Selasa, 1 Februari 2011
Pekan Biasa IV (H)
Sta. Brigida; St. Severus;
B. Marie Anne dan Odile Baumgarten, para Martir dr Angers
Bacaan I: Ibr. 12:1–4
Mazmur : 21:26b–27,28,30,31–32
Bacaan Injil : Mrk. 5:21–43
Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: ”Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: ”Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: ”Siapa yang menjamah jubah-Ku?” Murid-murid-Nya menjawab: ”Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?” Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: ”Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"
Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?"Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!"Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring.Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!"Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu.Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!"Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub.Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorangpun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.
Renungan
Bacaan pertama dari kitab Ibrani mengajak kita untuk berjuang dengan tekun dalam perlombaan iman. ”Janganlah kamu menjadi lemah dan putus asa.” Mengarahkan pandangan kepada Yesus adalah cara yang tepat. Yesus yang sama inilah yang memberikan pengharapan kepada kepala rumah ibadat yang bernama Yairus, ketika ia dengan tersungkur di depan kaki Yesus meminta kepada-Nya untuk menyembuhkan anak perempuannya yang sakit dan hampir mati. Pengharapan yang sama juga diperlihatkan oleh Yesus kepada seorang perempuan yang sudah dua belas tahun sakit pendarahan. Oleh karena iman yang menghantar mereka untuk bertemu, mendekat, dan memohon kepada Yesus maka hidup yang sakit dan berbeban disembuhkan, dipulihkan, dan dibarui.
Iman dan pengharapan mengatasi perasaan lemah dan putus asa. Iman dan pengharapan berbuah keselamatan. Yesus sungguh memberikan pengharapan pada saat-saat manusia merasa rapuh, tidak berdaya, dan berputus asa.
Doa: Tuhan Yesus, dalam kelemahan dan rasa putus asa, kuatkanlah iman dan pengharapanku akan Dikau, untuk hidup yang terbarukan. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Senin, 31 Januari 2011
Minggu, 30 Januari 2011
Senin, 31 Januari 2011(Ziarah Batin 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 5:1–20
Senin, 31 Januari 2011
Pekan Biasa IV
Pw St. Yohanes Don Bosco, Im (P);
Sta. Marcella; St. Aidan
Bacaan I: Ibr. 11:32–40
Mazmur : 31:20,21,22,23,24; R:25
Bacaan Injil : Mrk. 5:1–20
Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: ”Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: ”Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: ”Siapa namamu?” Jawabnya: ”Namaku Legion, karena kami banyak.” Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.
Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: ”Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!” Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.
Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka. Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka.
Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia.
Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!"
Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran.
Renungan
Yesus mengusir roh-roh jahat yang besar jumlahnya di daerah Gerasa. Roh-roh jahat itu ditakuti orang sehingga banyak yang menyingkir. Ironisnya, karena Yesus mengusir roh-roh jahat, Dia dianggap lebih mengerikan. Padahal, maksud Yesus agar mereka percaya dan mengandalkan kekuatan hidup ini bukan pada kekuatan yang lain selain Allah saja.
Di sekitar kita berkeliaran kekuatan-kekuatan lain, termasuk roh-roh jahat, dan betapa banyak orang—mungkin termasuk Anda—mengabdi kepada roh-roh jahat itu dan menjadikannya sandaran hidup. Apa yang Yesus harapkan tidak lain adalah iman, percaya hanya kepada-Nya, dan mengandalkan Dia sebagai satu-satunya sumber hidup. Kekuatan Yesus tidak membuat orang segan datang kepada-Nya, tetapi justru membebaskan orang untuk mewartakan kebenaran dan kebaikan.
Doa: Yesus, ajarilah aku menyandarkan diri pada kekuatan-Mu saja, bukan pada kekuatan yang ada di dunia ini. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa IV
Pw St. Yohanes Don Bosco, Im (P);
Sta. Marcella; St. Aidan
Bacaan I: Ibr. 11:32–40
Mazmur : 31:20,21,22,23,24; R:25
Bacaan Injil : Mrk. 5:1–20
Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu.
Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: ”Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: ”Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: ”Siapa namamu?” Jawabnya: ”Namaku Legion, karena kami banyak.” Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.
Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: ”Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!” Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.
Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka. Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka.
Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia.
Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!"
Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran.
Renungan
Yesus mengusir roh-roh jahat yang besar jumlahnya di daerah Gerasa. Roh-roh jahat itu ditakuti orang sehingga banyak yang menyingkir. Ironisnya, karena Yesus mengusir roh-roh jahat, Dia dianggap lebih mengerikan. Padahal, maksud Yesus agar mereka percaya dan mengandalkan kekuatan hidup ini bukan pada kekuatan yang lain selain Allah saja.
Di sekitar kita berkeliaran kekuatan-kekuatan lain, termasuk roh-roh jahat, dan betapa banyak orang—mungkin termasuk Anda—mengabdi kepada roh-roh jahat itu dan menjadikannya sandaran hidup. Apa yang Yesus harapkan tidak lain adalah iman, percaya hanya kepada-Nya, dan mengandalkan Dia sebagai satu-satunya sumber hidup. Kekuatan Yesus tidak membuat orang segan datang kepada-Nya, tetapi justru membebaskan orang untuk mewartakan kebenaran dan kebaikan.
Doa: Yesus, ajarilah aku menyandarkan diri pada kekuatan-Mu saja, bukan pada kekuatan yang ada di dunia ini. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Jumat, 28 Januari 2011
Sabtu, 29 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 4:35–41
Sabtu, 29 Januari 2011
Pekan Biasa III (H)
St. Gildas; St. Joseph Freinademetz;
B. Arkanjela Girlani
Bacaan I: Ibr. 11:1–2,8–19
Mazmur : Luk. 1:69–70,71–72,73–75; R: 68
Bacaan Injil : Mrk. 4:35–41
Renungan
Apa arti beriman? Bagi Abraham beriman berarti taat mengikuti perintah Tuhan; setia menjalankan perintah itu; dan tekun berpegang pada janji yang Tuhan berikan. Iman Abraham diteladani oleh banyak orang, tidak hanya orang-orang Kristen, tetapi juga Yahudi dan Islam. Mulai dari Abraham, Allah menyiapkan kedatangan Sang Juru Selamat melalui sebuah bangsa. Betapa dahsyat dan penuh daya iman itu.
Kepada murid-murid-Nya yang ketakutan karena angin ribut, Yesus menegur mereka, ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk. 4:40). Yesus menenangkan angin ribut. Dia tidak tinggal diam. Dia selalu hadir menemani perjalanan para murid dan Gereja-Nya. Dia adalah Raja Semesta Alam karena angin dan danau taat kepada-Nya.
Iman yang begitu sederhana tampaknya tidak mudah kita hayati dalam keseharian. Rasa takut dan cemas masih saja datang, misalnya tentang kesehatan, tentang pendidikan, tentang pekerjaan, dan seterusnya. Rasa takut itu sebenarnya wajar saja, menggerakkan orang untuk berjuang dalam hidup ini. Menjadi tidak wajar bila rasa takut itu membuat orang tidak berbuat apa-apa.
Doa: Yesus, ampunilah aku yang masih sering takut ini. Ajarilah aku beriman seutuhnya kepada-Mu. Amin.
sumber:ZIARAH BATIN 2011
Pekan Biasa III (H)
St. Gildas; St. Joseph Freinademetz;
B. Arkanjela Girlani
Bacaan I: Ibr. 11:1–2,8–19
Mazmur : Luk. 1:69–70,71–72,73–75; R: 68
Bacaan Injil : Mrk. 4:35–41
Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: ”Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: ”Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ”Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: ”Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”
Renungan
Apa arti beriman? Bagi Abraham beriman berarti taat mengikuti perintah Tuhan; setia menjalankan perintah itu; dan tekun berpegang pada janji yang Tuhan berikan. Iman Abraham diteladani oleh banyak orang, tidak hanya orang-orang Kristen, tetapi juga Yahudi dan Islam. Mulai dari Abraham, Allah menyiapkan kedatangan Sang Juru Selamat melalui sebuah bangsa. Betapa dahsyat dan penuh daya iman itu.
Kepada murid-murid-Nya yang ketakutan karena angin ribut, Yesus menegur mereka, ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk. 4:40). Yesus menenangkan angin ribut. Dia tidak tinggal diam. Dia selalu hadir menemani perjalanan para murid dan Gereja-Nya. Dia adalah Raja Semesta Alam karena angin dan danau taat kepada-Nya.
Iman yang begitu sederhana tampaknya tidak mudah kita hayati dalam keseharian. Rasa takut dan cemas masih saja datang, misalnya tentang kesehatan, tentang pendidikan, tentang pekerjaan, dan seterusnya. Rasa takut itu sebenarnya wajar saja, menggerakkan orang untuk berjuang dalam hidup ini. Menjadi tidak wajar bila rasa takut itu membuat orang tidak berbuat apa-apa.
Doa: Yesus, ampunilah aku yang masih sering takut ini. Ajarilah aku beriman seutuhnya kepada-Mu. Amin.
sumber:ZIARAH BATIN 2011
Kamis, 27 Januari 2011
Jumat, 28 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 4:26–34
Jumat, 28 Januari 2011
Pekan Biasa III
Pw St. Thomas dr Aquino, ImPujG. (P)
St. Karolus Agung; St. Petrus Nolaskus; Manfredus
Bacaan I: Ibr. 10:32–39
Mazmur : 37:3–4,5,23–24,39–40; R: 39a
Bacaan Injil : Mrk. 4:26–34
Lalu kata Yesus: ”Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.”Kata-Nya lagi: ”Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”
Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
Renungan
Waktu SD seorang ibu guru pernah memberi tugas kepada murid-muridnya untuk membawa kacang hijau dan menempatkanya dalam gelas plastik teralaskan kapas dan air. Para muridnya diminta memperhatikan dari hari ke hari apa yang terjadi. Sebagai anak kecil, mereka terpesona dan kagum. Mereka perhatikan dari hari ke hari benih yang tadinya kecil itu mekar, mengeluarkan akar, batang, dan daun. Kelak akan menjadi pohon bila ditanam di luar gelas tadi. Bagaimana terjadinya, tidak seorang pun yang tahu.
Yesus memberi perumpamaan tentang Kerajaan Allah seperti benih kecil, biji sesawi, yang terus bertumbuh menjadi pohon besar sehingga menjadi tempat bersarang bagi makhluk-makhluk di udara. Apakah benih kecil itu? Dalam Surat kepada Umat Ibrani, benih kecil itu adalah iman. Umat diharapkan setia pada iman meskipun menghadapi berbagai macam penganiayaan, sebab akan menerima harta yang lebih baik yang sifatnya menetap.
Bagaimana iman itu bertumbuh? Kita tidak tahu. Yang bisa dilakukan adalah bagaimana memelihara, menjaga, dan menciptakan kondisi yang mendukung, seperti petani menanam dan mengairi tanaman. Kita dapat mengusahakannya dengan berdoa bersama, membaca Kitab Suci, melakukan perbuatan baik, bersabar dalam penderitaan, dan seterusnya.
Doa: Yesus, semoga benih iman yang Engkau tanam dalam hatiku semakin bertumbuh dan berkembang menghasilkan buah-buah kebaikan. Amin.
Pekan Biasa III
Pw St. Thomas dr Aquino, ImPujG. (P)
St. Karolus Agung; St. Petrus Nolaskus; Manfredus
Bacaan I: Ibr. 10:32–39
Mazmur : 37:3–4,5,23–24,39–40; R: 39a
Bacaan Injil : Mrk. 4:26–34
Lalu kata Yesus: ”Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.”Kata-Nya lagi: ”Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”
Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
Renungan
Waktu SD seorang ibu guru pernah memberi tugas kepada murid-muridnya untuk membawa kacang hijau dan menempatkanya dalam gelas plastik teralaskan kapas dan air. Para muridnya diminta memperhatikan dari hari ke hari apa yang terjadi. Sebagai anak kecil, mereka terpesona dan kagum. Mereka perhatikan dari hari ke hari benih yang tadinya kecil itu mekar, mengeluarkan akar, batang, dan daun. Kelak akan menjadi pohon bila ditanam di luar gelas tadi. Bagaimana terjadinya, tidak seorang pun yang tahu.
Yesus memberi perumpamaan tentang Kerajaan Allah seperti benih kecil, biji sesawi, yang terus bertumbuh menjadi pohon besar sehingga menjadi tempat bersarang bagi makhluk-makhluk di udara. Apakah benih kecil itu? Dalam Surat kepada Umat Ibrani, benih kecil itu adalah iman. Umat diharapkan setia pada iman meskipun menghadapi berbagai macam penganiayaan, sebab akan menerima harta yang lebih baik yang sifatnya menetap.
Bagaimana iman itu bertumbuh? Kita tidak tahu. Yang bisa dilakukan adalah bagaimana memelihara, menjaga, dan menciptakan kondisi yang mendukung, seperti petani menanam dan mengairi tanaman. Kita dapat mengusahakannya dengan berdoa bersama, membaca Kitab Suci, melakukan perbuatan baik, bersabar dalam penderitaan, dan seterusnya.
Doa: Yesus, semoga benih iman yang Engkau tanam dalam hatiku semakin bertumbuh dan berkembang menghasilkan buah-buah kebaikan. Amin.
Rabu, 26 Januari 2011
Kamis, 27 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 4:21–25
Kamis, 27 Januari 2011
Pekan Biasa III (H)Sta. Angela Merici; St. Gabriel dr Bunda Berdukacita;
St. Robertus, Alberikus, dan Stefanus
Bacaan I: Ibr. 10:19–25
Mazmur : 24:1–2,3–4ab.5–6; R: 6
Bacaan Injil : Mrk. 4:21–25
Lalu Yesus berkata kepada mereka: ”Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”Lalu Ia berkata lagi: ”Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”
Renungan
Seorang guru Sekolah Dasar bertanya kepada murid-murid-Nya, ”Kalau ada pengemis di depan pintu rumah, diberi sedekah atau tidak?” Para murid bergantian menjawab. Ada yang bilang sebaiknya diberi karena kasihan; yang lain bilang tidak perlu karena orang itu pura-pura; yang lain lagi mengatakan lihat dulu seperti apa orangnya. Masing-masing menjawab dengan ukurannya sendiri-sendiri seturut apa yang ditanamkan oleh orangtua mereka.
Yesus senantiasa berbelaskasihan kepada manusia. Yang sakit disembuhkan; yang kerasukan setan dipulihkan; yang buta melihat; yang sesat dipanggilnya kembali. Ukuran apakah yang Yesus pakai? Dia memberikan Diri sehabis-habisnya agar saudara-saudaranya, kita semua, hidup. Kalau bisa dikatakan maka ukurannya adalah seluas samudra, setinggi langit, dan sedalam lautan.
