberi, semakin banyak pula kita akan menerima kembali.

Doa: Tuhan, engkau memenuhi janji-Mu, mengganjar mereka yang bekerja demi nama-Mu. Kobarkanlah semangat berkurban di dalam hidupku, bukan saja untuk memperoleh ganjaran, tetapi lebih-lebih karena kecintaan kami kepada-Mu dan sesama. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2011

Minggu, 27 Februari 2011

Senin, 28 Februari 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 10:17–27

Senin, 28 Februari 2011
Pekan Biasa VIII (H)
Sta. Antonia; St. Hilarus, Paus
Bacaan I: Sir. 17:24–29
Mazmur : 32:1–2,5,6,7; R: 11a
Bacaan Injil : Mrk. 10:17–27



Pada waktu Yesus berangkat untuk me­neruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: ”Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: ”Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!” Lalu kata orang itu kepada-Nya: ”Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: ”Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: ”Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: ”Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: ”Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata: ”Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.”


Renungan


Seorang muda yang mempunyai harta yang banyak mendatangi Yesus. Ia menginginkan kedamaian dan kebahagiaan abadi yang tidak dapat dibeli dengan uang. Namun, jawaban yang diterimanya dari Yesus bukanlah seperti yang diharapkannya sehingga hatinya terganggu. Bagi Yesus masih ada sesuatu yang kurang, hal yang justru paling bernilai untuk kehidupannya. Ketika Yesus menantang dia untuk meninggalkan semuanya, untuk tidak posesif dan menjadi pengikut-Nya, ia tidak mengerti. Jawaban Yesus membuat dia shock berat, terguncang. Ia pergi menjauh dari Yesus dengan perasaan kecewa dan sedih hati. Padahal, Yesus menawarkan suatu harta yang tidak ternilai, yang tidak dapat dibeli dengan uang dan tidak dapat dicuri orang, yakni mengikuti Dia dengan merdeka, tanpa pamrih, tanpa ikatan-ikatan pada harta duniawi.

Kadang kita juga sudah merasa diri sebagai orang baik dan berpuas diri. Namun, Yesus menginginkan kita untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, yakni memiliki Allah sebagai harta terbesar dalam kehidupan kita.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, jangan biarkan aku melekat pada kebahagiaan duniawi, tetapi bimbinglah aku untuk mencari Engkau di atas segala-galanya. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Jumat, 25 Februari 2011

Minggu, 27 Februari 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 6:24–34

Minggu, 27 Februari 2011
Pekan Biasa VIII (H)

St. Gabriel Possenti; St. Leander
Bacaan I: Yes. 49:14–15
Mazmur : 62:2–3,6–7,8–9ab; R: 6a
Bacaan I : 1Kor. 4:1–5
Bacaan Injil : Mat. 6:24–34



”Tak seorang pun dapat mengabdi ke­pada dua tuan. Karena jika demi­kian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.Karena itu Aku berkata kepadamu: Jangan­lah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak ka­mu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hen­dak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih pen­ting dari pada makanan dan tubuh itu lebih pen­ting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapa­mu yang di sorga. Bukankah kamu jauh mele­bihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menam­bahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian?
Per­hati­kanlah bunga bakung di ladang, yang tum­buh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam se­gala keme­gahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demi­kian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu jangan­lah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak menge­nal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditam­bahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”


Renungan


Dalam kehidupan kita sehari-hari tidak sedikit rasa khawatir, cemas, dan takut menghinggapi kita. Yesus mengajak kita untuk segera lepas dari kekhawatiran dan ketakutan tentang tubuh dan hal-hal material. Perhatikan saja burung-burung di udara dan bunga-bunga di ladang yang dipelihara oleh Bapa. Mereka menikmati kebebasan hidup.
Mengutip ucapan Buddha, Anthony de Mello berujar, ”Mengapa khawatir? Jika engkau tidak khawatir, engkau mati; jika engkau khawatir, engkau mati. Maka, mengapa khawatir?”

Yesus mengajarkan kita akan nilai-nilai besar dalam kehidupan kita, yakni mengabdi kepada Tuhan serta menyerahkan diri pada pemeliharaan-Nya yang penuh kasih.

Dialah yang akan memperhatikan segala kebutuhan kita. Yesaya berbicara tentang perasaan kaum Israel yang ditinggalkan dan dilupakan oleh Allah di saat-saat pencobaan besar. Namun, Tuhan menjamin perhatian dan pemeliharaan-Nya kepada mereka: ”Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes. 49:15). Tuhan ada di pihak umat-Nya yang percaya.

Doa: Tuhan, tambahkanlah iman dan penyerahan diriku kepada-Mu. Jauhkanlah aku dari segala kekhawatiran yang merongrong jalanku menuju kepada-Mu. Amin.

sumber:Ziara Batin 2011

Sabtu, 26 Februari 2011(Ziarah Batin 2011)

Sabtu, 26 Februari 2011
Pekan Biasa VII (H)
St. Alexandros; St. Didakus Carvalho
Bacaan I: Sir. 17:1–15
Mazmur : 103:13–14,15–16,17–18a; R: 17
Bacaan Injil : Mrk. 10:13–16


Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: ”Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.


Renungan

Pada tanggal 17 Desember 2007, Paus Benediktus XVI menyetujui suatu dekrit, yang mengakui keutamaan-keutamaan heroik dari seorang anak kecil bernama Antonietta Meo, atau yang dipanggil dengan nama kesayangan Nennolina. Dengan dekrit ini Nennolina dinyatakan ”venerabilis” (yang patut dihormati) dan prosesnya menjadi orang kudus bergulir ke tahap selanjutnya, yakni beatifikasi dan kanonisasi.

Ia lahir di Roma, pada 15 Desember 1930 dan meninggal dunia pada 3 Juli 1937. Pada usia lima tahun, ia menderita penyakit kanker tulang dan diamputasi. Sungguh mengagumkan bahwa sudah dalam usia sedini ini ia menghayati makna penderitaan sebagai seorang murid kecil dari Kristus.

Pada suatu hari, ketika dirawat di rumah sakit, ayahnya bertanya, ”Apakah kau merasa sangat kesakitan?” Jawabnya, ”Daddy, kesakitan itu bagaikan tenunan, semakin itu kuat semakin itu bernilai.” Ia mempersembahkan seluruh penderitaannya kepada Yesus. Ia gemar menulis puisi-puisi yang ditujukan kepada Bapa, Yesus, dan Maria. Dalam salah satu puisinya ia menulis, ”Kanak-Kanak Yesus yang terkasih, Engkau kudus, Engkau baik. Bantulah saya, berikanlah kepadaku rahmat dan kembalikanlah kakiku. Apabila engkau tidak menghendakinya, semoga kehendak-Mu yang terjadi.” Ia ingin merayakan hari ulang tahun pertama dia diamputasi dengan makan siang istimewa dan dengan novena kepada Bunda Maria dari Pompeii dengan maksud untuk bersyukur karena ia dimampukan untuk mempersembahkan penderitaannya kepada Yesus.

Ia meninggal dengan penderitaan yang luar biasa besar sebelum menginjak usia ketujuh. Hidupnya menjadi kesaksian tentang kesucian dan penyerahan diri. Ia menjadi contoh gemilang seorang anak yang mampu menunjukkan iman dan harapan, walaupun menderita.

