Pw B. Dionisius dan Redemptus, Mrt. Indonesia; St. Eligius; St. Adrianus dan Sta. Natalia
Bacaan I: Yes 25:6-10a
Mazmur : 23:1-3a.3b-4.5.6; R:6cd
Bacaan Injil : Mat 15:29-37
Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: ”Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.” Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: ”Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?” Kata Yesus kepada mereka: ”Berapa roti ada padamu?” ”Tujuh,” jawab mereka, ”dan ada lagi beberapa ikan kecil.” Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh.
Renungan
Manusia mudah melakukan pembenaran diri untuk membebaskan dirinya dari tuntutan mengasihi dan berbagi kasih. Mengasihi membutuhkan nyali dari pelakunya agar dapat berpasrah diri kepada kekuatan rahmat dan keluar dari kungkungan perhitungan manusiawi. Kita menyembunyikan diri di balik alasan tempat yang tidak memungkinkan, waktu yang tidak menguntungkan, atau kemampuan yang terbatas: ”Bagaimana mungkin di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya.”
Tuhan Yesus berbeda dengan kita. Dengan kekayaan hati-Nya, Dia menyembuhkan orang sakit dan menggandakan roti untuk orang yang membutuhkan. Dia tidak bisa tidak melakukan kasih kepada orang-orang yang membutuhkan. Dia tidak memilih-milih orang untuk ditolong, siapa pun yang berada di hadapan-Nya pasti dilayani-Nya. Para murid diminta agar memiliki kepekaan terhadap sesama dan bertanggung jawab pula terhadap keadaan orang di sekitar mereka, serta senantiasa menjadi saluran rahmat dan pembagi berkat.
Masa Adven menjadi kesempatan indah bagi kita untuk menata diri dalam kasih. Kita harus memacu diri, memaksimalkan berbagai keadaan, mengerahkan segenap kemampuan agar panggilan untuk mengasihi dan berbagi itu tidak mati di tangan kita, tetapi seharusnya bisa ”menyentuh” kehidupan sesama. Setiap kesempatan berbuat baik adalah rahmat, jangan sampai kita kehilangan rahmat itu.
Doa: Ya Tuhan, berikanlah kepadaku keberanian untuk mengasihi dan berbagi. Semoga aku siap sedia untuk memaksimalkan waktu, tenaga dan kemampuan-kemampuanku, untuk membagikan kasih-Mu kepada orang-orang yang membutuhkan. Amin.
sumber:Ziarah Batin 2010