Sadar atau tidak sadar, kita masing-masing mempunyai ukuran terhadap diri kita dan orang lain. Barangkali kita melihat bahwa kalau orang itu naik mobil mewah termasuk orang kaya; kalau pakaiannya lusuh termasuk orang kampung; kalau pakai sandal jepit maka orang miskin; dan seterusnya. Apa yang berapi-api kita kecam pada diri orang lain terkadang merupakan proyeksi gambaran diri kita yang negatif, bukan kenyataan diri orang itu sesungguhnya. Maka, sekalipun orang tersebut berbuat baik, ia selalu negatif di mata kita. Ini sungguh tidak adil. Tuhan sendiri secara objektif menilik hati manusia, melihat seberapa besar cinta kepada-Nya dan kepada sesama.
doa:Tuhan Yesus, ajarilah aku mengukur orang lain bukan dari penampilan lahiriah semata, tetapi dari kedalaman hatinya. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa III (H)Sta. Angela Merici; St. Gabriel dr Bunda Berdukacita;
St. Robertus, Alberikus, dan Stefanus
Bacaan I: Ibr. 10:19–25
Mazmur : 24:1–2,3–4ab.5–6; R: 6
Bacaan Injil : Mrk. 4:21–25
Lalu Yesus berkata kepada mereka: ”Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”Lalu Ia berkata lagi: ”Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”
Renungan
Seorang guru Sekolah Dasar bertanya kepada murid-murid-Nya, ”Kalau ada pengemis di depan pintu rumah, diberi sedekah atau tidak?” Para murid bergantian menjawab. Ada yang bilang sebaiknya diberi karena kasihan; yang lain bilang tidak perlu karena orang itu pura-pura; yang lain lagi mengatakan lihat dulu seperti apa orangnya. Masing-masing menjawab dengan ukurannya sendiri-sendiri seturut apa yang ditanamkan oleh orangtua mereka.
Yesus senantiasa berbelaskasihan kepada manusia. Yang sakit disembuhkan; yang kerasukan setan dipulihkan; yang buta melihat; yang sesat dipanggilnya kembali. Ukuran apakah yang Yesus pakai? Dia memberikan Diri sehabis-habisnya agar saudara-saudaranya, kita semua, hidup. Kalau bisa dikatakan maka ukurannya adalah seluas samudra, setinggi langit, dan sedalam lautan.
Sadar atau tidak sadar, kita masing-masing mempunyai ukuran terhadap diri kita dan orang lain. Barangkali kita melihat bahwa kalau orang itu naik mobil mewah termasuk orang kaya; kalau pakaiannya lusuh termasuk orang kampung; kalau pakai sandal jepit maka orang miskin; dan seterusnya. Apa yang berapi-api kita kecam pada diri orang lain terkadang merupakan proyeksi gambaran diri kita yang negatif, bukan kenyataan diri orang itu sesungguhnya. Maka, sekalipun orang tersebut berbuat baik, ia selalu negatif di mata kita. Ini sungguh tidak adil. Tuhan sendiri secara objektif menilik hati manusia, melihat seberapa besar cinta kepada-Nya dan kepada sesama.
doa:Tuhan Yesus, ajarilah aku mengukur orang lain bukan dari penampilan lahiriah semata, tetapi dari kedalaman hatinya. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Senin, 24 Januari 2011
Selasa, 25 Januari 2011-Pesta Pertobatan St. Paulus, Rasul (ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 16:15–18
Selasa, 25 Januari 2011
Pekan Biasa III
Penutupan Pekan Doa Sedunia
Pesta Pertobatan St. Paulus, Rasul (P)
Bacaan I: Kis. 22:3–16 atau Kis. 9:1–12
Mazmur : 117:1,2; R: Mrk. 16:15
Bacaan Injil : Mrk. 16:15–18
Renungan
Hari ini kita merayakan seorang rasul agung yang sangat luar biasa: Rasul Paulus. Melalui perannya yang luar biasa, iman akan Yesus Kristus terus bertumbuh di mana-mana. Perjalanan rohani Rasul Paulus sangatlah istimewa. Bahkan dua tahun yang lalu, Takhta suci mengajak seluruh Gereja untuk merefleksikan secara khusus kehidupan Paulus secara serentak.
Paulus mengalami pertobatan yang sungguh total, ia berbalik dari cara hidup yang sombong karena mengandalkan kekuatan di dalam dirinya sendiri, mengejar dan membunuh pengikut Yesus, lalu secara ajaib menjadi orang yang sangat mencintai Yesus dan bersedia melakukan apa pun demi Yesus. Paulus mengalami pertobatan setelah ”dihantam secara keras” oleh Tuhan dengan jatuh dari kudanya dan menjadi buta. Begitulah cara Tuhan mengubah hidup kita—bisa dengan cara yang lunak, bisa juga dengan cara yang keras.
Belajar dari pengalaman Paulus, kalau saat ini kita sedang terbelenggu oleh dosa-dosa berat, jangan pernah menunda pertobatan. Jangan sampai Tuhan menghantam kita dengan keras. Setiap saat sebetulnya Tuhan dengan lembut sudah memperingatkan kita untuk berbalik dan bertobat. Namun, kadang kala kita masih sangat keras hati menolak karena kita masih ingin menikmati dosa-dosa itu. Lebih baik kita bertobat karena Tuhan membelai kita dengan lembut, daripada kita bertobat karena Tuhan marah kepada kita. Seberapa pun dosa kita, sehitam apa pun latar belakang hidup kita, Tuhan bisa mengubah kita menjadi perpanjangan tangan-Nya untuk berkarya mewartakan Injil-Nya.
Doa: Ya Tuhan, terima kasih untuk cinta-Mu yang tiada batas. Bukalah hatiku untuk bertobat meninggalkan cara hidup yang lama dan setia menjadi alat-Mu. Amin.
Pekan Biasa III
Penutupan Pekan Doa Sedunia
Pesta Pertobatan St. Paulus, Rasul (P)
Bacaan I: Kis. 22:3–16 atau Kis. 9:1–12
Mazmur : 117:1,2; R: Mrk. 16:15
Bacaan Injil : Mrk. 16:15–18
Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”
Renungan
Hari ini kita merayakan seorang rasul agung yang sangat luar biasa: Rasul Paulus. Melalui perannya yang luar biasa, iman akan Yesus Kristus terus bertumbuh di mana-mana. Perjalanan rohani Rasul Paulus sangatlah istimewa. Bahkan dua tahun yang lalu, Takhta suci mengajak seluruh Gereja untuk merefleksikan secara khusus kehidupan Paulus secara serentak.
Paulus mengalami pertobatan yang sungguh total, ia berbalik dari cara hidup yang sombong karena mengandalkan kekuatan di dalam dirinya sendiri, mengejar dan membunuh pengikut Yesus, lalu secara ajaib menjadi orang yang sangat mencintai Yesus dan bersedia melakukan apa pun demi Yesus. Paulus mengalami pertobatan setelah ”dihantam secara keras” oleh Tuhan dengan jatuh dari kudanya dan menjadi buta. Begitulah cara Tuhan mengubah hidup kita—bisa dengan cara yang lunak, bisa juga dengan cara yang keras.
Belajar dari pengalaman Paulus, kalau saat ini kita sedang terbelenggu oleh dosa-dosa berat, jangan pernah menunda pertobatan. Jangan sampai Tuhan menghantam kita dengan keras. Setiap saat sebetulnya Tuhan dengan lembut sudah memperingatkan kita untuk berbalik dan bertobat. Namun, kadang kala kita masih sangat keras hati menolak karena kita masih ingin menikmati dosa-dosa itu. Lebih baik kita bertobat karena Tuhan membelai kita dengan lembut, daripada kita bertobat karena Tuhan marah kepada kita. Seberapa pun dosa kita, sehitam apa pun latar belakang hidup kita, Tuhan bisa mengubah kita menjadi perpanjangan tangan-Nya untuk berkarya mewartakan Injil-Nya.
Doa: Ya Tuhan, terima kasih untuk cinta-Mu yang tiada batas. Bukalah hatiku untuk bertobat meninggalkan cara hidup yang lama dan setia menjadi alat-Mu. Amin.
Sabtu, 22 Januari 2011
Senin, 24 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 3:22–30
Senin, 24 Januari 2011
Pekan Biasa III
Pw St. Fransiskus dr Sales, UskPujG. (P)
St. Felisianus dan Primus
Bacaan I: Ibr. 9:15,24–28
Mazmur : 98:1,2–3ab,3cd–4,5–6; R: 1a
Bacaan Injil : Mrk. 3:22–30
Ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: ”Ia kerasukan Beelzebul,” dan: ”Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.” Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: ”Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.
Renungan
”Apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal” (Mrk. 3:29). Kita harus melihat kutipan ini pada konteksnya. Yesus dianggap kerasukan setan dan difitnah sebagai beelzebul oleh beberapa orang yang tidak menyukai kehadiran-Nya. Maka, Yesus kemudian mempertegas tentang dosa menghujat Roh Kudus yang tidak terampuni atau sebagai dosa yang kekal. Menghujat Roh Kudus adalah dosa karena kita menyangkal dan menolak eksistensi Yesus sebagai Allah.
Pertanyaannya, mengapa Yesus sampai marah sedemikian kerasnya dan kepada siapa Dia mengarahkan pernyataan ini? Yesus mengarahkan pernyataan keras ini kepada pihak-pihak yang degil hatinya. Walaupun Yesus sudah menunjukkan dengan berbagai cara perihal kehadirannya bahwa Dia datang untuk membawa kabar baik tentang Kerajaan Surga lewat perbuatan-perbuatan ajaib, mereka malahan menganggap Yesus sebagai bagian dari kekuatan setan.
Tampaknya, kita yang masih mau membuka buku Ziarah Batin ini setiap hari, tidak akan melakukan hal ini, karena kita tentu percaya bahwa Yesus adalah Sang Mesias. Akan tetapi, bukan tidak mungkin kita melakukan dosa yang terkait dengan dosa melawan Roh Kudus. Sekarang ini banyak orang beriman suka mencari kekuatan lain di luar Yesus untuk mengatasi persoalan-persoalan hidupnya. Kita kadang—sadar atau tidak sadar—lebih percaya pada ramalan-ramalan dan juga nasihat-nasihat orang yang kita percaya memiliki kekuatan supranatural. Injil hari ini mengajak kita untuk menjadikan Tuhan sebagai kekuatan satu-satunya dalam hidup kita. Jangan pernah menduakan Allah kita.
doa:Ya Tuhan, ampuni aku bila aku tidak punya iman yang kuat sehingga sering kali jatuh pada dosa mencari kekuatan lain selain Engkau dalam hidup ini. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa III
Pw St. Fransiskus dr Sales, UskPujG. (P)
St. Felisianus dan Primus
Bacaan I: Ibr. 9:15,24–28
Mazmur : 98:1,2–3ab,3cd–4,5–6; R: 1a
Bacaan Injil : Mrk. 3:22–30
Ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: ”Ia kerasukan Beelzebul,” dan: ”Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.” Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: ”Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.
Renungan
”Apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal” (Mrk. 3:29). Kita harus melihat kutipan ini pada konteksnya. Yesus dianggap kerasukan setan dan difitnah sebagai beelzebul oleh beberapa orang yang tidak menyukai kehadiran-Nya. Maka, Yesus kemudian mempertegas tentang dosa menghujat Roh Kudus yang tidak terampuni atau sebagai dosa yang kekal. Menghujat Roh Kudus adalah dosa karena kita menyangkal dan menolak eksistensi Yesus sebagai Allah.
Pertanyaannya, mengapa Yesus sampai marah sedemikian kerasnya dan kepada siapa Dia mengarahkan pernyataan ini? Yesus mengarahkan pernyataan keras ini kepada pihak-pihak yang degil hatinya. Walaupun Yesus sudah menunjukkan dengan berbagai cara perihal kehadirannya bahwa Dia datang untuk membawa kabar baik tentang Kerajaan Surga lewat perbuatan-perbuatan ajaib, mereka malahan menganggap Yesus sebagai bagian dari kekuatan setan.
Tampaknya, kita yang masih mau membuka buku Ziarah Batin ini setiap hari, tidak akan melakukan hal ini, karena kita tentu percaya bahwa Yesus adalah Sang Mesias. Akan tetapi, bukan tidak mungkin kita melakukan dosa yang terkait dengan dosa melawan Roh Kudus. Sekarang ini banyak orang beriman suka mencari kekuatan lain di luar Yesus untuk mengatasi persoalan-persoalan hidupnya. Kita kadang—sadar atau tidak sadar—lebih percaya pada ramalan-ramalan dan juga nasihat-nasihat orang yang kita percaya memiliki kekuatan supranatural. Injil hari ini mengajak kita untuk menjadikan Tuhan sebagai kekuatan satu-satunya dalam hidup kita. Jangan pernah menduakan Allah kita.
doa:Ya Tuhan, ampuni aku bila aku tidak punya iman yang kuat sehingga sering kali jatuh pada dosa mencari kekuatan lain selain Engkau dalam hidup ini. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Jumat, 21 Januari 2011
Minggu, 23 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mat. 4:12–17/23
Minggu, 23 Januari 2011
Pekan Biasa III (H)
St. Yohanes Penderma; St. Ildephonsus; Sta. Martina;
B. Hendrikus Suso OP; B. Yosepha Maria dr Beniganim
Bacaan I: Yes. 8:23b–9:3
Mazmur : 27:1,4,13–14; R:1a
Bacaan II : 1Kor. 1:10–13,17
Bacaan Injil : Mat. 4:12–17/23
Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ”Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain,—bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.” Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: ”Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”
Renungan
Dalam Injil hari ini, kita bisa mencatat dua hal penting, yaitu Yesus berkarya menunggu momen yang tepat dan Yesus berkarya dengan membentuk komunitas inti terlebih dahulu. Sebagai Putra Allah, kekuatan Ilahi sudah mengalir di dalam diri-Nya sejak semula. Maka, kita meyakini bahwa sebenarnya Yesus bisa melakukan apa pun sejak masa kecil-Nya atau masa remaja-Nya. Namun, sangat jelas kita lihat bahwa Yesus menahan diri untuk berkarya menunggu waktu yang tepat.
Bahkan dalam peristiwa di Kana, Yesus secara jelas mengatakan kepada ibu-Nya, ”Saat-Ku belum tiba”. Yesus baru memulai karya-Nya setelah Dia mendengar bahwa Yohanes Pembaptis ditangkap. Yesus yakin, itulah momen di mana Dia harus berkarya. Peran Yohanes Pembaptis untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya sudah selesai. Sekarang adalah giliran-Nya. Intinya adalah ketaatan Yesus pada rencana Bapa-Nya.
Terkadang dalam hidup ini kita merasa memiliki kekuatan di dalam diri kita dan kita bisa melakukan apa pun. Namun, kita lupa bahwa sebenarnya semua talenta, kemampuan, dan kekuatan di dalam diri kita adalah karunia Tuhan. Kita hidup di dunia ini untuk menjalankan suatu misi yang diberikan Tuhan. Belajarlah dari Yesus yang tidak terburu-buru dan tidak sombong dengan kekuatan di dalam diri-Nya. Yesus menunggu pada saat yang tepat dan Dia taat pada kehendak Bapa-Nya.
Lebih jauh lagi, Yesus tidak mau bekerja sendirian. Yesus percaya, keberhasilan tugas perutusan dari Bapa-Nya hanya mungkin terjadi bila Dia melibatkan dan membentuk kader-kader untuk meneruskan karya itu. Yesus membentuk komunitas bersama Bapa-Nya. Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang berhasil hidupnya karena dirinya sendiri. Kita membutuhkan dua hal yang sangat penting: rahmat Tuhan dan dukungan komunitas. Bagaimana dengan kita? Apakah kita menyadari hal itu?