Yesus mempersilakan anak-anak, seperti Nennolina, datang dekat dengan-Nya, tidak boleh dihalangi untuk mencapai kesucian di usia muda. Mereka juga dicintai Tuhan dan ada di hati-Nya. Anak-anak juga menjadi teladan kerendahan hati dan kesucian bagi kita.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, berilah aku kesucian dan kerendahan hati seorang anak, yang berpasrah pada kehendak-Mu yang menyelamatkan. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Kamis, 24 Februari 2011

Jumat, 25 Februari 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 10:1–1

Jumat, 25 Februari 2011
Pekan Biasa VII (H)
Sta. Walburga
Bacaan I: Sir. 6:5–17
Mazmur : 119:12,16,18,27,34,35; R: 35a
Bacaan Injil : Mrk. 10:1–12


Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situ pun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula. Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: ”Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?” Tetapi jawab-Nya kepada mereka: ”Apa perintah Musa kepada kamu?” Jawab mereka: ”Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.” Lalu kata Yesus kepada mereka: ”Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu. Lalu kata-Nya kepada mereka: ”Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah.”



Renungan

Dewasa ini kesetiaan dan komitmen permanen semakin sulit. Tidak sedikit persahabatan berakhir dengan pengkhianatan; komitmen perkawinan berakhir dengan perpisahan, bahkan perceraian. Di lingkungan dunia kerja, orang dengan gampang berpindah-pindah kerja, walaupun mendapatkan suatu pekerjaan tidaklah mudah.

Pada hari ini Tuhan berbicara kepada kita tentang kesetiaan dan komitmen dalam persahabatan dan perkawinan. Penulis Sirakh mengingatkan, ”Jika engkau mau mendapat sahabat, ujilah dia dahulu dan jangan segera percaya kepadanya” (Sir. 6:7). Suatu persahabatan perlu mendapat ruang dan waktu untuk bertumbuh, berproses menjadi berkualitas. ”Sebab ada orang yang bersahabat hanya selama menguntungkan, tetapi di kala engkau mendapat kesukaran, ia tidak bertahan” (Sir 6:8). Yang kita butuhkan adalah seorang sahabat sejati dalam suka dan duka, gembira dan sedih, sehat dan sakit, untung dan malang. A friend in need is a friend indeed bermakna bahwa seorang sahabat yang sejati adalah sahabat yang tersedia pada saat kapan saja kita membutuhkan dia, tanpa membuat perhitungan untung dan rugi.

Dalam hal perkawinan antara seorang pria dan wanita, mereka bukan sekadar dua pribadi yang bersahabat, tetapi mereka telah dipersatukan menjadi belahan jiwa satu dari yang lain. Cinta telah mempersatukan dan mengikat mereka. Hubungan cinta mereka bersifat memberi dan menerima (take and give) dan membutuhkan kesetiaan dan komitmen yang permanen dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, dalam sehat dan sakit. Komitmen yang permanen adalah mungkin kalau cinta yang tulus dan tanpa pamrih selalu dikedepankan.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, jadikanlah aku seorang pribadi yang penuh komitmen dan kesetiaan dalam menjalani panggilan hidup yang Kaupercayakan kepadaku, baik dalam suka maupun dalam duka kehidupan. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Rabu, 23 Februari 2011

Kamis, 24 Februari 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 9:41-50

Kamis, 24 Februari 2011
Pekan Biasa VII (H)
St. Montanus dan Lucius, dkk.
Bacaan I : Sir. 5:1–8
Mazmur : 1:1-2,3,4,6; R:40:5a
Bacaan Injil : Mrk. 9:41-50

”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya. Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. Karena setiap orang akan digarami dengan api.Garam memang baik, tetapi jika garam men­­jadi hambar, dengan apakah kamu meng­asinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”



Renungan

Godaan dan pencobaan senantiasa kita hadapi setiap hari. Kita tidak dapat menghindari atau menutup mata terhadapnya. Bacaan pertama hari ini mengingatkan kita tentang godaan-godaan berupa hawa nafsu, uang, serta kekayaan maupun tentang kewaspadaan kita menghadapi semuanya itu. Kita diajarkan untuk bertindak bijaksana dan tidak sekadar mengikuti insting sesuka hati kita. ”Jangan mengandalkan kekayaanmu dan jangan berkata, ’Ini cukup bagiku.’ Hati dan kekuatanmu jangan kauturuti untuk berlaku sesuai dengan hawa nafsumu” (Sir. 5:1–2).

Tuhan juga mengajarkan agar perilaku kita sebagai pengikut-Nya tidak menyesatkan orang lain dan menimbulkan skandal atau batu sandungan kepada mereka. Yesus juga secara konkret menunjuk instrumen-instrumen penyebab batu sandungan, yaitu tangan, kaki, dan mata kita.

Kita dapat menyebabkan batu sandungan bilamana kita mengklaim diri sebagai pengikut Kristus, tetapi tidak berlaku seperti layaknya seorang pengikut Kristus. Kata dan perbuatan kita bertentangan. Kita juga dapat menjadi skandal apabila kita menetapkan standar yang melampaui kemampuan kita sendiri untuk memenuhinya, sedangkan kita menuntutnya dari orang lain. Kita bisa menuntut orang lain untuk rajin berdoa dan beramal, tetapi kita sendiri melalaikannya.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, penuhilah aku dengan kegembiraan yang berasal dari Roh Kudus-Mu agar aku mampu memancarkan cahaya Injil-Mu kepada orang-orang lain, dan hindarkanlah aku menjadi batu sandungan bagi mereka. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Senin, 21 Februari 2011

Selasa, 22 Februari 2011-Pesta Takhta St. Petrus, Rasul(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mat. 16:13–19

Selasa, 22 Februari 2011
Pekan Biasa VII
Pesta Takhta St. Petrus, Rasul (P)
Sta. Margaretha dr Cortona

Bacaan I: 1Ptr. 5:1–4
Mazmur : 23:1–3a,3b–4,5,6; R: 1
Bacaan Injil : Mat. 16:13–19


Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: ”Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: ”Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ”Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: ”Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: ”Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”


Renungan

Pada hari ini Gereja merayakan Pesta Takhta St. Petrus, yang sudah dirayakan sejak Abad ke-4. Kita sering mendengar tentang Takhta Suci, yang sekarang merujuk pada kota/negara Vatikan, tempat kedudukan Bapa Suci sebagai Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia. Takhta St. Petrus menunjuk pada kepemimpinan dan kuasa, yang diserahkan Kristus kepadanya dan disimbolkan dengan adanya kursi/takhta di Basilika St. Petrus, Vatikan. ”Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga” (Mat. 16:18–19). Demikian juga di setiap Gereja Katedral terdapat sebuah kursi (cathedra) sebagai simbol kepemimpinan dan kuasa dari Uskup setempat.


Takhta ini mengartikan kepemimpinan dan kuasa menggembalakan dan melayani, bukan mengagungkan jabatan atau kedudukan seorang pemimpin Gereja Katolik. Semangatnya adalah, ”Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri ... hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu” (1Ptr. 5:2–3).

Demikian pesta ini mengingatkan kita akan tugas perutusan untuk memimpin, mengajar, dan menguduskan, yang diserahkan oleh Kristus kepada Petrus dan dilanjutkan secara berkesinambungan sampai kepada Bapa Suci dan para Uskup sekarang ini. Kita merayakan kesatuan Gereja yang tersebar di seluruh penjuru dunia, di bawah kepemimpinan Sri Paus dan para Uskup. Pesta ini juga mengajak seluruh umat untuk membarui ketaatan dan kesetiaannya kepada Kristus—sebagai Pemimpin Agung—dan kepada para pemimpin serta ajaran-ajaran Gereja.

Doa: Kristus, Gembala Utama, dampingilah aku untuk menjadi seorang anggota umat-Mu yang taat dan setia. Amin.

sumber:ZIARAH BATIN 2011

Minggu, 20 Februari 2011

Senin, 21 Februari 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 9:14–29

Senin, 21 Februari 2011
Pekan Biasa VII (H)
St. Petrus Damianus; Sta. Irene
Bacaan I : Sir. 1:1–10
Mazmur : 93:1ab,1ac,5; R: 1a
Bacaan Injil : Mrk. 9:14–29


Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan mereka. Pada waktu orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia. Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ”Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?” Kata seorang dari orang banyak itu: ”Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” Maka kata Yesus kepada mereka: ”Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!”Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: ”Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya: ”Sejak masa kecilnya. Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” Jawab Yesus: ”Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Segera ayah anak itu berteriak: ”Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: ”Hai kau roh yang menyebabkan orang men­jadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan eng­kau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!” Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: ”Ia sudah mati.” Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri.
Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: ”Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Jawab-Nya kepada mereka: ”Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”



Renungan

Para murid Yesus, yang sudah diberi kuasa oleh-Nya, tidak mampu menyembuhkan seorang anak yang kerasukan roh jahat. Akan tetapi, bagi Yesus, ”tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Selain unsur iman, Yesus juga mengungkapkan faktor penting lain untuk pengusiran roh jahat ialah doa. Ketika para murid bertanya kepada Yesus mengapa mereka tidak sanggup mengusir roh jahat itu, Yesus menjawab, ”Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”

Iman dan doa adalah dua faktor yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita. Keduanya berjalan bersama. Sebagai orang beriman kita perlu berdoa agar Tuhan ikut serta menyelesaikan masalah-masalah yang ada di luar kemampuan dan kekuatan kita.

Doa: Tuhan Yesus, tambahkanlah iman dan penyerahan diriku kepada kuasa-Mu. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Jumat, 18 Februari 2011

Minggu, 20 Februari 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mat. 5:38–48

Minggu, 20 Februari 2011
Pekan Biasa VII (H)
St. Nemesius; St. Eleuterius
Bacaan I: Im. 19:1–2,17–18
Mazmur : 103:1–2,3–4,8,10,12–13; R: 8a
Bacaan II : 1Kor. 3:16–23
Bacaan Injil : Mat. 5:38–48

Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah ber­sama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah meno­lak orang yang mau meminjam dari padamu.Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuh­mu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?
Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”


Renungan

Setelah sistem politik pemerintahan apartheid Afrika Selatan runtuh, pejuang kulit hitam, Nelson Mandela, dibebaskan dari penjara di Robben Islands yang dihuninya sebagai tahanan politik selama lebih dari 20 tahun. Massa penjemputnya, yang mengadakan rally, menantikan suatu pidato, yang mereka perkirakan akan berisi balas dendam kepada penguasa dan kaum kulit putih, yang sudah lama mendiskriminasikan kaum kulit hitam. Namun, sungguh mengagumkan bahwa pidato awalnya, pada 11 Februari 1990, selepas dari penjara justru mengangkat tema pengampunan.


Katanya demikian: ”Kita sudah seharusnya belajar saling mengampuni karena ketika Anda bermaksud untuk mengampuni seseorang maka Anda sudah menyembuhkan sebagian penderitaannya; dan ketika Anda sungguh-sungguh mengampuni maka Anda menyembuhkannya secara sempurna .... Dengan mengampuni, Anda mempertahankan identitas pribadi Anda, keunikan Anda, dan diri Anda yang sesungguhnya.”

Dalam pengajaran-Nya, Yesus mengingatkan para pengikut-Nya untuk berbuat melampaui kebiasaan umum pada waktu itu, yakni tidak bertindak dengan prinsip lama: mata ganti mata, gigi ganti gigi. Yesus mengajarkan mereka untuk tidak membalas dendam dengan dendam, kekerasan dengan kekerasan. Yang harus dikedepankan adalah pendekatan hukum kasih, misalnya orang juga harus mengasihi, mengampuni, dan mendoakan musuh.

Doa: Tuhan, lebih mudah membalas dendam daripada mengampuni. Berikanlah aku suatu hati yang bersih dari balas dendam dan rela mengampuni sesama. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Sabtu, 19 Februari 2011 (ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 9:2–13

Sabtu, 19 Februari 2011
Pekan Biasa VI (H)
St. Marselus;St. Konradus dr Lombardia
Bacaan I: Kej. 11:1–7
Mazmur : 145:2–3,4–5,10–11; R: 1b
Bacaan Injil : Mrk. 9:2–13

Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan ber­sama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: ”Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: ”Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorang pun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan ”bangkit dari antara orang mati.” Lalu mereka bertanya kepada-Nya: ”Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?” Jawab Yesus: ”Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan? Tetapi Aku berkata kepadamu: Memang Elia sudah datang dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia.”



Renungan

Salah satu warisan berharga Gereja sepanjang segala abad adalah kemartiran. Bagi mereka, kematian manusiawi tidak menakutkan karena keyakinan akan Kristus yang mereka imani. Kesaksian iman para pengikut Kristus diwujudkan, bukan dengan tinggal dan membangun kemah di atas gunung, tetapi di tengah dunia nyata.

Ketika para murid merasa terpesona dengan kemuliaan di atas Gunung Tabor, Yesus mengajak mereka untuk turun gunung ke dunia nyata, di mana terjadi relasi serta interaksi dengan sesama serta di mana pekerjaan dan setiap aktivitas dijalankan. Di sinilah iman kita diharapkan bercahaya menjadi kemuliaan bagi Allah.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, kuatkanlah imanku di tengah berbagai cobaan dan tantangan hidup agar aku berkenan menjadi saksi cinta kasih-Mu. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Kamis, 17 Februari 2011

Jumat, 18 Februari 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 8:34–9:1

Jumat, 18 Februari 2011
Pekan Biasa VI (H)
St. Flavianus; B. Fransiskus Regis Clet
Bacaan I: Kej. 11:1–9
Mazmur : 33:10–11,12–13,14–15; R: 12b
Bacaan Injil : Mrk. 8:34–9:1

Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.” Kata-Nya lagi kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa.”


Renungan

Ambisi, nafsu, dan keinginan manusia untuk mencari lebih dan menambah terus sering tidak terbendung. Apalagi, ketika lingkungan, fasilitas, atau jabatan memungkinkan maka ambisi itu bertambah terus, semakin serakah, sampai berujung pada korupsi. Juga, untuk meraih suatu jabatan yang lebih tinggi tidak jarang orang menghalalkan segala cara. Pemilu dan pemilukada dipakai untuk merebut jabatan publik dengan menghabiskan uang, yang tidak terhitung jumlahnya dan tidak teraudit.