Doa:Ya Yesus, ajarilah aku untuk belajar rendah hati bahwa dalam hidup ini aku membutuhkan rahmat pertolongan-Mu dan juga komunitas untuk bertumbuh. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa III (H)
St. Yohanes Penderma; St. Ildephonsus; Sta. Martina;
B. Hendrikus Suso OP; B. Yosepha Maria dr Beniganim
Bacaan I: Yes. 8:23b–9:3
Mazmur : 27:1,4,13–14; R:1a
Bacaan II : 1Kor. 1:10–13,17
Bacaan Injil : Mat. 4:12–17/23
Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ”Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain,—bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.” Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: ”Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”
Renungan
Dalam Injil hari ini, kita bisa mencatat dua hal penting, yaitu Yesus berkarya menunggu momen yang tepat dan Yesus berkarya dengan membentuk komunitas inti terlebih dahulu. Sebagai Putra Allah, kekuatan Ilahi sudah mengalir di dalam diri-Nya sejak semula. Maka, kita meyakini bahwa sebenarnya Yesus bisa melakukan apa pun sejak masa kecil-Nya atau masa remaja-Nya. Namun, sangat jelas kita lihat bahwa Yesus menahan diri untuk berkarya menunggu waktu yang tepat.
Bahkan dalam peristiwa di Kana, Yesus secara jelas mengatakan kepada ibu-Nya, ”Saat-Ku belum tiba”. Yesus baru memulai karya-Nya setelah Dia mendengar bahwa Yohanes Pembaptis ditangkap. Yesus yakin, itulah momen di mana Dia harus berkarya. Peran Yohanes Pembaptis untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya sudah selesai. Sekarang adalah giliran-Nya. Intinya adalah ketaatan Yesus pada rencana Bapa-Nya.
Terkadang dalam hidup ini kita merasa memiliki kekuatan di dalam diri kita dan kita bisa melakukan apa pun. Namun, kita lupa bahwa sebenarnya semua talenta, kemampuan, dan kekuatan di dalam diri kita adalah karunia Tuhan. Kita hidup di dunia ini untuk menjalankan suatu misi yang diberikan Tuhan. Belajarlah dari Yesus yang tidak terburu-buru dan tidak sombong dengan kekuatan di dalam diri-Nya. Yesus menunggu pada saat yang tepat dan Dia taat pada kehendak Bapa-Nya.
Lebih jauh lagi, Yesus tidak mau bekerja sendirian. Yesus percaya, keberhasilan tugas perutusan dari Bapa-Nya hanya mungkin terjadi bila Dia melibatkan dan membentuk kader-kader untuk meneruskan karya itu. Yesus membentuk komunitas bersama Bapa-Nya. Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang berhasil hidupnya karena dirinya sendiri. Kita membutuhkan dua hal yang sangat penting: rahmat Tuhan dan dukungan komunitas. Bagaimana dengan kita? Apakah kita menyadari hal itu?
Doa:Ya Yesus, ajarilah aku untuk belajar rendah hati bahwa dalam hidup ini aku membutuhkan rahmat pertolongan-Mu dan juga komunitas untuk bertumbuh. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Sabtu, 22 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 3:20–21
Sabtu, 22 Januari 2011
Pekan Biasa II (H)
St. Anastasius; St. Vincensius Palloti;
B. Laura Vicuna
Bacaan I : Ibr. 9:2–3,11–14
Mazmur : 47:2–3,6–7,8–9; R: 6
Bacaan Injil : Mrk. 3:20–21
Renungan
Yesus dianggap tidak waras dan kerasukan Setan. Inilah yang selalu terjadi dengan tokoh-tokoh yang secara murni ingin melakukan pembaruan. Selalu ada pihak-pihak yang ingin menjatuhkan mereka dan mengeluarkan ’kampanye negatif’ dengan memfitnah mereka. Yesus, seorang nabi muda yang berumur tiga puluh tahun, ingin membuat pembaruan dan mewartakan suatu kebenaran baru kepada masyarakat Yahudi. Tentu saja, saat itu ada begitu banyak pemimpin agama atau tokoh-tokoh yang merasa lebih berpengalaman dari Yesus. Mereka merasa kehadiran Yesus bisa membahayakan posisi mereka. Sikap inilah yang nantinya akan mengantar Yesus pada penyaliban.
Tidak jarang kita juga bersikap seperti orang-orang itu terhadap Yesus. Betapa susah buat kita untuk melihat pihak lain lebih berhasil dan lebih baik daripada kita. Kalau kita tidak hati-hati, kita menjadi iri hati dan memiliki keinginan untuk menghancurkan atau menjatuhkan. Jika demikian yang terjadi, suasana menjadi tidak nyaman, ”panas”, tidak kondusif. Kadang kala, situasinya sungguh sangat mengerikan karena ada suasana saling menjelekkan, memfitnah, dan menjatuhkan. Mudah-mudahan hal itu tidak terjadi di tempat kerja kita, di dalam keluarga, dan Gereja kita, walaupun tetap saja mungkin terjadi.
Yang dibutuhkan saat ini adalah sikap positif, di mana kita bisa memuji keberhasilan sesama kita dan sebaliknya bila sesama kita memiliki kelemahan, kita bisa menolong dan menguatkannya. Seandainya semua orang memiliki sikap positif seperti itu, keselamatan akan terjadi di mana-mana.
Doa
Ya Yesus, jauhkanlah aku dari sikap negatif yang dipenuhi iri hati. Buatlah aku mampu untuk menghargai sesamaku yang berhasil dan menolong sesama yang sedang kesulitan. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa II (H)
St. Anastasius; St. Vincensius Palloti;
B. Laura Vicuna
Bacaan I : Ibr. 9:2–3,11–14
Mazmur : 47:2–3,6–7,8–9; R: 6
Bacaan Injil : Mrk. 3:20–21
Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.
Renungan
Yesus dianggap tidak waras dan kerasukan Setan. Inilah yang selalu terjadi dengan tokoh-tokoh yang secara murni ingin melakukan pembaruan. Selalu ada pihak-pihak yang ingin menjatuhkan mereka dan mengeluarkan ’kampanye negatif’ dengan memfitnah mereka. Yesus, seorang nabi muda yang berumur tiga puluh tahun, ingin membuat pembaruan dan mewartakan suatu kebenaran baru kepada masyarakat Yahudi. Tentu saja, saat itu ada begitu banyak pemimpin agama atau tokoh-tokoh yang merasa lebih berpengalaman dari Yesus. Mereka merasa kehadiran Yesus bisa membahayakan posisi mereka. Sikap inilah yang nantinya akan mengantar Yesus pada penyaliban.
Tidak jarang kita juga bersikap seperti orang-orang itu terhadap Yesus. Betapa susah buat kita untuk melihat pihak lain lebih berhasil dan lebih baik daripada kita. Kalau kita tidak hati-hati, kita menjadi iri hati dan memiliki keinginan untuk menghancurkan atau menjatuhkan. Jika demikian yang terjadi, suasana menjadi tidak nyaman, ”panas”, tidak kondusif. Kadang kala, situasinya sungguh sangat mengerikan karena ada suasana saling menjelekkan, memfitnah, dan menjatuhkan. Mudah-mudahan hal itu tidak terjadi di tempat kerja kita, di dalam keluarga, dan Gereja kita, walaupun tetap saja mungkin terjadi.
Yang dibutuhkan saat ini adalah sikap positif, di mana kita bisa memuji keberhasilan sesama kita dan sebaliknya bila sesama kita memiliki kelemahan, kita bisa menolong dan menguatkannya. Seandainya semua orang memiliki sikap positif seperti itu, keselamatan akan terjadi di mana-mana.
Doa
Ya Yesus, jauhkanlah aku dari sikap negatif yang dipenuhi iri hati. Buatlah aku mampu untuk menghargai sesamaku yang berhasil dan menolong sesama yang sedang kesulitan. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Kamis, 20 Januari 2011
Jumat, 21 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 3:13–19
Jumat, 21 Januari 2011
Pekan Biasa II
Pw Sta. Agnes, Mrt. (M);
St. Augurius dan Eulogius
Bacaan I : Ibr. 8:6–13
Mazmur : 85:8,10–11,13–14; R: 11a
Bacaan Injil : Mrk. 3:13–19
Renungan
Kalau kita sedikit melihat lebih dalam ke proses pendidikan di seminari, ada data yang sangat mengejutkan bahwa dari seluruh siswa yang masuk seminari menengah, nantinya yang bisa menyelesaikan proses formatio (pendidikan/pembentukan) dan ditahbiskan menjadi imam, hanyalah sekitar 15%, bahkan kadang kala kurang dari itu.
Menariknya, yang dipilih dan dipanggil menjadi imam bukanlah selalu mereka yang terbaik, terpandai, tersuci, tersopan, dan lain-lain. Dalam Injil, kita melihat bahwa dari ribuan orang yang terpesona pada Yesus, Dia hanya memanggil dua belas orang untuk menjadi murid-murid-Nya. Dua belas orang ini, bukanlah orang-orang terpandai, terdidik, dan tersuci.
Bahkan, tampaknya mereka adalah orang tidak berpendidikan, kasar, labil, dan keras kepala. Intinya mereka semua memiliki kelemahan. Akan tetapi, Yesus sudah memilih dan mencurahkan Roh Kudus kepada mereka sehingga mereka pun memiliki kekuatan untuk mewartakan Injil dan mengusir roh jahat. Yesus mengkader mereka secara luar biasa sehingga dari dua belas orang yang sangat sederhana dan memiliki banyak keterbatasan itu, Gereja bisa bertumbuh hingga milyaran pengikut saat ini.
Kita juga termasuk pengikut-pengikut Yesus. Tentu kita juga sangat sadar akan kelemahan, dosa, dan berbagai hal negatif di dalam diri kita. Persoalannya, kalau kita sungguh-sungguh ingin mengikuti Yesus, kita harus memiliki keterbukaan untuk dibentuk dan dididik oleh Yesus. Sebaliknya, bila kita menutup diri terhadap rahmat Tuhan dengan tetap hidup dalam kelemahan dan dosa kita, kita tidak akan mampu mentransformasi diri seperti yang dialami oleh dua belas murid. Kuncinya adalah keterbukaan untuk diformat oleh Yesus.
Doa
Ya Yesus, cairkanlah hatiku yang beku, yang membuat aku menutup diri dari segala ajaran dan teladan-Mu. Mampukan aku menjadi murid-murid-Mu untuk menerima tugas perutusan dari-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa II
Pw Sta. Agnes, Mrt. (M);
St. Augurius dan Eulogius
Bacaan I : Ibr. 8:6–13
Mazmur : 85:8,10–11,13–14; R: 11a
Bacaan Injil : Mrk. 3:13–19
Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia.
Renungan
Kalau kita sedikit melihat lebih dalam ke proses pendidikan di seminari, ada data yang sangat mengejutkan bahwa dari seluruh siswa yang masuk seminari menengah, nantinya yang bisa menyelesaikan proses formatio (pendidikan/pembentukan) dan ditahbiskan menjadi imam, hanyalah sekitar 15%, bahkan kadang kala kurang dari itu.
Menariknya, yang dipilih dan dipanggil menjadi imam bukanlah selalu mereka yang terbaik, terpandai, tersuci, tersopan, dan lain-lain. Dalam Injil, kita melihat bahwa dari ribuan orang yang terpesona pada Yesus, Dia hanya memanggil dua belas orang untuk menjadi murid-murid-Nya. Dua belas orang ini, bukanlah orang-orang terpandai, terdidik, dan tersuci.
Bahkan, tampaknya mereka adalah orang tidak berpendidikan, kasar, labil, dan keras kepala. Intinya mereka semua memiliki kelemahan. Akan tetapi, Yesus sudah memilih dan mencurahkan Roh Kudus kepada mereka sehingga mereka pun memiliki kekuatan untuk mewartakan Injil dan mengusir roh jahat. Yesus mengkader mereka secara luar biasa sehingga dari dua belas orang yang sangat sederhana dan memiliki banyak keterbatasan itu, Gereja bisa bertumbuh hingga milyaran pengikut saat ini.
Kita juga termasuk pengikut-pengikut Yesus. Tentu kita juga sangat sadar akan kelemahan, dosa, dan berbagai hal negatif di dalam diri kita. Persoalannya, kalau kita sungguh-sungguh ingin mengikuti Yesus, kita harus memiliki keterbukaan untuk dibentuk dan dididik oleh Yesus. Sebaliknya, bila kita menutup diri terhadap rahmat Tuhan dengan tetap hidup dalam kelemahan dan dosa kita, kita tidak akan mampu mentransformasi diri seperti yang dialami oleh dua belas murid. Kuncinya adalah keterbukaan untuk diformat oleh Yesus.
Doa
Ya Yesus, cairkanlah hatiku yang beku, yang membuat aku menutup diri dari segala ajaran dan teladan-Mu. Mampukan aku menjadi murid-murid-Mu untuk menerima tugas perutusan dari-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Rabu, 19 Januari 2011
Kamis, 20 Januari 2011(ZIRAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 3:7–12
Kamis, 20 Januari 2011
Pekan Biasa II (H)
St. Fabianus, Paus; St. Sebastianus; St. Eutimos Agung;
B. Cyprianus Michael Tansi; St. Yohanes Pembaptis dr Triguerie
Bacaan I : Ibr. 7:25–8:6
Mazmur : 40:7–8a,8b–9,10,17; R: 8a,9a
Bacaan Injil : Mrk. 3:7–12
Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: ”Engkaulah Anak Allah.” Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.
Renungan
Ada sebuah gejala menarik, yaitu umat suka memilih-milih imam mana yang akan melayani mereka atau imam mana yang akan mereka hadiri Ekaristinya. Imam yang paling diminati pelayanannya adalah imam yang mempunyai karunia penyembuhan. Kapan pun dan di mana pun imam tersebut berkarya, pastilah berduyun-duyun orang menghadirinya. Tidak punya karunia penyembuhan, tetapi lucu dan humoris, juga masih banyak peminatnya. Hal ini tentu bukan sesuatu yang keliru karena manusia memang memiliki dua kebutuhan dasar, dibebaskan dari penderitaan fisiknya dan dari penderitaan mentalnya.
Dalam Injil kita melihat gejala serupa, orang banyak berdesak-desakkan mengikuti Yesus karena Yesus menyembuhkan begitu banyak orang. Akan tetapi, persoalannya adalah mereka mengikuti Yesus tidak dengan kesadaran bahwa Yesus adalah Mesias, Juru Selamat yang dijanjikan. Mereka masih melihat Yesus sebagai ’penyembuh’ yang memang pada zaman itu cukup banyak juga jumlahnya. Mereka mencari Yesus semata-mata demi kebutuhan jasmani dan tidak menyadari bahwa Yesus mampu memberikan rahmat lebih besar daripada itu.
Mari kita berefleksi tentang motivasi kita dalam mengikuti Yesus, apa yang kita cari dari-Nya? Apa yang menjadi fokus perhatian kita dalam kehidupan rohani kita? Apa isi doa kita ketika kita berdoa pribadi atau di Gereja dalam Ekaristi mingguan atau kesempatan lain? Apakah kita lebih banyak mengedepankan kebutuhan-kebutuhan jasmani kita dengan memanjatkan permohonan-permohonan kepada-Nya? Atau kita sudah mencari hal lain yang lebih mendalam, keselamatan jiwa dan kedamaian batin?