Nafsu dan keinginan seperti ini tidak hanya ditemukan pada orang-orang zaman sekarang di sekitar kita. Lihatlah proyek ambisius dari orang-orang zaman dahulu yang bernafsu membangun menara di Babel, yang puncaknya sampai ke langit. Suatu ambisi manusiawi untuk menyamai Allah, untuk merebut segalanya untuk dirinya sendiri. Itulah dosa keserakahan dan kesombongan manusia. Allah tidak merestuinya.

Orang-orang itu malah diserakkannya ke mana-mana dan bahasa mereka dikacaubalaukan. Itulah cara Allah mendidik umatnya menjadi rendah hati dan mengakui keagungan-Nya.

Yang dikehendaki Allah dari manusia adalah mengikuti suatu cara lain, yakni menyangkal diri, memikul salib, dan rela kehilangan nyawa. Namun, hal itu dibuat bukan karena motivasi dan ambisi pribadi, tetapi ”karena Aku dan karena Injil”. Jalan Yesus bukanlah jalan ambisi dan kehormatan, tetapi kenosis, yakni jalan penghampaan diri. Melalui jalan ini Dia ditinggikan dan dimuliakan. Inilah jalan keselamatan yang benar, yang diteladankan-Nya kepada para pengikut-Nya.

Doa: Tuhan, ajarilah aku menempuh jalan yang Kautunjukkan, yakni jalan salib sebagai jalan keselamatan, dan jauhkanlah aku dari keserakahan dan kesombongan yang hanya menjauhkan aku dari-Mu. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Rabu, 16 Februari 2011

Kamis, 17 Februari 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 8:27–33

Kamis, 17 Februari 2011
Pekan Biasa VI (H)
St. Teodulus; St. Bonfilio dkk.;
St. Silvinus; St. Nisephorus

Bacaan I: Kej. 9:1–13
Mazmur : 102:16–18,19–21,29,22–23; R: 20b
Bacaan Injil : Mrk. 8:27–33


Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: ”Kata orang, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: ”Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Ia bertanya kepada mereka: ”Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Petrus: ”Engkau adalah Mesias!” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia.Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: ”Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”



Renungan

Allah memperhitungkan Nuh sebagai orang benar karena imannya. Bahtera yang dibangun oleh Nuh menjadi sarana keselamatan dari Allah. Suatu bahtera keselamatan! Ia diberkati oleh Allah disertai firman: ”Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi” (Kej. 9:1).

Selanjutnya, Allah mengadakan perjanjian (covenant) dengan Nuh ”bahwa sejak kini segala yang hidup takkan dilenyapkan oleh air bah lagi dan takkan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi” (Kej. 9:11). Walaupun ada kekurangan karena ketidaktaatan manusia, Allah tidak memusnahkan makhluk ciptaan-Nya sendiri karena masih ada orang-orang yang benar, taat, dan beriman, seperti Nuh. Busur (pelangi) mengingatkan kita akan janji Allah serta pemeliharaan-Nya yang menetap. Allah tidak ingin memusnahkan kita. Dia ingin tetap memelihara kita dalam kasih-Nya.

Dalam Injil hari ini Petrus mengakui dengan imannya bahwa Yesus adalah Mesias: ”Engkau adalah Mesias!”(Mrk. 8:29). Walaupun ada inkonsistensi dalam pernyataan dan sikap Petrus, yang menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya, sehingga ia dimarahi Yesus. Namun, keteguhan imannya sungguh diperhitungkan. Oleh karena itu, ia diangkat menjadi gembala dan kepala Gereja perdana.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, peliharalah aku dalam kasih-Mu dan berilah aku rahmat ketaatan dan keteguhan iman agar aku menjadi orang benar. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2011

Selasa, 15 Februari 2011

Rabu, 16 Februari 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil :Mrk 8:22-26

Rabu, 16 Februari 2011
Pekan Biasa VI (H)
Onesimus; St. Porforios;B. Simon dr Cascia
Bacaan I :Kej 8:6-13, 20-22-,
Mzm 116: 12-13,14-15,18-19,
Bacaan Injil :Mrk 8:22-26


Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: ”Sudahkah kaulihat sesuatu?” Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: ”Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon.” Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: ”Jangan masuk ke kampung!”

Renungan

Mengalami kebutaan mata tentulah tidak mengenakkan. Kita dapat membayangkan betapa bahagianya seseorang yang penglihatannya dapat pulih: dari tidak bisa melihat menjadi melihat dan mengamati segalanya dengan jelas.

Ketika seorang buta dibawa kepada Yesus untuk disembuhkan, Yesus memegang matanya, meludahi matanya, dan sekali lagi meletakkan tangan pada mata orang itu. Perlahan-lahan penglihatannya menjadi pulih. Walaupun Yesus dapat menyembuhkannya dengan jamahan seketika, tetapi Yesus berproses dengan si buta. Ia diantar secara bertahap untuk disembuhkan dan dengan demikian beriman kepada Tuhan.

Nuh juga harus bersabar menunggu surutnya air bah guna memastikan bumi sudah kering untuk mendirikan mezbah bagi Tuhan. Yesus juga menyampaikan poin-poin ajaran-Nya kepada para murid-Nya secara bertahap, walaupun Ia kadang kala menghadapi ketidakpahaman mereka. Ia sabar. Demikian juga, pemahaman kita akan Yesus merupakan suatu proses bertahap, tidak akan berhenti, dan membutuhkan ketekunan.

Selain itu, untuk mengerjakan mukjizat penyembuhan ini Yesus menghantar si buta ke luar kampung agar tidak disaksikan oleh banyak orang. Ketika penglihatan si buta sudah pulih, ia disuruh Yesus pulang ke rumahnya tanpa memasuki kampung. Tampak di sini kesederhanaan dan kerendahan hati Yesus. Ia tidak menghendaki kehebohan dan popularitas. Ia tidak mau dipuji karena perbuatan-Nya yang baik.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, sembuhkanlah aku dari kebutaan hati dan pikiran yang menghalangi aku untuk melihat keselamatan-Mu. Berikanlah aku semangat kerendahan hati untuk menerima kebaikan-Mu. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Senin, 14 Februari 2011

Selasa, 15 Februari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 8:14–21

Selasa, 15 Februari 2011
Pekan Biasa VI (H)
St. Klaudius de la Colombiere;St. Sigfridus
Bacaan I: Kej. 6:5–8; 7:1–5,10
Mazmur : 29:1a,2,3ac–4,3b,9b–10; R: 11b
Bacaan Injil : Mrk. 8:14–21


Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu.Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: ”Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Maka me­­reka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: ”Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti.” Dan ketika Yesus me­ngetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: ”Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Tidakkah kamu ingat lagi, pada waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: ”Dua belas bakul.” ”Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: ”Tujuh bakul.” Lalu kata-Nya kepada mereka: ”Masihkah kamu belum mengerti?”


Renungan

Tuhan sedih dan kecewa dengan manusia ketika melihat bahwa kejahatan makin meluas. Kejahatan membutakannya sehingga ia tidak mampu melihat kebaikan Tuhan. Maka, Tuhan memperingatkan manusia dengan keras bahwa Dia akan menghapuskannya beserta makhluk ciptaan lain dari muka bumi ini. Walaupun demikian, Allah masih mendapati seorang Nuh yang dilihat benar dan oleh karenanya mendapat kasih karunia di hadapan Allah. Ia dan seisi rumahnya disuruh masuk ke dalam bahtera, yakni bahtera keselamatan, beserta sejumlah binatang. Ia pun selamat karena ia seorang benar dan baik di mata Tuhan.


Yesus juga tidak hanya memperhatikan kebutaan orang-orang Farisi ketika mereka meminta tanda dari-Nya, tetapi Ia juga melihat kebutaan pikiran dan kedegilan hati para murid-Nya, yang masih belum memahami dengan baik siapakah Dia dan kuasa-Nya. Sudah ada tanda-tanda jelas yang dibuat Yesus di hadapan mereka, seperti mengerjakan mukjizat penyembuhan dan pengandaan roti, tetapi mata mereka masih tertutup alias buta. Hati mereka masih degil dan mata mereka masih buta. Yesus memberi mereka peringatan yang keras ini, ”Awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.”

Yesus mengatakan kepada para murid-Nya dan kita para pengikut-Nya untuk menghindari dua jenis kebobrokan.
Kebobrokan ala kaum Farisi adalah kepicikan hati dan legalisme sempit dan kebobrokan ala Herodes adalah pencarian kesenangan dan kepuasan duniawi sekalipun bersifat amoral dan hedonistik. Itulah ragi-ragi jahat yang perlu kita hindarkan. Sesungguhnya Dia mengundang kita untuk menebarkan ragi kebaikan, perdamaian, kebesaran hati, keselamatan, dan iman.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, bimbinglah aku pada jalan yang baik agar aku mampu mengerti pesan keselamatan yang Kausampaikan melalui Sabda, Ekaristi, dan mukjizat-mukjizat yang Kaukerjakan dalam kehidupanku. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Jumat, 11 Februari 2011

Minggu, 13 Februari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mat. 5:17–3

Minggu, 13 Februari 2011
Pekan Biasa VI (H)

Sta. Kristina dr Spoleto;
St. Yulianus dr Antiokhia; B. Yordanus dr Saksonia
Bacaan I: Sir. 15:15–20
Mazmur : 119:1–2,4–5,17–18,33–34; R: 1b
Bacaan II : 1Kor. 2:6–10
Bacaan Injil : Mat. 5:17–3

”Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan un­tuk menggenapinya. Karena Aku berkata ke­pa­damu: Sesungguhnya selama belum le­nyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keaga­maan­mu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau ter­ingat akan sesuatu yang ada dalam hati sau­daramu terhadap engkau, tinggalkanlah per­sembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan per­sembahanmu itu.
Segeralah berdamai dengan lawanmu sela­ma engkau bersama-sama dengan dia di te­ngah jalan, supaya lawanmu itu jangan menye­rahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”
Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun.

 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.


Renungan

Hukum dan peraturan bertaburan di mana-mana dan mengelilingi setiap gerak kehidupan kita sehari-hari, sampai kita tidak mampu menghafal dan mengingat semuanya. Di masa Yesus pun peraturan-peraturan Taurat sedemikian banyak, terinci, dan berbelit. Ahli-ahli Taurat pun mengamati setiap gerak warga, yakni menaati atau melanggar.

Dalam Injil hari ini ditegaskan bahwa Yesus tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, tetapi menggenapinya (Mat. 5:17). Dalam arti ini, hukum Taurat tetap berlaku. Namun, di pihak lain, Yesus memperkenalkan suatu cara berpikir yang baru, yakni tidak sekadar merujuk pada tuntutan-tuntutan hukum secara harfiah, tetapi menunjuk pada semangat dan substansi dasarnya, yakni ”kasihilah Allah dan kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri”. Itulah hukum kehidupan yang utama! Memenuhi hukum tanpa kasih adalah ibarat badan tanpa jiwa.

Doa: Tuhan, penuhilah aku dengan kasih terhadap Engkau dan sesamaku, serta jadikanlah aku pelaku hukum kasih yang benar. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Sabtu, 12 Februari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 8:1–10

Sabtu, 12 Februari 2011
Pekan Biasa V (H)

Sta. Marina; St. Benediktus dr Aniane;
St. Gaudensius; B. Humbelina

Bacaan I: Kej. 3:9–24
Mazmur : 90:2,3–4,5-6,12-13; R: 1
Bacaan Injil : Mrk. 8:1–10


Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: ”Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.” Murid-murid-Nya menjawab: ”Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?” Yesus bertanya kepada mereka: ”Berapa roti ada padamu?” Jawab mereka: ”Tujuh.” Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.

Renungan

Ketika seseorang dituntut mempertanggungjawabkan kesalahannya, ada kecenderungan mencari kambing hitam. Tanggung jawab pribadi cenderung dilepaskan dan dilemparkan kepada orang lain. Itulah yang terjadi ketika Adam dan Hawa ditegur oleh Allah karena melawan perintah-Nya. Adam melemparkan kesalahan kepada Hawa: ”Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberikan buah pohon itu kepadaku, maka kumakan” (Kej. 3:12).

Ketika Yesus mengetahui bahwa sejumlah besar orang yang mengikuti-Nya tidak mempunyai makanan, Dia tidak melemparkan tanggung jawab kepada masing-masing orang, Dia tidak mencari kesalahan tentang siapa yang bertanggung jawab atas kelaparan orang banyak. Justru, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan dan mengajak para muridnya untuk mencari jalan keluar bersama. Tujuh roti dan beberapa ikan yang ada dikumpulkan, diucapkan syukur, diberkati serta dibagi-bagikan kepada semua orang. Mereka makan sampai kenyang, bahkan masih banyak yang tersisa.

Di sini ada kelimpahan kasih Allah yang dibagi-bagikan kepada orang-orang lain, khususnya yang sungguh membutuhkan. Kemurahan dan kepekaan hati berbuah berkat yang melimpah. Kita pun diajak untuk mengalirkan kasih Allah yang berlimpah kepada siapa saja, khususnya yang berkekurangan dan sangat membutuhkan. Sebab, kita pun ikut bertanggung jawab atas nasib orang lain.

Doa: Allah, terima kasih, hanya Engkaulah yang dapat memenuhi kelaparan dan dahaga hidupku. Penuhilah diriku dengan rasa syukur dan kerinduan akan roti surgawi yang memberi keselamatan abadi. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Kamis, 10 Februari 2011

Jumat, 11 Februari 2011-Hari Orang Sakit Sedunia(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 7:31–37

Jumat, 11 Februari 2011
Pekan Biasa V (H)
Hari Orang Sakit Sedunia
SP Maria dr Lourdes; St. Gregorius II, Paus; St. Saturninus

Bacaan I : Kej. 3:1–8
Mazmur : 32:1–2,5,6,7; R: 1a
Bacaan Injil : Mrk. 7:31–37


Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: ”Efata!”, artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: ”Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.”