Doa
Ya Yesus, ajarlah aku untuk mampu memurnikan motivasiku dalam mengikuti Engkau. Hangatkanlah hatiku dengan cinta-Mu, dari sanalah akan mengalir semua rahmat yang aku perlukan dalam hidup ini. Amin.
sumber:ZIARAH BATIN 2011
Pekan Biasa II (H)
St. Fabianus, Paus; St. Sebastianus; St. Eutimos Agung;
B. Cyprianus Michael Tansi; St. Yohanes Pembaptis dr Triguerie
Bacaan I : Ibr. 7:25–8:6
Mazmur : 40:7–8a,8b–9,10,17; R: 8a,9a
Bacaan Injil : Mrk. 3:7–12
Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: ”Engkaulah Anak Allah.” Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.
Renungan
Ada sebuah gejala menarik, yaitu umat suka memilih-milih imam mana yang akan melayani mereka atau imam mana yang akan mereka hadiri Ekaristinya. Imam yang paling diminati pelayanannya adalah imam yang mempunyai karunia penyembuhan. Kapan pun dan di mana pun imam tersebut berkarya, pastilah berduyun-duyun orang menghadirinya. Tidak punya karunia penyembuhan, tetapi lucu dan humoris, juga masih banyak peminatnya. Hal ini tentu bukan sesuatu yang keliru karena manusia memang memiliki dua kebutuhan dasar, dibebaskan dari penderitaan fisiknya dan dari penderitaan mentalnya.
Dalam Injil kita melihat gejala serupa, orang banyak berdesak-desakkan mengikuti Yesus karena Yesus menyembuhkan begitu banyak orang. Akan tetapi, persoalannya adalah mereka mengikuti Yesus tidak dengan kesadaran bahwa Yesus adalah Mesias, Juru Selamat yang dijanjikan. Mereka masih melihat Yesus sebagai ’penyembuh’ yang memang pada zaman itu cukup banyak juga jumlahnya. Mereka mencari Yesus semata-mata demi kebutuhan jasmani dan tidak menyadari bahwa Yesus mampu memberikan rahmat lebih besar daripada itu.
Mari kita berefleksi tentang motivasi kita dalam mengikuti Yesus, apa yang kita cari dari-Nya? Apa yang menjadi fokus perhatian kita dalam kehidupan rohani kita? Apa isi doa kita ketika kita berdoa pribadi atau di Gereja dalam Ekaristi mingguan atau kesempatan lain? Apakah kita lebih banyak mengedepankan kebutuhan-kebutuhan jasmani kita dengan memanjatkan permohonan-permohonan kepada-Nya? Atau kita sudah mencari hal lain yang lebih mendalam, keselamatan jiwa dan kedamaian batin?
Doa
Ya Yesus, ajarlah aku untuk mampu memurnikan motivasiku dalam mengikuti Engkau. Hangatkanlah hatiku dengan cinta-Mu, dari sanalah akan mengalir semua rahmat yang aku perlukan dalam hidup ini. Amin.
sumber:ZIARAH BATIN 2011
Selasa, 18 Januari 2011
Rabu, 19 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 3:1–6
Rabu, 19 Januari 2011
Pekan Biasa II (H)
Yesus Ditemukan Kembali di Bait Allah;B. Yakobus Sales dan Wilhelmus Saultemoche; St. Marius; St. Gerlakus; St. Gottfried
Bacaan I: Ibr. 7:1–3,15–17
Mazmur : 110:1,2,3,4; R: 4bc
Bacaan Injil : Mrk. 3:1–6
Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: ”Mari, berdirilah di tengah!” Kemudian kata-Nya kepada mereka: ”Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: ”Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.
Renungan
Sejarah terus berputar. Sudah banyak orang yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan, justru mengalami kematian akibat persekongkolan pihak-pihak yang tidak menyukainya. Ada suatu sindiran: bila dalam sebuah sel di rumah sakit jiwa ada sepuluh orang—yang sembilan orang adalah orang gila dan yang satu orang adalah orang yang sehat alias waras—pertanyaannya adalah siapa di antara mereka yang kelihatan sehat dalam komunitas tersebut. Justru jawabannya adalah yang sembilan orang akan merasa sehati dan sejiwa, sedangkan yang satu akan merasa terasing. Bila ada sepuluh orang anak, sembilan anak suka menyontek dan yang satu adalah anak yang jujur, siapakah yang dimusuhi? Bila ada sembilan orang korupsi di kantor, sedangkan yang satu bekerja dengan setia dan jujur. Pastilah yang satu akan disudutkan dan diasingkan.
Itulah yang Yesus alami. Banyak orang besekongkol untuk membunuh Dia karena prinsip yang Yesus ajarkan dan apa yang Dia lakukan bertentangan dengan tradisi agama Yahudi yang sangat kaku tentang hari Sabat. Akan tetapi, Yesus tidak pernah takut melakukan itu semua karena Dia yakin pada kebenaran yang Dia wartakan. Yesus tidak takut pada tekanan sosial dari orang-orang berkuasa di sekitarnya. Walaupun risiko yang harus Dia hadapi adalah kematian.
Persoalan kita sekarang ini adalah kerap kali kita tidak mau menanggung risiko dari mengikuti Yesus. Mengungkapkan kebenaran dan keadilan membawa risiko yang sangat berat. Kita memilih lebih baik diam daripada bersaksi.
doa:Ya Tuhan, ajarilah aku untuk berani menanggung risiko apa pun sebagai murid-murid-Mu. Beranikan aku untuk mewartakan kebenaran dan keadilan di mana pun aku berada sebagai perwujudan imanku. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa II (H)
Yesus Ditemukan Kembali di Bait Allah;B. Yakobus Sales dan Wilhelmus Saultemoche; St. Marius; St. Gerlakus; St. Gottfried
Bacaan I: Ibr. 7:1–3,15–17
Mazmur : 110:1,2,3,4; R: 4bc
Bacaan Injil : Mrk. 3:1–6
Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: ”Mari, berdirilah di tengah!” Kemudian kata-Nya kepada mereka: ”Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: ”Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.
Renungan
Sejarah terus berputar. Sudah banyak orang yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan, justru mengalami kematian akibat persekongkolan pihak-pihak yang tidak menyukainya. Ada suatu sindiran: bila dalam sebuah sel di rumah sakit jiwa ada sepuluh orang—yang sembilan orang adalah orang gila dan yang satu orang adalah orang yang sehat alias waras—pertanyaannya adalah siapa di antara mereka yang kelihatan sehat dalam komunitas tersebut. Justru jawabannya adalah yang sembilan orang akan merasa sehati dan sejiwa, sedangkan yang satu akan merasa terasing. Bila ada sepuluh orang anak, sembilan anak suka menyontek dan yang satu adalah anak yang jujur, siapakah yang dimusuhi? Bila ada sembilan orang korupsi di kantor, sedangkan yang satu bekerja dengan setia dan jujur. Pastilah yang satu akan disudutkan dan diasingkan.
Itulah yang Yesus alami. Banyak orang besekongkol untuk membunuh Dia karena prinsip yang Yesus ajarkan dan apa yang Dia lakukan bertentangan dengan tradisi agama Yahudi yang sangat kaku tentang hari Sabat. Akan tetapi, Yesus tidak pernah takut melakukan itu semua karena Dia yakin pada kebenaran yang Dia wartakan. Yesus tidak takut pada tekanan sosial dari orang-orang berkuasa di sekitarnya. Walaupun risiko yang harus Dia hadapi adalah kematian.
Persoalan kita sekarang ini adalah kerap kali kita tidak mau menanggung risiko dari mengikuti Yesus. Mengungkapkan kebenaran dan keadilan membawa risiko yang sangat berat. Kita memilih lebih baik diam daripada bersaksi.
doa:Ya Tuhan, ajarilah aku untuk berani menanggung risiko apa pun sebagai murid-murid-Mu. Beranikan aku untuk mewartakan kebenaran dan keadilan di mana pun aku berada sebagai perwujudan imanku. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Senin, 17 Januari 2011
Selasa, 18 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 2:23–28
Selasa, 18 Januari 2011
Pekan Biasa II (H)
Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani Sta. Priska; Sta. Margaretha dr Hongaria
Bacaan I: Ibr. 6:10–20
Mazmur : 111:1–2,4–5,9,10c; R: 5b
Bacaan Injil : Mrk. 2:23–28
Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: ”Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Jawab-Nya kepada mereka: ”Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu – yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam – dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?” Lalu kata Yesus kepada mereka: ”Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat”.
Renungan
Manusia memiliki karakter yang bermacam-macam. Ada orang yang sungguh bisa taat pada aturan yang sudah ditetapkan. Ia akan menjaga diri sedemikian rupa agar tidak melanggar aturan itu. Namun, di sisi ekstrem yang lain, ada orang yang sangat suka melanggar peraturan. Tiada hari baginya tanpa melanggar peraturan.
Sepintas lalu dalam teks Injil hari ini seakan-akan Yesus berpihak pada sisi anak-anak nakal yang suka melanggar peraturan. Benarkah demikian? Kita harus sangat sadar bahwa Yesus juga dididik dalam keluarga Yahudi yang taat dengan segala macam peraturan agama dan masyarakat. Ia tentu bukan tipe anak nakal yang suka melanggar peraturan. Yesus sama sekali tidak memprovokasi untuk melanggar hari Sabat. Yesus menawarkan suatu prinsip baru yang harus berada di atas segala peraturan dunia ini, yaitu cinta kasih kepada sesama.
Kadang kala banyak peraturan agama dibuat dengan sangat bagus pada zaman yang lampau tanpa mengindahkan prinsip cinta kasih yang seharusnya melandasi semua itu. Lebih baik menolong orang lapar, menyembuhkan orang sakit, dan masih banyak tindakan yang Yesus lakukan untuk mempertegas bahwa hukum cinta kasih di atas segalanya.
Kerap kali dalam hidup kita pun, kita bersikap seperti orang Farisi yang sudah merasa suci dengan menjalankan secara harfiah apa yang tertulis dalam peraturan agama, tanpa kita melihat keadaan sesama di sekeliling kita yang membutuhkan uluran kasih.
Doa: Ya Tuhan, ajarilah aku untuk menjadi murid-murid-Mu yang taat dan peka untuk menolong sesama yang membutuhkan. Amin.
Pekan Biasa II (H)
Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani Sta. Priska; Sta. Margaretha dr Hongaria
Bacaan I: Ibr. 6:10–20
Mazmur : 111:1–2,4–5,9,10c; R: 5b
Bacaan Injil : Mrk. 2:23–28
Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: ”Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Jawab-Nya kepada mereka: ”Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu – yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam – dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?” Lalu kata Yesus kepada mereka: ”Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat”.
Renungan
Manusia memiliki karakter yang bermacam-macam. Ada orang yang sungguh bisa taat pada aturan yang sudah ditetapkan. Ia akan menjaga diri sedemikian rupa agar tidak melanggar aturan itu. Namun, di sisi ekstrem yang lain, ada orang yang sangat suka melanggar peraturan. Tiada hari baginya tanpa melanggar peraturan.
Sepintas lalu dalam teks Injil hari ini seakan-akan Yesus berpihak pada sisi anak-anak nakal yang suka melanggar peraturan. Benarkah demikian? Kita harus sangat sadar bahwa Yesus juga dididik dalam keluarga Yahudi yang taat dengan segala macam peraturan agama dan masyarakat. Ia tentu bukan tipe anak nakal yang suka melanggar peraturan. Yesus sama sekali tidak memprovokasi untuk melanggar hari Sabat. Yesus menawarkan suatu prinsip baru yang harus berada di atas segala peraturan dunia ini, yaitu cinta kasih kepada sesama.
Kadang kala banyak peraturan agama dibuat dengan sangat bagus pada zaman yang lampau tanpa mengindahkan prinsip cinta kasih yang seharusnya melandasi semua itu. Lebih baik menolong orang lapar, menyembuhkan orang sakit, dan masih banyak tindakan yang Yesus lakukan untuk mempertegas bahwa hukum cinta kasih di atas segalanya.
Kerap kali dalam hidup kita pun, kita bersikap seperti orang Farisi yang sudah merasa suci dengan menjalankan secara harfiah apa yang tertulis dalam peraturan agama, tanpa kita melihat keadaan sesama di sekeliling kita yang membutuhkan uluran kasih.
Doa: Ya Tuhan, ajarilah aku untuk menjadi murid-murid-Mu yang taat dan peka untuk menolong sesama yang membutuhkan. Amin.
Minggu, 16 Januari 2011
Senin, 17 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 2:18–22
Senin, 17 Januari 2011
Pekan Biasa II
Pw St. Antonius, Abbas (P);B. Rosaline Villeneuve; St. Sulpisius
Bacaan I: Ibr. 5:1–10
Mazmur : 110:1,2,3,4; R: 4bc
Bacaan Injil : Mrk. 2:18–22
Renungan
Teks Injil hari ini sama sekali bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa kita tidak perlu berpuasa. Akan tetapi, untuk menegaskan tentang hukum baru yang Yesus bawa di tengah masyarakat Yahudi pada masa itu. Bila orang sudah terbiasa dengan suatu pola hidup yang mendarah daging dengan hidupnya selama bertahun-tahun, tentu tidaklah mudah untuk menerima suatu cara hidup yang baru.
Mari kita refleksikan tentang hidup rohani kita. Secara spiritual kadangkala kita sulit untuk melepaskan pola hidup kita yang lama untuk masuk pada tata nilai baru yang ditawarkan oleh Yesus. Mengapa pertobatan hidup kita kerap sangat lamban dan kadang gagal, karena kita sungguh nyaman atau tidak rela melepaskan kenikmatan-kenikmatan yang kita dapatkan dari kedosaan tersebut. Kerap kali orang mengeluh, pengakuan dosa kadang menjadi sia-sia karena tidak lama kemudian akan jatuh lagi ke dosa yang sama. Lalu, malah menjadi enggan lagi datang memohon rahmat pengakuan dosa. Tentu saja problem ini dengan mudah bisa dijawab. Kalau kita kotor, lalu mandi, tetapi nanti kita akan kotor lagi. Apakah lalu tidak ada gunanya mandi?
Yesus mengajak kita hari ini untuk melakukan pembaruan total. Kita harus menjadi kantong yang baru untuk menerima Yesus dan semua prinsip ajarannya. Kalau kita cuma setengah-setengah, ada bahaya kita jatuh lagi ke dalam pola yang lama. Percayalah, roh jahat selalu mengintai kita, menunggu saat kita lemah dan ia akan masuk lagi untuk menggoda kita dan menyeret kita pada lembah dosa. Pertobatan selalu diidentikkan dengan ’metanoia’ artinya pembalikan arah hidup. Orang yang sungguh-sungguh merasakan kehadiran Yesus akan meninggalkan semua pola hidupnya yang lama dan berbalik arah berjalan bersama Yesus.
doa:Ya Tuhan, beranikanlah aku untuk meninggalkan kebiasaan lama yang tidak sesuai dengan ajaran-Mu. Mampukan aku untuk berbalik berjalan bersama-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa II
Pw St. Antonius, Abbas (P);B. Rosaline Villeneuve; St. Sulpisius
Bacaan I: Ibr. 5:1–10
Mazmur : 110:1,2,3,4; R: 4bc
Bacaan Injil : Mrk. 2:18–22
Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: ”Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.”