Renungan

Hari ini adalah hari doa untuk orang-orang sakit sedunia. Para orang sakit didoakan dan menerima sapaan Yesus. ”Ia menjadikan segala-galanya baik. Yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berbicara” (Mrk. 7:37). Demikianlah komentar orang-orang yang menyaksikan secara langsung bagaimana Yesus menyembuhkan seorang tuli dan gagap dengan memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu serta mengucapkan ”Efata” (terbukalah). Dengan berbuat demikian, Yesus mengidentifikasikan diri-Nya dengan penyakit dan penderitaan orang itu, membangkitkan imannya dan menyembuhkannya.

Tentang makna Yesus memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, Santo Gregorius Agung, pada Abad ke-6 berkomentar, ”Roh disebut jari Allah. Ketika Tuhan memasukkan jari-Nya ke telinga orang yang bisu tuli itu, Dia membukakan jiwanya pada iman melalui anugerah-anugerah Roh Kudus.” Yesus membangkitkan iman orang itu. Dia memperlakukan orang itu dengan penuh kebaikan serta bela rasa. Demikian Dia juga mengajak kita untuk berlaku sama terhadap orang-orang lain, khususnya mereka yang menderita dan membutuhkan sentuhan kasih. Ia mengajak kita untuk mengakui kuasa Allah dan bersikap rendah hati.

Yang bekerja adalah kuasa Tuhan, bukan kuasa manusia. Ketika manusia merasa mampu mengerjakan segala sesuatu maka godaan untuk menyaingi dan menyamai kuasa Allah muncul. Godaan inilah yang dibisikkan ular kepada Hawa yang menjadi malapetaka turun-temurun: ”...pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (Kej. 3:4–5). Bisikan ular, yang melambangkan setan dan penolakan pada kehendak Allah, memang bisa sungguh menggiurkan. Iman adalah senjata utama melawan bisikan setan.

Doa
Tuhan Yesus Kristus, bukalah telingaku untuk mendengarkan Sabda-Mu dan mulutku untuk mewartakan kebaikan dan cinta kasih-Mu yang mengagumkan kepada semua orang yang aku jumpai. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2011

Rabu, 09 Februari 2011

Kamis, 10 Februari 2011(Ziarah Batin 2011)-Pw. Sta. Skolastika,Bacaan Injil : Mrk. 7:24–30

Kamis, 10 Februari 2011
Pekan Biasa V

Pw. Sta. Skolastika, Prw (P)
St. Zenon

Bacaan I: Kej. 2:18–25
Mazmur : 128:1–2,3,4–5; R: 1a
Bacaan Injil : Mrk. 7:24–30


Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: ”Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Tetapi perempuan itu menjawab: ”Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Maka kata Yesus kepada perempuan itu: ”Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu dida­patinya anak itu berbaring di tempat tidur, se­dang setan itu sudah keluar.


Renungan

Barangkali kita pernah merasa tidak dipedulikan oleh Tuhan dalam penderitaan atau kesulitan hidup kita. Ketika kita sungguh membutuhkan Dia, seolah-olah Dia jauh dari jangkauan kita. Wanita Yunani berkebangsaan Siro-Fenesia memohon kepada Yesus untuk menunjukkan belas kasih kepada anak perempuannya yang kerasukan roh jahat. Pada pandangan pertama Yesus tampaknya tidak mempedulikan permohonan ibu itu, malahan Dia melontarkan pertanyaan dengan memakai kata ”melemparkan roti kepada anjing-anjing”. Ketika itu orang-orang Yahudi suka mengibaratkan orang-orang kafir sebagai ”anjing-anjing yang kotor”.

Hal tersebut dibuat Yesus bukan untuk meremehkan atau menghina atau mengabaikan sang ibu, yang adalah seorang Yunani dan bukan Yahudi, tetapi untuk menguji imannya. ”Benar, Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Jawaban wanita ini mengagumkan Yesus dan ia dipuji karena imannya. Ketika pulang ke rumahnya ia mendapati anaknya sembuh, bebas dari kuasa setan. Seperti orang-orang lain pada umumnya, wanita ini pun merindukan keselamatan Allah.

Barang siapa yang dengan sepenuh hati dan iman mencari Yesus tidak akan pernah ditolak. Ketika Yesus menjadi bagian penuh dari kehidupan seseorang, hal ini bagaikan ungkapan Adam: ”Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.” Artinya, dia adalah bagian penuh dari hidupku sendiri, dia dan aku tidak dapat dipisahkan.
Demikianlah, orang yang beriman tidak dapat terpisahkan dari Dia yang diimaninya. Dalam kesatuan dengan Yesus dan iman akan Dia, segalanya menjadi mungkin.

doa:Tuhan Yesus Kristus, satukanlah hidupku dengan hidup-Mu, dan tambahkanlah senantiasa imanku akan kuasa-Mu yang menyembuhkan, serta bebaskanlah aku dari segala yang jahat. Amin.


sumber:Ziarah Batin 2011

Senin, 07 Februari 2011

Selasa, 8 Februari 2011(ZIARHA BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 7:1–13

Selasa, 8 Februari 2011
Pekan Biasa V (H)
St. Yohanes dr Matha; St. Hieronimus Emilianus;
Sta. Yosefina Bakhita

Bacaan I: Kej. 1:20–2:4a
Mazmur : 8:4–5,6–7,8–9; R: 2a
Bacaan Injil : Mrk. 7:1–13


Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan de­ngan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: ”Menga­­pa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istia­dat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?” Jawab-Nya kepada mereka: ”Benar­lah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” Yesus berkata pula kepada mereka: ”Sun­gguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sen­diri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayah­mu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.”Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban?yaitu persembahan kepada Allah?,maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya.
Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."


Renungan

Yesus terlibat perdebatan dengan kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat tentang hal-hal mana yang lebih esensial dan menjadi prioritas, dan mana yang bersifat luaran dan tidak utama. Kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat berkutat pada hal mementingkan adat istiadat kaku dan mengesampingkan isi dan hakikat hukum Taurat. Dengan gampang mereka mengadili dan menghakimi orang lain. Dengan semena-mena mereka menanggungkan beban-beban berat pada orang-orang lain.

Yesus mengecam dengan menyebut mereka ”orang-orang munafik”. Mereka hanya berpura-pura memuliakan Allah dengan bibirnya, tetapi hati mereka jauh dari Dia. Mereka lebih mementingkan adat istiadat kaku dan mengabaikan Sabda Allah serta perintah cinta kasih-Nya. Memang, lebih mudah mengenal dan menilai hal-hal luaran, tidak esensial dan tidak penting, daripada mempraktikkan tuntutan-tuntutan mendasar dari perintah Allah seperti kasih yang ikhlas dan hormat terhadap sesama. Lebih gampang hidup munafik daripada hidup lurus dan benar. Lebih gampang mengamati perilaku orang lain daripada berbuat karya baik dan nyata. Lebih gampang menjadikan aturan-aturan atau hukum-hukum tertulis sebagai dalih menghakimi atau bertindak keras terhadap orang lain daripada menghayati dan mempraktikkan semangatnya.

Kita sering merasa serba tahu tentang perintah cinta kasih, tetapi dalam kenyataannya kita jauh dari pengamalannya. Sesungguhnya, menjadi pelaku cinta kasih Allah mencerminkan maksud Allah menciptakan kita menjadi gambar dan citra-Nya (Kej. 1:26).


Doa: Tuhan Yesus Kristus, ajarilah aku untuk menjadi seorang pelaku cinta kasih yang sejati dan jauhkanlah aku dari sikap dan perilaku munafik. Amin.

sumber:ZIARAH BATIN 2011

Minggu, 06 Februari 2011

Senin, 7 February 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 6:53–56

Senin, 7 February 2011
Pekan Biasa V (H)
/St. Rikardus; Sta. Koleta; B. Anselmus Polanco;
B. Rosalie Rendu; B. Pius IX, Paus

Bacaan I: Kej. 1:1–19
Mazmur : 104:1–2a,5–6,10,12,24,35c; R: 31b
Bacaan Injil : Mrk. 6:53–56



Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.

Renungan


Sekarang ini banyak kelompok doa yang menyertakan penyembuhan dalam tata ibadahnya, bahkan penyembuhan merupakan momen yang ditunggu-tunggu. Banyak orang yang menghadiri ibadah atau kebaktian datang dengan harapan untuk mendapat penyembuhan dari penyakit yang diderita. Mereka datang dengan penyakit fisik, psikis, serta persoalan-persoalan hidup yang berat dan mengharapkan sentuhan penyembuhan Yesus melalui tangan imam atau pendeta.


Popularitas Yesus sebagai pembuat mukjizat-mukjizat telah tersebar luas dan membuat Dia dikenal dan dicari-cari. Ketika mengetahui Yesus berlabuh dan mendarat di Genesaret, orang-orang segera mengenali-Nya dan tanpa membuang waktu ”berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus”. Mereka begitu yakin akan kuasa penyembuhan-Nya sehingga cukuplah bagi orang-orang sakit menjamah jumbai jubah-Nya, mereka pasti sembuh. Mereka penuh iman akan Dia. Bagi mereka, menjamah jubah-Nya berarti menjamah Yesus sendiri.

Dengan kesembuhan, kehidupan orang-orang sakit dipulihkan menjadi normal. Mereka diciptakan lagi secara baru; mereka dilahirkan kembali ke dalam hidup baru. Setiap orang ingin senantiasa dijamah oleh Yesus agar selalu mengalami hidup baru bersama Dia dan dapat ikut serta membarui dunia.


Doa: Tuhan Yesus Kristus, inilah aku, jamahlah aku dengan rahmat-Mu, agar hidupku senantiasa Kauperbarui dengan hidup-Mu sendiri. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Jumat, 04 Februari 2011

Minggu, 6 February 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mat. 5:13–16

Minggu, 6 February 2011
Pekan Biasa V (H)
St. Dorothea dan Theophilus; Pw St. Paulus Miki
Bacaan I: Yes. 58:7–10
Mazmur : 112:4–5,6–7,8a,9; R: 4a
Bacaan II : 1Kor. 2:1–5
Bacaan Injil : Mat. 5:13–16


Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”



Renungan

”Kamu adalah garam dunia.” Yesus menekankan cita rasa khas dan distingtif bagi kehidupan kita sebagai pengikut-pengikut-Nya. Kita pun, yang hidup berpusat pada Injil, harus menghidangkan suatu cita rasa iman yang khas dan distingtif kepada masyarakat luas. Kita, yang bersemangatkan delapan sabda bahagia, seyogianya meresapi dunia, membaruinya, dan membersihkan kekotoran sosial dan moral yang melanda masyarakat.


Sebagaimana pengaruh garam sungguh terasa bilamana menyatu dengan makanan, demikian juga kita, para pengikut-Nya, hanya dapat menjadi efektif bilamana kita sungguh menjadi bagian integral masyarakat dan memberikan sumbangan yang berbeda. Iman kita sungguh diharapkan memberikan dampak positif di tengah masyarakat yang plural melalui inklusivitas, pergaulan yang terbuka dan karya nyata.

Atas cara yang sama kita dipanggil untuk menjadi terang dunia: ”Kamu adalah terang dunia,” sebagaimana Yesus sendiri: ”Akulah terang dunia.” Pesan Injil harus menerangi seluruh kata dan perbuatan kita.
Dengan demikian, Yesus menekankan bahwa sebagai pengikut-Nya kita harus berani tampil menjadi tanda kesaksian yang kelihatan (visible) dan terpercaya (credible) kepada dunia dan masyarakat sekitar. Cara hidup kita tidak boleh menjadi tawar agar tidak diinjak dan dibuang orang. Perbuatan baik dan perilaku kita harus bercahaya di hadapan orang banyak. Untuk itulah kita memberi diri dibaptis dan menjadi pengikut-Nya.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, kuatkanlah aku agar senantiasa berani menjadi garam dan terang-Mu di tengah tantangan hidup setiap hari. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Sabtu, 5 February 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 6:30–34

Sabtu, 5 February 2011
Pekan Biasa IV
Pw Sta. Agata (M); Yakub, Bapa Bangsa
Bacaan I: Ibr. 13:15–17,20–21
Mazmur : 23:1–3a,3b–4,5,6; R: 1
Bacaan Injil : Mrk. 6:30–34


Kemudian rasul-rasul itu kembali ber­­­­kum­pul dengan Yesus dan membe­ri­ta­hukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mere­ka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah be­sar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gem­bala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.


Renungan

Kedua belas murid kembali dari medan tugas, penuh sukacita karena sukses yang diperoleh. Bukannya sanjungan yang mereka terima, tetapi Yesus merasa bahwa inilah saatnya mereka perlu menyendiri untuk beristirahat maka Ia mengundang mereka ke tempat yang sunyi. Mereka pasti lelah, butuh istirahat dan kesegaran. Mereka juga butuh waktu tenang untuk merefleksikan apakah hasil yang mereka peroleh adalah karena kemampuan dan kuasa pribadi atau karena kemampuan dan kuasa yang berasal dari Tuhan yang mengutus.

Dengan demikian, Yesus mengajarkan mereka keseimbangan dalam kehidupan sebagai murid-Nya. Di hadapan banyak orang yang datang dan pergi, para murid dapat tergoda untuk menunjukkan kuasa mereka; mereka dapat tergoda dengan nama masyhur dan popularitas.


Sementara itu, Yesus pun tidak menutup mata terhadap kebutuhan orang banyak yang mencari Dia. Melihat kebutuhan mereka yang besar dan keseriusan mereka untuk mendapatkan pertolongan, Yesus pun memutuskan inilah saatnya juga untuk berbuat baik. ”Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala” (Mrk. 6:34). Yesus punya hati untuk orang lain yang berada dalam sesuatu kebutuhan.
Dewasa ini begitu banyak orang yang membutuhkan hati Yesus untuk memenuhi kebutuhan mereka yang terdalam, seperti kebutuhan akan keselamatan, akan perdamaian dan keadilan, akan persatuan dan persaudaraan, akan pembebasan dari kemiskinan. Kita pun diundang untuk menjadi hati Yesus yang demikian kepada sesama kita dalam kebutuhan-kebutuhan riil mereka.

Ia mengundang kita untuk berbuat baik. ”Janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab kurban-kurban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah” (Ibr. 13:16).