Renungan
Teks Injil hari ini sama sekali bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa kita tidak perlu berpuasa. Akan tetapi, untuk menegaskan tentang hukum baru yang Yesus bawa di tengah masyarakat Yahudi pada masa itu. Bila orang sudah terbiasa dengan suatu pola hidup yang mendarah daging dengan hidupnya selama bertahun-tahun, tentu tidaklah mudah untuk menerima suatu cara hidup yang baru.
Mari kita refleksikan tentang hidup rohani kita. Secara spiritual kadangkala kita sulit untuk melepaskan pola hidup kita yang lama untuk masuk pada tata nilai baru yang ditawarkan oleh Yesus. Mengapa pertobatan hidup kita kerap sangat lamban dan kadang gagal, karena kita sungguh nyaman atau tidak rela melepaskan kenikmatan-kenikmatan yang kita dapatkan dari kedosaan tersebut. Kerap kali orang mengeluh, pengakuan dosa kadang menjadi sia-sia karena tidak lama kemudian akan jatuh lagi ke dosa yang sama. Lalu, malah menjadi enggan lagi datang memohon rahmat pengakuan dosa. Tentu saja problem ini dengan mudah bisa dijawab. Kalau kita kotor, lalu mandi, tetapi nanti kita akan kotor lagi. Apakah lalu tidak ada gunanya mandi?
Yesus mengajak kita hari ini untuk melakukan pembaruan total. Kita harus menjadi kantong yang baru untuk menerima Yesus dan semua prinsip ajarannya. Kalau kita cuma setengah-setengah, ada bahaya kita jatuh lagi ke dalam pola yang lama. Percayalah, roh jahat selalu mengintai kita, menunggu saat kita lemah dan ia akan masuk lagi untuk menggoda kita dan menyeret kita pada lembah dosa. Pertobatan selalu diidentikkan dengan ’metanoia’ artinya pembalikan arah hidup. Orang yang sungguh-sungguh merasakan kehadiran Yesus akan meninggalkan semua pola hidupnya yang lama dan berbalik arah berjalan bersama Yesus.
doa:Ya Tuhan, beranikanlah aku untuk meninggalkan kebiasaan lama yang tidak sesuai dengan ajaran-Mu. Mampukan aku untuk berbalik berjalan bersama-Mu. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Jumat, 14 Januari 2011
Minggu, 16 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 1:29–34
Minggu, 16 Januari 2011
Pekan Biasa II (H)
Sta. Priscilla; St. Marcellus I;
St. Honoratus; St. Berardus
Bacaan I: Yes. 49:3,5–6
Mazmur : 40:2,4ab,7–8a,8b–9,10; R: 8a,9a
Bacaan II : 1Kor. 1:1–3
Bacaan Injil : Yoh. 1:29–34
Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: ”Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiri pun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.”Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ”Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya.Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.”
Renungan
Kerinduan hati terdalam semua orang beriman adalah mampu melihat kehadiran Tuhan secara nyata dalam hidupnya. Maka, tidak usah heran, salah satu hal yang selalu menghebohkan dan paling laris di dunia ini adalah fenomena penampakan, entah penampakan Tuhan Yesus, Bunda Maria, atau orang kudus lainnya. Namun, sikap Gereja adalah ’lebih baik terlambat daripada tertipu’ atau lebih baik menyatakan ’kita harus hati-hati sampai terbukti bahwa itu benar’. Sikap ini bisa dipahami mengingat sepanjang sejarah banyak sekali orang yang ’ngaku-ngaku’ melihat Tuhan, padahal memiliki tujuan lain di balik itu.
Yohanes pembaptis adalah saksi sejati dari kehadiran Tuhan Yesus. Salah satu ciri orang yang sudah mengalami dan melihat kehadiran Tuhan dapat kita lihat dalam pribadi Yohanes Pembaptis, yaitu kerendahan hati. Ia tidak memiliki keinginan untuk membesarkan namanya. Ia mempersilahkan para muridnya untuk pergi mengikuti Yesus. Ia sangat sadar tugasnya cuma satu, yaitu mempersiapkan kehadiran Yesus, tidak ada motivasi tersembunyi di balik itu, walaupun ia sudah sangat terkenal.
Di saat dunia ini mengajarkan kita untuk meraih banyak prestasi dalam lingkup apa pun: sekolah, kantor, panggung politik, dan masih banyak lagi, Injil hari ini mengajarkan kita makna terdalam soal kerendahan hati ’membiarkan orang lain semakin besar dan kita semakin kecil’. Mari kita belajar dari Yohanes Pembaptis. Kita hanya mungkin menjadi rendah hati bila kita sudah sungguh-sungguh merasakan kehadiran Tuhan.
Doa: Ya Tuhan, ajarilah aku untuk secara nyata merasakan kehadiran-Mu sehingga semua yang aku lakukan dalam hidup ini semata-mata demi kemuliaan nama-Mu, dan bukan untuk kemuliaan dan kesombongan hidupku. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa II (H)
Sta. Priscilla; St. Marcellus I;
St. Honoratus; St. Berardus
Bacaan I: Yes. 49:3,5–6
Mazmur : 40:2,4ab,7–8a,8b–9,10; R: 8a,9a
Bacaan II : 1Kor. 1:1–3
Bacaan Injil : Yoh. 1:29–34
Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: ”Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiri pun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.”Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ”Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya.Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.”
Renungan
Kerinduan hati terdalam semua orang beriman adalah mampu melihat kehadiran Tuhan secara nyata dalam hidupnya. Maka, tidak usah heran, salah satu hal yang selalu menghebohkan dan paling laris di dunia ini adalah fenomena penampakan, entah penampakan Tuhan Yesus, Bunda Maria, atau orang kudus lainnya. Namun, sikap Gereja adalah ’lebih baik terlambat daripada tertipu’ atau lebih baik menyatakan ’kita harus hati-hati sampai terbukti bahwa itu benar’. Sikap ini bisa dipahami mengingat sepanjang sejarah banyak sekali orang yang ’ngaku-ngaku’ melihat Tuhan, padahal memiliki tujuan lain di balik itu.
Yohanes pembaptis adalah saksi sejati dari kehadiran Tuhan Yesus. Salah satu ciri orang yang sudah mengalami dan melihat kehadiran Tuhan dapat kita lihat dalam pribadi Yohanes Pembaptis, yaitu kerendahan hati. Ia tidak memiliki keinginan untuk membesarkan namanya. Ia mempersilahkan para muridnya untuk pergi mengikuti Yesus. Ia sangat sadar tugasnya cuma satu, yaitu mempersiapkan kehadiran Yesus, tidak ada motivasi tersembunyi di balik itu, walaupun ia sudah sangat terkenal.
Di saat dunia ini mengajarkan kita untuk meraih banyak prestasi dalam lingkup apa pun: sekolah, kantor, panggung politik, dan masih banyak lagi, Injil hari ini mengajarkan kita makna terdalam soal kerendahan hati ’membiarkan orang lain semakin besar dan kita semakin kecil’. Mari kita belajar dari Yohanes Pembaptis. Kita hanya mungkin menjadi rendah hati bila kita sudah sungguh-sungguh merasakan kehadiran Tuhan.
Doa: Ya Tuhan, ajarilah aku untuk secara nyata merasakan kehadiran-Mu sehingga semua yang aku lakukan dalam hidup ini semata-mata demi kemuliaan nama-Mu, dan bukan untuk kemuliaan dan kesombongan hidupku. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Sabtu, 15 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 2:13–17
Sabtu, 15 Januari 2011
Pekan Biasa I (H)
St. Makrius; St. Paulus, Pertapa; St. Arnoldus Janssen; St. Maurus dan Plasidus
Bacaan I: Ibr. 4:12–16
Mazmur : 19:8–9,10,15; R: Yoh 6:63c
Bacaan Injil : Mrk. 2:13–17
”Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: ”Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Renungan
Dalam pertemuan lingkungan, entah pendalaman iman Bulan Kitab Suci, APP, atau Adven, kerap kali umat yang datang hanya itu itu saja. Sebagian merasa enggan datang karena merasa tidak mendapat apa-apa; yang lain karena malas; dan ada yang lagi karena pernah kecewa atau sakit hati. Kelompok yang terakhir cenderung melihat pribadi dan kesalahan yang pernah dilakukannya sebagai yang tidak terpisahkan.
Bagaimana Yesus dapat makan bersama-sama dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa? Karena Yesus mencintai setiap pribadi meskipun membenci dosa-dosanya. Yesus mau menjadi sahabat para pendosa dan tinggal di antara mereka agar mereka mengalami belas kasih dan kerahiman Allah. Surat Rasul Paulus kepada jemaat Ibrani mengatakan tentang Dia, ”Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibr. 4:15).
Dari Yesus kita belajar, pertama, untuk menjadi saudara bagi setiap orang, kendati tetap membenci dosa-dosa mereka.
Tindakan Yesus ini merupakan wujud betapa Allah mengasihi mereka. Kedua, mengalami sendiri betapa besar kerahiman-Nya bagi diri kita yang berdosa ini. Yesus tetap mau menemani manusia pendosa dan mengampuni segala dosa betapa pun besarnya.
Doa: Bantulah aku dengan rahmat-Mu ya Tuhan agar aku berani bergaul dengan semua orang dan berbelas kasih seperti Engkau. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa I (H)
St. Makrius; St. Paulus, Pertapa; St. Arnoldus Janssen; St. Maurus dan Plasidus
Bacaan I: Ibr. 4:12–16
Mazmur : 19:8–9,10,15; R: Yoh 6:63c
Bacaan Injil : Mrk. 2:13–17
Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya:”Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya:
”Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: ”Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Renungan
Dalam pertemuan lingkungan, entah pendalaman iman Bulan Kitab Suci, APP, atau Adven, kerap kali umat yang datang hanya itu itu saja. Sebagian merasa enggan datang karena merasa tidak mendapat apa-apa; yang lain karena malas; dan ada yang lagi karena pernah kecewa atau sakit hati. Kelompok yang terakhir cenderung melihat pribadi dan kesalahan yang pernah dilakukannya sebagai yang tidak terpisahkan.
Bagaimana Yesus dapat makan bersama-sama dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa? Karena Yesus mencintai setiap pribadi meskipun membenci dosa-dosanya. Yesus mau menjadi sahabat para pendosa dan tinggal di antara mereka agar mereka mengalami belas kasih dan kerahiman Allah. Surat Rasul Paulus kepada jemaat Ibrani mengatakan tentang Dia, ”Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibr. 4:15).
Dari Yesus kita belajar, pertama, untuk menjadi saudara bagi setiap orang, kendati tetap membenci dosa-dosa mereka.
Tindakan Yesus ini merupakan wujud betapa Allah mengasihi mereka. Kedua, mengalami sendiri betapa besar kerahiman-Nya bagi diri kita yang berdosa ini. Yesus tetap mau menemani manusia pendosa dan mengampuni segala dosa betapa pun besarnya.
Doa: Bantulah aku dengan rahmat-Mu ya Tuhan agar aku berani bergaul dengan semua orang dan berbelas kasih seperti Engkau. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Kamis, 13 Januari 2011
Jumat, 14 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 2:1–12
Jumat, 14 Januari 2011
Pekan Biasa I (H)
St. Feliks dr Nola; B. Petrus Donders;
B. Odorikus dr Pordenone
Bacaan I: Ibr. 4:1–5,11
Mazmur : 78:3,4bc,6c–7,8; R:7 c
Bacaan Injil : Mrk. 2:1–12
Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ”Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: ”Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” —berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu—: ”Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: ”Yang begini belum pernah kita lihat.”
Renungan
Dalam pertemuan lingkungan seorang bapak bercerita bahwa mengampuni itu tidak mudah. Ia lalu memberi contoh bagaimana teman kerjanya telah menjelekkan namanya di hadapan bos mereka. Sejak itu ia merasa benci dengan temanya itu dan sulit mengampuni. Akan tetapi, ketika ia mendengar kisah ”orang lumpuh disembuhkan”, ia mulai belajar mengampuni temannya. Hal sederhana yang merupakan mukjizat terbesar adalah mengampuni orang lain.
Kepada Yesus dihadapkan seorang lumpuh, yang digotong oleh empat orang. Kepada orang lumpuh itu Yesus berkata, ”Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Sebagai seorang nabi, Yesus mengerti benar apa yang menjadi kerinduan terdalam si lumpuh, yaitu mendapatkan pendamaian dari Allah. Yesus tidak hanya berhenti menyembuhkan hatinya, tetapi juga penyakitnya. Hal itu dimaksudkan agar para pendengarnya menjadi percaya.
Kita sering kali berhadapan dengan orang sakit. Doa pertama yang terucapkan biasanya adalah mohon disembuhkan. Jarang orang berdoa agar dosanya diampuni. Hari ini kita belajar membuat mukjizat kepada saudara kita, yaitu mengampuni dosanya. Pengampunan dosa sering kali jauh lebih dibutuhkan daripada kesembuhan jasmani. Bukankah kita semua membutuhkan pengampunan dosa?
Doa: Tuhan Yesus, ampunilah aku orang berdosa ini dan ajarilah aku mengampuni saudara yang bersalah kepadaku. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa I (H)
St. Feliks dr Nola; B. Petrus Donders;
B. Odorikus dr Pordenone
Bacaan I: Ibr. 4:1–5,11
Mazmur : 78:3,4bc,6c–7,8; R:7 c
Bacaan Injil : Mrk. 2:1–12
Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ”Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: ”Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” —berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu—: ”Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: ”Yang begini belum pernah kita lihat.”
Renungan
Dalam pertemuan lingkungan seorang bapak bercerita bahwa mengampuni itu tidak mudah. Ia lalu memberi contoh bagaimana teman kerjanya telah menjelekkan namanya di hadapan bos mereka. Sejak itu ia merasa benci dengan temanya itu dan sulit mengampuni. Akan tetapi, ketika ia mendengar kisah ”orang lumpuh disembuhkan”, ia mulai belajar mengampuni temannya. Hal sederhana yang merupakan mukjizat terbesar adalah mengampuni orang lain.
Kepada Yesus dihadapkan seorang lumpuh, yang digotong oleh empat orang. Kepada orang lumpuh itu Yesus berkata, ”Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Sebagai seorang nabi, Yesus mengerti benar apa yang menjadi kerinduan terdalam si lumpuh, yaitu mendapatkan pendamaian dari Allah. Yesus tidak hanya berhenti menyembuhkan hatinya, tetapi juga penyakitnya. Hal itu dimaksudkan agar para pendengarnya menjadi percaya.
Kita sering kali berhadapan dengan orang sakit. Doa pertama yang terucapkan biasanya adalah mohon disembuhkan. Jarang orang berdoa agar dosanya diampuni. Hari ini kita belajar membuat mukjizat kepada saudara kita, yaitu mengampuni dosanya. Pengampunan dosa sering kali jauh lebih dibutuhkan daripada kesembuhan jasmani. Bukankah kita semua membutuhkan pengampunan dosa?