Doa: Tuhan Yesus Kristus, ajarilah aku menjadi murid-Mu yang tidak tergoda untuk mencari popularitas diri, tetapi yang mau berbuat baik terhadap sesama yang membutuhkan pertolongan. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Kamis, 03 Februari 2011

Jumat, 4 Februari 2011 (Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 6:14–29

Jumat, 4 Februari 2011
Pekan Biasa IV (H)
St. Yosef dr Leonisa ImBiarw; St. Yohanes de Britto;
St. Isidorus dr Mesir; Sta. Katarina dr Ricci; Sta. Yoana Valois

Bacaan I : Ibr. 13:1–8
Mazmur : 27:1,3,5,8b–9abc; R: 1a
Bacaan Injil : Mrk. 6:14–29



Raja Herodes juga mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan: ”Yohanes Pem­baptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia.” Yang lain mengatakan: ”Dia itu Elia!” Yang lain lagi mengatakan: ”Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu.” Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata: ”Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi.”Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggu­nya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: ”Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hati­nya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia. Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya meng­a­dakan perjamuan untuk pembesar-pem­be­sarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. Pada waktu itu anak perem­puan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: ”Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!”, lalu bersumpah kepadanya: ”Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: ”Apa yang harus kuminta?” Jawabnya: ”Kepala Yohanes Pembaptis!” Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: ”Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!” Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes
 Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara.Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.


Renungan

Kasih persaudaraan berjalan bersama dengan kebenaran, sebagaimana ditegaskan oleh Paus Benediktus XVI dalam ensikliknya Caritas in Veritate. ”Cinta tanpa kebenaran akan menjadi sentimental, sedangkan kebenaran tanpa cinta akan menjadi dingin dan penuh perhitungan manusiawi. Tanpa kasih dan kebenaran, relasi-relasi manusiawi menjadi hampa” (CV, 3).

Hanya karena keinginannya untuk menyenangkan keluarga dan menjaga gengsi pribadinya karena sudah telanjur janji, Herodes menyuruh memenggal kepala Yohanes. Herodes tidak mampu melihat kebenaran yang sesungguhnya. Banyak orang sebenarnya mampu melihat kebenaran, tetapi sering tidak mau atau tidak berdaya untuk berpihak pada kebenaran. Orang menjadi takut membela kebenaran apalagi bila berhadapan dengan kekuasaan dan kekuatan yang tak tertandingi.

Doa
Tuhan, mampukanlah aku untuk mengatasi ketakutan dengan iman teguh bilamana aku harus menghadapi berbagai cobaan karena membela kebenaran. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Rabu, 02 Februari 2011

Kamis, 3 Februari 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 6:7–13

Kamis, 3 Februari 2011
Pekan Biasa IV (H)

St. Blasius; St. Ansgarius;
St. Gilbertus; B. Stefanus Bellesini

Bacaan I: Ibr. 12:18–19,21–24
Mazmur : 48:2–3a,3b–4,9,10–11; R: 10
Bacaan Injil : Mrk. 6:7–13


Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan ber­pesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: ”Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.” Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.


Renungan

Tahap baru dalam keikutsertaan para murid atau pemuridan (discipleship) adalah menerima dan menjalankan tugas perutusan dari Tuhan. Kedua belas murid dipanggil dan diutus berdua-dua serta diberi kuasa yang menyertai penugasan mereka. Ada tiga tugas pokok yang dipercayakan kepada para murid: pertama, memaklumkan Kerajaan Allah dan mengajak orang-orang untuk mengubah diri (metanoia), agar mereka dapat mengalami kehidupan baru bersama Yesus; kedua, membebaskan banyak orang dari pengaruh-pengaruh roh-roh jahat; ketiga, mengurapi orang-orang sakit dengan minyak dan memulihkan mereka secara utuh.

Dengan menjalankan tugas-tugas itu, para murid membuat Kerajaan Allah hadir dan dialami secara konkret dalam realitas kehidupan sehari-hari. Untuk mewujudkan hal itu, para murid harus merasa bebas secara batin, tanpa ikatan-ikatan, tanpa membawa bagasi-bagasi kehidupan yang berat. Menerima perutusan dari Yesus berarti bersedia (availability) dan bebas bergerak (mobility) ke mana tugas memanggil mereka.

Setiap orang Kristiani yang telah dibaptis, atas caranya masing-masing, dipanggil untuk berbuat hal yang sama sesuai bidang pengabdiannya. Tidak ada yang dikecualikan dari tugas perutusan untuk mewartakan dan menghadirkan kabar gembira keselamatan Tuhan. Tuhan yang mengutus adalah Dia, yang tetap menyertai dan memberi kekuatan agar para utusan-Nya sanggup menyelesaikan tugas perutusan itu dengan baik.


doa:Ya Tuhan, ajarilah aku menjadi utusan warta gembira-Mu yang setia serta bimbinglah aku untuk mengutamakan Kerajaan-Mu di atas segala-galanya. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011

Selasa, 01 Februari 2011

Rabu, 2 Februari 2011-Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Luk. 2:22–40

Rabu, 2 Februari 2011
Pekan Biasa IV; Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah (P)
Sta. Yoana Lestonac; B. Eugenia de Smet; B. Theofanus Venard
Bacaan I: Mal. 3:1–4
Mazmur : 24:7,8,9,10; R: 10b
Bacaan II : Ibr. 2:14–18
Bacaan Injil : Luk. 2:22–40

Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: ”Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: ”Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”
Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepa­da Maria, ibu Anak itu: ”Sesungguhnya Anak ini ditentu­kan untuk menjatuhkan atau mem­bang­kitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perban­tahan—dan suatu pedang akan menembus jiwa­mu sendiri —, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”
Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.




Renungan

Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah dirayakan 40 hari setelah kelahiran-Nya dan juga disebut Pesta Lilin (Candlemas), karena pada hari ini biasanya lilin-lilin diberkati dan diikuti dengan prosesi lilin. Kita merayakan kehidupan Kristus yang dihubungkan dengan hukum Musa, yang mensyaratkan bahwa 40 hari setelah kelahiran anak sulung maka orangtua sang anak harus pergi ke Kenisah Yerusalem untuk mempersembahkannya kepada Tuhan dan untuk pentahiran sang ibu (Kel. 13:2,11–16; Im. 12:1–8). Maria dan Yosef memenuhi hukum ini, sambil mempersembahkan sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Ketika Maria dan Yosef mempersembahkan Kanak-kanak Yesus di kenisah, Simeon dan Anna segera mengakui Dia sebagai sang Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan, sebagai pemenuhan nubuat, pengharapan dan doa bangsa Israel. Ia sekarang hadir sebagai ”terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (Luk. 2:32)

Pesta ini mengajak kita untuk mempersembahkan diri, hidup, dan karya bakti kita agar menjadi kemuliaan bagi Allah serta keselamatan sesama manusia dan dunia. Teristimewa persembahan khusus bagi mereka yang menjalani Hidup Bakti (Vita Consecrata), yakni para biarawan-biarawati dan para anggota lembaga-lembaga sekuler.


doa:Bapa di surga, baruilah senantiasa persembahan diriku seutuhnya untuk kemuliaan nama-Mu dan keselamatan sesama. Amin.

sumber:Ziarah Batin 2011