Doa: Tuhan Yesus, ampunilah aku orang berdosa ini dan ajarilah aku mengampuni saudara yang bersalah kepadaku. Amin.
sumber :Ziarah Batin 2011
Rabu, 12 Januari 2011
Kamis, 13 Januari 2011 (ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 1:40–45
Kamis, 13 Januari 2011
Pekan Biasa I (H)
St. Hilarius
Bacaan I: Ibr. 3:7–14
Mazmur : 95:6–7,8–9,10–11; R: 8
Bacaan Injil : Mrk. 1:40–45
Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: ”Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: ”Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: ”Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Renungan
Seorang nenek terbaring di rumah sakit tidak sadarkan diri. Anak-anak dan cucu-cucunya datang silih berganti, menemani dan mendoakan sang nenek. Ada yang berdoa agar nenek diberi kesembuhan; yang lain lagi mohon agar Tuhan menguatkan iman keluarga; dan ada yang mohon supaya Tuhan memberi yang terbaik. Dalam situasi seperti itu, sering kali kita tidak tahu mana doa yang lebih tepat, tetapi yang pasti memohon agar Tuhan memberi keselamatan.
Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta. Ia tidak hanya menghendaki agar orang itu sembuh secara jasmani, tetapi juga sembuh secara sosial—diterima dalam masyarakat—bahkan agar orang sampai pada iman akan Tuhan. Dia mau menyelamatkan manusia seutuhnya. ”Selamat” dalam Kitab Suci berarti relasi baik dengan Tuhan, sesama, diri sendiri, dan dengan seluruh alam semesta. Tawaran itu datang setiap saat, kita hanya perlu mendengarkan suara-Nya.
Sering kali kita mendengar dan mengucapkan ”selamat”, seperti: selamat ulang tahun, selamat menempuh hidup baru, dan selamat hari raya. Pada hakikatnya, kita mengajak untuk berdamai dengan sesama dan Tuhan. Kita diingatkan akan kerinduan hati manusia yang terdalam, yaitu masuk dalam keselamatan kekal. Untuk itu, selama kita masih di dunia ini, kita berjuang untuk membawa keselamatan bagi orang lain bersama Yesus.
Doa: Yesus, Sang Juru Selamat, masukkan aku ke dalam kerahiman-Mu agar aku membawa selamat bagi sesama. Amin.
sumber:ZIARAH BATIN 2011
Pekan Biasa I (H)
St. Hilarius
Bacaan I: Ibr. 3:7–14
Mazmur : 95:6–7,8–9,10–11; R: 8
Bacaan Injil : Mrk. 1:40–45
Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: ”Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: ”Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: ”Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Renungan
Seorang nenek terbaring di rumah sakit tidak sadarkan diri. Anak-anak dan cucu-cucunya datang silih berganti, menemani dan mendoakan sang nenek. Ada yang berdoa agar nenek diberi kesembuhan; yang lain lagi mohon agar Tuhan menguatkan iman keluarga; dan ada yang mohon supaya Tuhan memberi yang terbaik. Dalam situasi seperti itu, sering kali kita tidak tahu mana doa yang lebih tepat, tetapi yang pasti memohon agar Tuhan memberi keselamatan.
Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta. Ia tidak hanya menghendaki agar orang itu sembuh secara jasmani, tetapi juga sembuh secara sosial—diterima dalam masyarakat—bahkan agar orang sampai pada iman akan Tuhan. Dia mau menyelamatkan manusia seutuhnya. ”Selamat” dalam Kitab Suci berarti relasi baik dengan Tuhan, sesama, diri sendiri, dan dengan seluruh alam semesta. Tawaran itu datang setiap saat, kita hanya perlu mendengarkan suara-Nya.
Sering kali kita mendengar dan mengucapkan ”selamat”, seperti: selamat ulang tahun, selamat menempuh hidup baru, dan selamat hari raya. Pada hakikatnya, kita mengajak untuk berdamai dengan sesama dan Tuhan. Kita diingatkan akan kerinduan hati manusia yang terdalam, yaitu masuk dalam keselamatan kekal. Untuk itu, selama kita masih di dunia ini, kita berjuang untuk membawa keselamatan bagi orang lain bersama Yesus.
Doa: Yesus, Sang Juru Selamat, masukkan aku ke dalam kerahiman-Mu agar aku membawa selamat bagi sesama. Amin.
sumber:ZIARAH BATIN 2011
Selasa, 11 Januari 2011
Rabu, 12 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 1:29–39
Rabu, 12 Januari 2011
Pekan Biasa I (H)
Sta. Hilda; St. Modestus;
St. Elred/Aelredus; St. Bernardus dr Corleone
Bacaan I: Ibr. 2:14–18
Mazmur : 105:1–2,3–4,6–7,8–9; R: 8a
Bacaan Injil : Mrk. 1:29–39
Renungan
Seorang ibu merasa tidak ”betah” bila TV di rumahnya mati. Apa pun stasiun TV yang penting tetap menyala, bahkan sebelum tidur pun TV harus tetap bersinar. Bila anak atau suaminya mematikan TV tersebut maka ia akan bangun sambil marah dan menyalakannya lagi. Suami dan anaknya sudah kewalahan menghadapi ketergantungan sang ibu pada alat penerima siaran itu. Keheningan sepertinya tidak lagi berharga. Kesunyian menjadi sesuatu yang menakutkan atau dihindari.
Kita perlu belajar dari Yesus. Di tengah-tengah kesibukan-Nya, Dia masih menyempatkan diri untuk hening. Pagi-pagi benar Yesus pergi ke tempat sunyi dan berdoa di sana. Masuk ke dalam keheningan dan doa merupakan prasyarat bagi Yesus untuk tetap berkarya dan menyadari tujuan panggilan-Nya. Relasi dengan Bapa-Nya menjadi sumber kekuatan dan inspirasi bagi karya Yesus memberitakan Injil.
Diperlukan usaha dan niat untuk tekun dalam doa, menyediakan diri agar Tuhan menyapa dan berbicara.
Keheningan menjadi sesuatu yang langka, terlebih bagi masyarakat di kota-kota besar. Kesunyian tidak menarik, sering kali menakutkan bagi sebagian orang, padahal keberanian masuk ke dalam kesunyian membuat orang bertumbuh dewasa. Berani masuk dalam keheningan berarti menerima diri dan berjumpa dengan Allah. Ingatlah bahwa untuk tidur saja manusia rata-rata menghabiskan sepertiga waktunya dalam sehari. Bukankah itu berarti ada cukup saat membiarkan Dia bekerja?
Doa: Semoga aku semakin berani masuk ke dalam keheningan ya Tuhan, karena di sana Engkau bersabda kepadaku. Amin.
sumber:ZIARAH BATIN 2011
Pekan Biasa I (H)
Sta. Hilda; St. Modestus;
St. Elred/Aelredus; St. Bernardus dr Corleone
Bacaan I: Ibr. 2:14–18
Mazmur : 105:1–2,3–4,6–7,8–9; R: 8a
Bacaan Injil : Mrk. 1:29–39
Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: ”Semua orang mencari Engkau.” Jawab-Nya: ”Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.” Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.
Renungan
Seorang ibu merasa tidak ”betah” bila TV di rumahnya mati. Apa pun stasiun TV yang penting tetap menyala, bahkan sebelum tidur pun TV harus tetap bersinar. Bila anak atau suaminya mematikan TV tersebut maka ia akan bangun sambil marah dan menyalakannya lagi. Suami dan anaknya sudah kewalahan menghadapi ketergantungan sang ibu pada alat penerima siaran itu. Keheningan sepertinya tidak lagi berharga. Kesunyian menjadi sesuatu yang menakutkan atau dihindari.
Kita perlu belajar dari Yesus. Di tengah-tengah kesibukan-Nya, Dia masih menyempatkan diri untuk hening. Pagi-pagi benar Yesus pergi ke tempat sunyi dan berdoa di sana. Masuk ke dalam keheningan dan doa merupakan prasyarat bagi Yesus untuk tetap berkarya dan menyadari tujuan panggilan-Nya. Relasi dengan Bapa-Nya menjadi sumber kekuatan dan inspirasi bagi karya Yesus memberitakan Injil.
Diperlukan usaha dan niat untuk tekun dalam doa, menyediakan diri agar Tuhan menyapa dan berbicara.
Keheningan menjadi sesuatu yang langka, terlebih bagi masyarakat di kota-kota besar. Kesunyian tidak menarik, sering kali menakutkan bagi sebagian orang, padahal keberanian masuk ke dalam kesunyian membuat orang bertumbuh dewasa. Berani masuk dalam keheningan berarti menerima diri dan berjumpa dengan Allah. Ingatlah bahwa untuk tidur saja manusia rata-rata menghabiskan sepertiga waktunya dalam sehari. Bukankah itu berarti ada cukup saat membiarkan Dia bekerja?
Doa: Semoga aku semakin berani masuk ke dalam keheningan ya Tuhan, karena di sana Engkau bersabda kepadaku. Amin.
sumber:ZIARAH BATIN 2011
Senin, 10 Januari 2011
Selasa, 11 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 1:21b–28
Selasa, 11 Januari 2011
Pekan Biasa I (H)
St. Aleksander, Paus;
St. Petrus Balsamus; St. Teodorus Cenobiarch
Bacaan I : Ibr. 2:5–12
Mazmur : 8:2a,5,6–7,8–9; R: 7
Bacaan Injil : Mrk. 1:21b–28
Renungan
Kata-kata itu punya kekuatan. Coba saja ungkapkan caci maki kepada sahabatmu maka ia akan sakit hati. Atau, sampaikan berita-berita negatif tentang orang lain maka hati dan pikiran akan terpengaruh. Sebaliknya, kalau kata-kata dipakai untuk memuji, berterima kasih, dan bersyukur, serta menyampaikan berita dengan bijaksana maka relasi akan bertambah baik.
Kalau perkataan manusia saja memiliki daya dan kekuatan, apalagi Sabda dan perkataan Tuhan. Sabda yang disampaikan Tuhan Yesus penuh dengan kuasa. Setan-setan pun takluk kepada-Nya. Mereka yang mendengarkan Sabda Tuhan dan melaksanakannya dipenuhi dengan Roh Kebaikan untuk mengalahkan kejahatan.
Mari kita berhati-hati dan bijaksana dalam berkata-kata sebab perkataan memiliki efek bagi orang lain. Ada pepatah Jepang yang mengatakan: ”Orang belajar bicara 2 tahun, tetapi 40 tahun untuk belajar tutup mulut.” Sekaligus, kita pun diajak belajar untuk mendengarkan Sabda Tuhan karena sabda-Nya memberi kehidupan. Mereka yang berpegang pada Sabda Tuhan tidak akan dikecewakan-Nya.
Doa
Tuhan Yesus, berilah aku Roh Kebijaksanaan dalam berkata-kata. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Pekan Biasa I (H)
St. Aleksander, Paus;
St. Petrus Balsamus; St. Teodorus Cenobiarch
Bacaan I : Ibr. 2:5–12
Mazmur : 8:2a,5,6–7,8–9; R: 7
Bacaan Injil : Mrk. 1:21b–28
Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: ”Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: ”Diam, keluarlah dari padanya!” Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: ”Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.
Renungan
Kata-kata itu punya kekuatan. Coba saja ungkapkan caci maki kepada sahabatmu maka ia akan sakit hati. Atau, sampaikan berita-berita negatif tentang orang lain maka hati dan pikiran akan terpengaruh. Sebaliknya, kalau kata-kata dipakai untuk memuji, berterima kasih, dan bersyukur, serta menyampaikan berita dengan bijaksana maka relasi akan bertambah baik.
Kalau perkataan manusia saja memiliki daya dan kekuatan, apalagi Sabda dan perkataan Tuhan. Sabda yang disampaikan Tuhan Yesus penuh dengan kuasa. Setan-setan pun takluk kepada-Nya. Mereka yang mendengarkan Sabda Tuhan dan melaksanakannya dipenuhi dengan Roh Kebaikan untuk mengalahkan kejahatan.
Mari kita berhati-hati dan bijaksana dalam berkata-kata sebab perkataan memiliki efek bagi orang lain. Ada pepatah Jepang yang mengatakan: ”Orang belajar bicara 2 tahun, tetapi 40 tahun untuk belajar tutup mulut.” Sekaligus, kita pun diajak belajar untuk mendengarkan Sabda Tuhan karena sabda-Nya memberi kehidupan. Mereka yang berpegang pada Sabda Tuhan tidak akan dikecewakan-Nya.
Doa
Tuhan Yesus, berilah aku Roh Kebijaksanaan dalam berkata-kata. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Minggu, 09 Januari 2011
Senin, 10 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 1:14–20
Senin, 10 Januari 2011
Pekan Biasa I (H)
St. Gregorius X, Paus; St. Agatho, Paus;
St. Petrus Orseola; St. Gregorius Nyssa
Bacaan I: Ibr. 1:1–6
Mazmur : 97: 1,2b,6,7c,9; R: lih. 7c
Bacaan Injil : Mrk. 1:14–20
Renungan
Seorang remaja putri menemukan album foto orangtuanya. Ia membuka-buka album itu dan membayangkan peristiwa-peristiwa saat bersama orangtuanya. Saat masih bayi, ulang tahun pertama, taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan seterusnya.
Peristiwa-peristiwa itu membuatnya haru sekaligus bahagia membayangkan betapa besar dia dicintai. Sebuah foto kenangan dapat membangkitkan rasa syukur dan bahagia.
Membaca dan merenungkan Kitab Suci lebih dari sekadar melihat kenangan masa lampau, melainkan menemukan pribadi Yesus yang hidup kembali saat ini dan di sini. Allah menyatakan Diri kepada manusia sekarang ini juga. Yesus berkarya memanggil dan mengutus para murid sekarang ini juga. Harapan-Nya ialah sekarang ini juga kita mengarahkan pandangan pada-Nya, menemukan dasar kehidupan kita pada-Nya.
Mulai dengan hal-hal kecil, misalnya dengan memandang orang-orang di sekitar kita sebagai orang-orang berharga dan dikasihi oleh Allah, melepaskan pikiran dan pandangan negatif tentang sesama, dan berniat berbuat baik membawa orang kepada Yesus. Kerajaan Allah sudah mulai nyata dalam Diri Yesus. Kita semua dipanggil dan diutus untuk ambil bagian di dalamnya.
Doa: Tuhan, betapa indahnya mengalami kasih-Mu melalui pengalaman-pengalaman sederhana. Bukalah mata hatiku untuk menemukan Engkau. Amin.
Pekan Biasa I (H)
St. Gregorius X, Paus; St. Agatho, Paus;
St. Petrus Orseola; St. Gregorius Nyssa
Bacaan I: Ibr. 1:1–6
Mazmur : 97: 1,2b,6,7c,9; R: lih. 7c
Bacaan Injil : Mrk. 1:14–20
Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: ”Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: ”Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.
Renungan
Seorang remaja putri menemukan album foto orangtuanya. Ia membuka-buka album itu dan membayangkan peristiwa-peristiwa saat bersama orangtuanya. Saat masih bayi, ulang tahun pertama, taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan seterusnya.
Peristiwa-peristiwa itu membuatnya haru sekaligus bahagia membayangkan betapa besar dia dicintai. Sebuah foto kenangan dapat membangkitkan rasa syukur dan bahagia.
Membaca dan merenungkan Kitab Suci lebih dari sekadar melihat kenangan masa lampau, melainkan menemukan pribadi Yesus yang hidup kembali saat ini dan di sini. Allah menyatakan Diri kepada manusia sekarang ini juga. Yesus berkarya memanggil dan mengutus para murid sekarang ini juga. Harapan-Nya ialah sekarang ini juga kita mengarahkan pandangan pada-Nya, menemukan dasar kehidupan kita pada-Nya.
Mulai dengan hal-hal kecil, misalnya dengan memandang orang-orang di sekitar kita sebagai orang-orang berharga dan dikasihi oleh Allah, melepaskan pikiran dan pandangan negatif tentang sesama, dan berniat berbuat baik membawa orang kepada Yesus. Kerajaan Allah sudah mulai nyata dalam Diri Yesus. Kita semua dipanggil dan diutus untuk ambil bagian di dalamnya.
Doa: Tuhan, betapa indahnya mengalami kasih-Mu melalui pengalaman-pengalaman sederhana. Bukalah mata hatiku untuk menemukan Engkau. Amin.
Jumat, 07 Januari 2011
Sabtu, 08 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Yoh. 3:22–30
Sabtu, 08 Januari 2011
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)
St. Severinus, Paus; St. Lusianus Beauvais;
St. Apollinaris Hieropolis; B. Didakus Yoseph; St. Petrus Thomas
Bacaan I : 1Yoh. 5:14–21
Mazmur : 149:1–2,3–4,5,6a,9b; R: 4a
Bacaan Injil : Yoh. 3:22–30
Renungan
Orangtua selalu ingin anaknya bahagia karena kebahagiaan anak adalah kebahagiaan orangtua pula. Mereka sedih bila anaknya mengalami kegagalan, sakit, atau nestapa. Mereka pun kemudian berusaha membantu. Sebaliknya, mereka ikut bergembira dan bersyukur ketika anak mereka berhasil dan sukses dalam studi dan karya. Orangtua dipanggil untuk menyiapkan anak-anak mereka; sementara Yohanes Pembaptis dipanggil untuk mempersiapkan kedatangan Yesus.
Setiap manusia dipanggil dan diutus Allah dalam kehidupan ini untuk mempersiapkan generasi berikut. Semangat Yohanes Pembaptis dapat kita jadikan pegangan: ”Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3:30). Dengan semangat ini kita terbebas dari godaan untuk menang sendiri, untuk sombong dan mencari kesenangan sendiri.
Dalam kehidupan nyata sering kali tidak mudah menerapkan semangat Yohanes Pembaptis karena dunia ini keras, penuh persaingan, dan rebutan kekuasaan. Semangat untuk mengejar prestasi adalah sesuatu yang penting, tetapi kita juga disadarkan untuk tidak hanya mengejar prestasi sendiri. Adalah suatu prestasi bila kita berhasil memberdayakan orang lain dan membuat orang lain bahagia serta bersyukur dalam hidup ini.
Doa
Tuhan, semoga aku semakin kecil dan mereka yang aku layani semakin besar. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)
St. Severinus, Paus; St. Lusianus Beauvais;
St. Apollinaris Hieropolis; B. Didakus Yoseph; St. Petrus Thomas
Bacaan I : 1Yoh. 5:14–21
Mazmur : 149:1–2,3–4,5,6a,9b; R: 4a
Bacaan Injil : Yoh. 3:22–30
Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Akan tetapi Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: ”Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” Jawab Yohanes: ”Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya.Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
Renungan
Orangtua selalu ingin anaknya bahagia karena kebahagiaan anak adalah kebahagiaan orangtua pula. Mereka sedih bila anaknya mengalami kegagalan, sakit, atau nestapa. Mereka pun kemudian berusaha membantu. Sebaliknya, mereka ikut bergembira dan bersyukur ketika anak mereka berhasil dan sukses dalam studi dan karya. Orangtua dipanggil untuk menyiapkan anak-anak mereka; sementara Yohanes Pembaptis dipanggil untuk mempersiapkan kedatangan Yesus.
Setiap manusia dipanggil dan diutus Allah dalam kehidupan ini untuk mempersiapkan generasi berikut. Semangat Yohanes Pembaptis dapat kita jadikan pegangan: ”Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3:30). Dengan semangat ini kita terbebas dari godaan untuk menang sendiri, untuk sombong dan mencari kesenangan sendiri.
Dalam kehidupan nyata sering kali tidak mudah menerapkan semangat Yohanes Pembaptis karena dunia ini keras, penuh persaingan, dan rebutan kekuasaan. Semangat untuk mengejar prestasi adalah sesuatu yang penting, tetapi kita juga disadarkan untuk tidak hanya mengejar prestasi sendiri. Adalah suatu prestasi bila kita berhasil memberdayakan orang lain dan membuat orang lain bahagia serta bersyukur dalam hidup ini.
Doa
Tuhan, semoga aku semakin kecil dan mereka yang aku layani semakin besar. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Kamis, 06 Januari 2011
Jumat, 07 Januari 2011 Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (Zirah Batin 2011)-Bacaan Injil : Luk. 5:12–16
Jumat, 07 Januari 2011
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)
St. Raimudus dr Penafort; St. Lusianus
Bacaan I: 1Yoh. 5:5–13
Mazmur : 147:12–13,14–15,19–20; R: 12a
Bacaan Injil : Luk. 5:12–16
Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: ”Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: ”Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: ”Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.
Renungan
Seorang bapak mengembangkan usahanya dengan membuka restoran. Perlahan tetapi pasti, usahanya berkembang. Dari gerobak kecil sederhana sekarang menempati dua petak ruko. Dari pegawainya hanya dua orang kini ada sepuluh orang.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, pada suatu malam restorannya kebakaran menewaskan sebagian pegawainya. Dalam situasi itu, beriman tidaklah mudah.
Walaupun beriman tidak mudah dalam situasi sulit, tetapi hal itu menjadi paling memungkinkan. Beriman berarti berharap, memiliki asa, mau bangkit lagi. Bagi si kustawan dalam Injil hari ini, beriman barangkali satu-satunya yang bisa dia perbuat karena memotivasinya untuk bertahan hidup. Yesus tampil sebagai Tuhan yang mengetahui kebutuhan dasar manusia dan mau memenuhi harapan manusia. Dialah satu-satunya harapan ketika tidak ada yang dapat diandalkan.
Sering kali kali orang merasa memerlukan Tuhan ketika dalam situasi sulit, karena memang hanya Dialah yang bisa mengerti dan mampu melepaskan segala kepenatan, duka, dan nestapa. Dengan iman itu, orang merasa diteguhkan untuk mau melangkah lagi dan berharap sebagaimana Yohanes berkata, ”Siapakah yang mengalahkan dunia, selain daripada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?” (1Yoh. 5:5).
Doa: Tuhan Yesus, aku sering kali kurang beriman. Tambahkanlah imanku. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)
St. Raimudus dr Penafort; St. Lusianus
Bacaan I: 1Yoh. 5:5–13
Mazmur : 147:12–13,14–15,19–20; R: 12a
Bacaan Injil : Luk. 5:12–16
Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: ”Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: ”Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: ”Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.
Renungan
Seorang bapak mengembangkan usahanya dengan membuka restoran. Perlahan tetapi pasti, usahanya berkembang. Dari gerobak kecil sederhana sekarang menempati dua petak ruko. Dari pegawainya hanya dua orang kini ada sepuluh orang.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, pada suatu malam restorannya kebakaran menewaskan sebagian pegawainya. Dalam situasi itu, beriman tidaklah mudah.
Walaupun beriman tidak mudah dalam situasi sulit, tetapi hal itu menjadi paling memungkinkan. Beriman berarti berharap, memiliki asa, mau bangkit lagi. Bagi si kustawan dalam Injil hari ini, beriman barangkali satu-satunya yang bisa dia perbuat karena memotivasinya untuk bertahan hidup. Yesus tampil sebagai Tuhan yang mengetahui kebutuhan dasar manusia dan mau memenuhi harapan manusia. Dialah satu-satunya harapan ketika tidak ada yang dapat diandalkan.
Sering kali kali orang merasa memerlukan Tuhan ketika dalam situasi sulit, karena memang hanya Dialah yang bisa mengerti dan mampu melepaskan segala kepenatan, duka, dan nestapa. Dengan iman itu, orang merasa diteguhkan untuk mau melangkah lagi dan berharap sebagaimana Yohanes berkata, ”Siapakah yang mengalahkan dunia, selain daripada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?” (1Yoh. 5:5).
Doa: Tuhan Yesus, aku sering kali kurang beriman. Tambahkanlah imanku. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Rabu, 05 Januari 2011
Kamis, 06 Januari 2011 (ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Luk. 4:14–22a
Kamis, 06 Januari 2011
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)
Gaspar, Melkior, dan Balthasar (Tiga Raja)
B. Didakus Yosef dr sadiz
Bacaan I : 1Yoh. 4:19–5:4
Mazmur : 72:2,14,15bc,17; R: lih. 11
Bacaan Injil : Luk. 4:14–22a
Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: ”Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”
Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: ”Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya.
Renungan
Ada dua orang bersaudara, kakak dan adik; mereka beda usia dua tahun. Masing-masing ingin diistimewakan dalam hal tidak mau kerja. Misalnya, kalau ibu menyuruh menyapu halaman, si adik bilang kakak, dan kakak bilang adik. Kadang-kadang mereka berkelahi sehingga ibu mengalah untuk mengambil alih pekerjaan itu. Hal ini berlangsung terus hingga sang kakak sekolah di luar kota. Jarak dan tempat membuat sang kakak sadar bahwa ia harus mengasihi saudaranya.
Yesus tidak saja mengasihi keluarganya, tetapi juga tetangga, saudara sebangsanya. Dalam rangka itu, Dia mau datang berkunjung dan mewartakan kabar sukacita. Dia mau menyatakan siapakah Diri-Nya sebenarnya, siapa yang mengutus-Nya, dan apa tujuan kedatangan-Nya. Yang Yesus harapkan dari sanak saudara-Nya hanyalah percaya, atau sekurang-kurangnya mendengarkan dan merenungkan apa yang Dia katakan dan lakukan. Namun, apa yang terjadi, mereka malah langsung menghakimi Dia. Yesus menawarkan sukacita persaudaraan, tetapi yang diterimanya malah sikap penolakan dan iri hati.
Mengasihi Allah berarti juga mengasihi saudara. Saudara pertama-tama adalah keluarga kita, atau komunitas tempat kita berada. Selanjutnya adalah semua orang yang dijumpai sehari-hari dan yang dilayani siapa pun mereka, apa pun agama dan latar belakangnya. Semoga kita makin bersaudara mengikuti nasihat pemazmur: ”Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” (Mzm. 133:1)
Doa: Tuhan Yesus Kristus, ajarilah aku untuk bersaudara dengan setiap orang. Amin.
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)
Gaspar, Melkior, dan Balthasar (Tiga Raja)
B. Didakus Yosef dr sadiz
Bacaan I : 1Yoh. 4:19–5:4
Mazmur : 72:2,14,15bc,17; R: lih. 11
Bacaan Injil : Luk. 4:14–22a
Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: ”Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”
Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: ”Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya.
Renungan
Ada dua orang bersaudara, kakak dan adik; mereka beda usia dua tahun. Masing-masing ingin diistimewakan dalam hal tidak mau kerja. Misalnya, kalau ibu menyuruh menyapu halaman, si adik bilang kakak, dan kakak bilang adik. Kadang-kadang mereka berkelahi sehingga ibu mengalah untuk mengambil alih pekerjaan itu. Hal ini berlangsung terus hingga sang kakak sekolah di luar kota. Jarak dan tempat membuat sang kakak sadar bahwa ia harus mengasihi saudaranya.
Yesus tidak saja mengasihi keluarganya, tetapi juga tetangga, saudara sebangsanya. Dalam rangka itu, Dia mau datang berkunjung dan mewartakan kabar sukacita. Dia mau menyatakan siapakah Diri-Nya sebenarnya, siapa yang mengutus-Nya, dan apa tujuan kedatangan-Nya. Yang Yesus harapkan dari sanak saudara-Nya hanyalah percaya, atau sekurang-kurangnya mendengarkan dan merenungkan apa yang Dia katakan dan lakukan. Namun, apa yang terjadi, mereka malah langsung menghakimi Dia. Yesus menawarkan sukacita persaudaraan, tetapi yang diterimanya malah sikap penolakan dan iri hati.
Mengasihi Allah berarti juga mengasihi saudara. Saudara pertama-tama adalah keluarga kita, atau komunitas tempat kita berada. Selanjutnya adalah semua orang yang dijumpai sehari-hari dan yang dilayani siapa pun mereka, apa pun agama dan latar belakangnya. Semoga kita makin bersaudara mengikuti nasihat pemazmur: ”Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” (Mzm. 133:1)
Doa: Tuhan Yesus Kristus, ajarilah aku untuk bersaudara dengan setiap orang. Amin.
Selasa, 04 Januari 2011
Rabu, 5 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil : Mrk. 6:45–52
Rabu, 5 Januari 2011
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)
St. Simeon Stylites Tua; St. Yohanes Nepomuk Neumann;
B. Karolus HoubenBacaan I: 1Yoh. 4:11–18
Mazmur : 72:2,10–11,12–13; R: lih. 11
Bacaan Injil : Mrk. 6:45–52
Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: ”Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.
Renungan
Seorang bapak berbagi pengalaman demikian. Penerbangan dari Jakarta menuju Manado baru saja berangkat. Di ketinggian tertentu para pramugari menyediakan makanan ringan. Akan tetapi, tiba-tiba pesawat turun mendadak. Jerit ketakutan semua penumpang serentak berkumandang seiring kantung-kantung udara bergelayutan. Sang bapak sempat merasa takut, jantungnya berdegup keras, tetapi kemudian ia ingat, ”Yesus, kalau ini saatku, aku sudah siap.” Kesadaran itu membuatnya tenang, tidak takut lagi.
Mengapa seseorang bisa tenang dalam situasi mencekam? Pertama, karena iman dan percaya kepada Tuhan. Yesus sendiri berkata, ”Aku ini, jangan takut!” Orang yang percaya berarti menyerahkan diri pada Sang Pemilik hidup, Raja semesta alam, yang berkuasa menenangkan badai gelombang. Kedua, karena selama hidup berbuat kasih. Orang yang berbuat kasih menunjukkan ”Allah tetap di dalam kita”. Orang yang saling mengasihi tidak perlu takut, karena selalu ada bersama Allah Sang Maha Pengasih.
Sebaliknya, orang yang takut adalah mereka yang hanya mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. Pikiran dan hatinya diwarnai dengan sikap negatif dan kecemburuan sehingga ia tidak pernah tenang. Ada lagi orang yang takut karena tidak berbuat kasih. Perkataan dan perbuatannya ditujukan untuk mencelakakan orang lain. Mari kita bertanya, adakah ketakutan dalam diriku?
Doa: Tuhan Yesus, bersama-Mu aku tenang. Singkirkanlah ketakutan yang ada dalam diriku. Amin.
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)
St. Simeon Stylites Tua; St. Yohanes Nepomuk Neumann;
B. Karolus HoubenBacaan I: 1Yoh. 4:11–18
Mazmur : 72:2,10–11,12–13; R: lih. 11
Bacaan Injil : Mrk. 6:45–52
Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: ”Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.
Renungan
Seorang bapak berbagi pengalaman demikian. Penerbangan dari Jakarta menuju Manado baru saja berangkat. Di ketinggian tertentu para pramugari menyediakan makanan ringan. Akan tetapi, tiba-tiba pesawat turun mendadak. Jerit ketakutan semua penumpang serentak berkumandang seiring kantung-kantung udara bergelayutan. Sang bapak sempat merasa takut, jantungnya berdegup keras, tetapi kemudian ia ingat, ”Yesus, kalau ini saatku, aku sudah siap.” Kesadaran itu membuatnya tenang, tidak takut lagi.
Mengapa seseorang bisa tenang dalam situasi mencekam? Pertama, karena iman dan percaya kepada Tuhan. Yesus sendiri berkata, ”Aku ini, jangan takut!” Orang yang percaya berarti menyerahkan diri pada Sang Pemilik hidup, Raja semesta alam, yang berkuasa menenangkan badai gelombang. Kedua, karena selama hidup berbuat kasih. Orang yang berbuat kasih menunjukkan ”Allah tetap di dalam kita”. Orang yang saling mengasihi tidak perlu takut, karena selalu ada bersama Allah Sang Maha Pengasih.
Sebaliknya, orang yang takut adalah mereka yang hanya mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. Pikiran dan hatinya diwarnai dengan sikap negatif dan kecemburuan sehingga ia tidak pernah tenang. Ada lagi orang yang takut karena tidak berbuat kasih. Perkataan dan perbuatannya ditujukan untuk mencelakakan orang lain. Mari kita bertanya, adakah ketakutan dalam diriku?
Doa: Tuhan Yesus, bersama-Mu aku tenang. Singkirkanlah ketakutan yang ada dalam diriku. Amin.
Senin, 03 Januari 2011
Selasa, 4 Januari 2011(ZIARAH BATIN)-Bacaan Injil : Mrk. 6:34-44
Selasa, 4 Januari 2011
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)
Sta. Elizabeth Ana Bayley Seton; B. Angela dr Foligno
Bacaan I : 1 Yoh 4:7-10
Mazmur : 72:2,3-4ab,7-8; R: lih. 11
Bacaan Injil : Mrk. 6:34-44
Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.Pada waktu itu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hati hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makan makanan di desa-desa dan kampung-kampung di sekitar ini. Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." Lalu Ia menyuruh orang-orang itu untuk duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang dan setelah itu Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu. Ia menengadah ke langit dan mengucapkan berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semua makan sampai kenyang. Kemudian orang-orang mengumpulkan potonga-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan. Yang ikut makan itu ada lima ribu orang laki-laki.
Renungan
Di sebuah sekolah dasar pada jam istirahat anak-anak mengeluarkan bekalnya masing-masing. Ada yang membawa spageti, bakmi goreng, siomay, dan roti. Masing-masing memakan miliknya sendiri-sendiri. Anak yang membawa roti melihat ada temannya yang diam saja karena tidak membawa apa-apa. Dia lalu menawarkan rotinya dan mereka pun gembira bersama.
Kasih si anak pembawa roti tadi begitu nyata. Hal itu diwujudkan dengan membagi roti miliknya kepada temannya. Yesus pun melakukan hal yang sama kepada orang banyak. Hatinya tergerak oleh belas kasihan, lalu mengajak para murid untuk memperhatikan nasib orang lain. Keajaiban pun terjadi ketika ada hati yang penuh kasih, kesediaan untuk berbagi, dan mengucap syukur kepada Tuhan.
Percaya kepada Allah berarti percaya kepada kasih-Nya dan melaksanakan perbuatan kasih. Sering kali perbuatan kasih itu begitu sederhana seperti anak kecil tadi berbagi dengan temannya. Di zaman komunikasi yang makin canggih ini kita perlu memikirkan dalam-dalam bagaimana sarana-sarana ini membantu kita melakukan perbuatan kasih yang sederhana atau jangan-jangan malah menjauhkan kita dari realita.
Doa: Tuhan Yesus, jadikanlah hatiku berbelas kasih seperti hatimu dan jadikan aku peka terhadap kebutuhan sesama. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)
Sta. Elizabeth Ana Bayley Seton; B. Angela dr Foligno
Bacaan I : 1 Yoh 4:7-10
Mazmur : 72:2,3-4ab,7-8; R: lih. 11
Bacaan Injil : Mrk. 6:34-44
Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.Pada waktu itu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hati hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makan makanan di desa-desa dan kampung-kampung di sekitar ini. Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." Lalu Ia menyuruh orang-orang itu untuk duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang dan setelah itu Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu. Ia menengadah ke langit dan mengucapkan berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semua makan sampai kenyang. Kemudian orang-orang mengumpulkan potonga-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan. Yang ikut makan itu ada lima ribu orang laki-laki.
Renungan
Di sebuah sekolah dasar pada jam istirahat anak-anak mengeluarkan bekalnya masing-masing. Ada yang membawa spageti, bakmi goreng, siomay, dan roti. Masing-masing memakan miliknya sendiri-sendiri. Anak yang membawa roti melihat ada temannya yang diam saja karena tidak membawa apa-apa. Dia lalu menawarkan rotinya dan mereka pun gembira bersama.
Kasih si anak pembawa roti tadi begitu nyata. Hal itu diwujudkan dengan membagi roti miliknya kepada temannya. Yesus pun melakukan hal yang sama kepada orang banyak. Hatinya tergerak oleh belas kasihan, lalu mengajak para murid untuk memperhatikan nasib orang lain. Keajaiban pun terjadi ketika ada hati yang penuh kasih, kesediaan untuk berbagi, dan mengucap syukur kepada Tuhan.
Percaya kepada Allah berarti percaya kepada kasih-Nya dan melaksanakan perbuatan kasih. Sering kali perbuatan kasih itu begitu sederhana seperti anak kecil tadi berbagi dengan temannya. Di zaman komunikasi yang makin canggih ini kita perlu memikirkan dalam-dalam bagaimana sarana-sarana ini membantu kita melakukan perbuatan kasih yang sederhana atau jangan-jangan malah menjauhkan kita dari realita.
Doa: Tuhan Yesus, jadikanlah hatiku berbelas kasih seperti hatimu dan jadikan aku peka terhadap kebutuhan sesama. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Minggu, 02 Januari 2011
Senin, 3 Januari 2011(ZIARAH BATIN 2011)-Bacaan Injil:Mat 4:12-17,23-25
Senin, 3 Januari 2011
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)
Pesta Nama Yesus yang tersuci
St. Anterus, Paus; St Fulgensius
Bacaan I:1Yoh 3:22-4:6,
Mzm 2:7-8,10-11,
Bacaan Injil:Mat 4:12-17,23-25
Renungan
Kalau Anda jalan-jalan di Manila, Philipina, baik di perumahan maupun di pertokoan, maka Anda hampir selalu menemukan gambar Yesus dan Maria. Hal ini tidak mengherankan karena sebagian besar warga negara Filipina adalah Katolik. Yesus dan Maria di kenal d setiap penjuru negeri. Mereka mengenal Yesus sebagai Juru Selamat, Tuhan, dan Kristus. Yesus pun dikenal sebagai yang dapat "menlenyapkan segala penyakit dan kelemahan"
Apakah cukup hanya mengenal Yesus? Rupanya mengenal saja tidak cukup, orang perlu percaya kepada-Nya. Orang yang kenal belum tentu terlibat dalam karya, tetapi mereka yang percaya melibatkan diri sepenuhnya, ambil bagian dalam karya-Nya "melenyapkan segala penyakit dan kelemahan". Itulah juga salah satu segi dari pertobatan, yakni tidak hanya menjadi penonton dari jauh tetapi kini menjadi aktor dan pemain.
Apa artinya menjadi aktor dan pemain? Artinya, orang terlibat dalam karya penciptaan dan penyelematan. Singkatnya, mengasihi sesama. Dengan demikian, percaya kepada Yesus di wujudkan dengan karya Kasih, mengampuni, dan "melenyapkan segala penyakit dan kelemahan". Aktor dan pemain yang demikian menunjukkan apa yang dikatakan Yohanes, Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita" (1 Yoh 3:24)
Doa
Yesus, tambahkanlah imanku. Semoga aku tidak hanya menjadi penonton dalam hidup ini, tetapi mau melibatkan diri dalam karya kasih. Amin.
sumber:ZIARAH BATIN 2011
Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan (P)
Pesta Nama Yesus yang tersuci
St. Anterus, Paus; St Fulgensius
Bacaan I:1Yoh 3:22-4:6,
Mzm 2:7-8,10-11,
Bacaan Injil:Mat 4:12-17,23-25
Tetapi waktu Yesus mendengar bahwa Yohanes telah di tangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: Tanah Zabulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain,- bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang." Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea, Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. Maka orang-orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.
Renungan
Kalau Anda jalan-jalan di Manila, Philipina, baik di perumahan maupun di pertokoan, maka Anda hampir selalu menemukan gambar Yesus dan Maria. Hal ini tidak mengherankan karena sebagian besar warga negara Filipina adalah Katolik. Yesus dan Maria di kenal d setiap penjuru negeri. Mereka mengenal Yesus sebagai Juru Selamat, Tuhan, dan Kristus. Yesus pun dikenal sebagai yang dapat "menlenyapkan segala penyakit dan kelemahan"
Apakah cukup hanya mengenal Yesus? Rupanya mengenal saja tidak cukup, orang perlu percaya kepada-Nya. Orang yang kenal belum tentu terlibat dalam karya, tetapi mereka yang percaya melibatkan diri sepenuhnya, ambil bagian dalam karya-Nya "melenyapkan segala penyakit dan kelemahan". Itulah juga salah satu segi dari pertobatan, yakni tidak hanya menjadi penonton dari jauh tetapi kini menjadi aktor dan pemain.
Apa artinya menjadi aktor dan pemain? Artinya, orang terlibat dalam karya penciptaan dan penyelematan. Singkatnya, mengasihi sesama. Dengan demikian, percaya kepada Yesus di wujudkan dengan karya Kasih, mengampuni, dan "melenyapkan segala penyakit dan kelemahan". Aktor dan pemain yang demikian menunjukkan apa yang dikatakan Yohanes, Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita" (1 Yoh 3:24)
Doa
Yesus, tambahkanlah imanku. Semoga aku tidak hanya menjadi penonton dalam hidup ini, tetapi mau melibatkan diri dalam karya kasih. Amin.
sumber:ZIARAH BATIN 2011
Sabtu, 01 Januari 2011
Minggu, 2 Januari 2011-Hari Raya Penampakan Tuhan(ZIARAH BATIN 2010)-Bacaan Injil : Mat 2:1-12
Minggu, 2 Januari 2011
Hari Raya Penampakan Tuhan (P)
Hari Anak Misioner Sedunia
Pw. St. Basilius Agung dan St. Gregorius dr Nazianze
Bacaan I: Yes. 60:1-6
Mazmur : 72:2,7-8, 10-11, 12-13; R:11
Bacaan II : Ef. 3:2-3a, 5-6
Bacaan Injil : Mat 2:1-12
Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti diatas tempat dimana Anak itu berada. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia.Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.
Renungan
Kita hidup diantara beraneka ragam manusia dengan latar belakangnya masing-masing. Selain orang Betawi, ada pula orang Jawa, Padang, Batak, Flores, Cina, dan sebagainya. Selain Islam yang dianut sebagian besar warga, ada orang Hindu, Budha, Kristen, dan Katolik. Ada penjual sayur-mayur, ada pedagang soto, ada sopir, ada guru, ada karyawan, dan ada tukang bengkel. Ada orangtua, ada pula anak muda dan anak-anak. Semua keragaman itu dikehendaki oleh Tuhan ; semua manusia ingin Dia selamatkan.
Mengapa bangsa Israel dipilih Tuhan? Bukan karena mereka bangsa yang unggul, tetapi semata-mata karena belas kasih Tuhan agar karya kelesamatan-Nya menjadi nyata di bumi ini. Karya keselamatan-Nya juga tersedia dan terbuka bagi bangsa-bangsa lain seperti dalam kisah orang-orang majus yang dibimbing sampai kepada-Nya. Syaratnya sederhana, yaitu: bersedia dibimbing oleh kebenaran, berusaha meraihnya dan percaya.
Sudah terbukti bahwa mereka yang menjadi murid Yesus berasal dari semua bangsa. Rasanya banyak juga yang percaya meskipun tidak menjadi "Katolik". Hal ini menunjukkan bahwa Roh Kudus tetap bekerja, menarik semua bangsa untuk datang kepada-Nya. Yang diharapkan tidak lain adalah bersedia dibimbing oleh-Nya, tekun berjuang untuk meraih-Nya dan tetap percaya kepada-Nya.
Doa
Tuhan Yesus, aku bersyukur atas keragaman pribadi yang aku jumpai. Semoga aku hidup rukun dan saling menghormati. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Hari Raya Penampakan Tuhan (P)
Hari Anak Misioner Sedunia
Pw. St. Basilius Agung dan St. Gregorius dr Nazianze
Bacaan I: Yes. 60:1-6
Mazmur : 72:2,7-8, 10-11, 12-13; R:11
Bacaan II : Ef. 3:2-3a, 5-6
Bacaan Injil : Mat 2:1-12
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di Tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Dimanakah Dia, Raja Orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?" Kami telah melihat bintangnya Di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia. "Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta Seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, dimana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikian ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil diantara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai anak itu dan sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia."
Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti diatas tempat dimana Anak itu berada. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia.Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.
Renungan
Kita hidup diantara beraneka ragam manusia dengan latar belakangnya masing-masing. Selain orang Betawi, ada pula orang Jawa, Padang, Batak, Flores, Cina, dan sebagainya. Selain Islam yang dianut sebagian besar warga, ada orang Hindu, Budha, Kristen, dan Katolik. Ada penjual sayur-mayur, ada pedagang soto, ada sopir, ada guru, ada karyawan, dan ada tukang bengkel. Ada orangtua, ada pula anak muda dan anak-anak. Semua keragaman itu dikehendaki oleh Tuhan ; semua manusia ingin Dia selamatkan.
Mengapa bangsa Israel dipilih Tuhan? Bukan karena mereka bangsa yang unggul, tetapi semata-mata karena belas kasih Tuhan agar karya kelesamatan-Nya menjadi nyata di bumi ini. Karya keselamatan-Nya juga tersedia dan terbuka bagi bangsa-bangsa lain seperti dalam kisah orang-orang majus yang dibimbing sampai kepada-Nya. Syaratnya sederhana, yaitu: bersedia dibimbing oleh kebenaran, berusaha meraihnya dan percaya.
Sudah terbukti bahwa mereka yang menjadi murid Yesus berasal dari semua bangsa. Rasanya banyak juga yang percaya meskipun tidak menjadi "Katolik". Hal ini menunjukkan bahwa Roh Kudus tetap bekerja, menarik semua bangsa untuk datang kepada-Nya. Yang diharapkan tidak lain adalah bersedia dibimbing oleh-Nya, tekun berjuang untuk meraih-Nya dan tetap percaya kepada-Nya.
Doa
Tuhan Yesus, aku bersyukur atas keragaman pribadi yang aku jumpai. Semoga aku hidup rukun dan saling menghormati. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2011
Langganan:
Postingan (Atom)